24 - Keciduk

305 32 20
                                    

Gibran menghentikan laju motornya tepat di depan gerbang SMA Bina Bangsa. Bergitu puas rasanya mengendarai motor kesayangannya kembali setelah cukup lama beristirahat karena luka yang ia dapat dari sebuah penyerangan kecil.

"Akhirnya gua bisa buat orang darah tinggi lagi disini," ucap Gibran setelah melepas helm fullfacenya.

Ucapannya membuat semua sahabatnya tertawa.

"Bagus banget ide lo buat ngasih sekotak makanan ke Pak Sholeh jadi kita dibukain gerbang," ujar Daniel.

"Siapa sih yang mau nolak 7 bungkus makanan plus air minumnya lagi udah kaya santunan aja," ujar Gilang.

Percakapan mereka berakhir saat seorang guru kesiswaan yaitu Pak Ferdi berjalan mendekati mereka.

"KALIAN KE LAPANGAN SEKARANG!"

"Say halo dulu dong Pak, nggak kangen apa sama saya?" ujar Gibran.

"JANGAN MENGALIHKAN PEMBICARAAN! INI SUDAH JAM 9 DAN KALIAN SEMUA BARU DATANG?!"

"Bukannya telatnya itu jam 7 ya Pak? Sedangkan kita datangnya jam 9 berarti nggak telat 'kan Pak?" ujar Gibran yang sengaja ingin membuat Pak Ferdi kesal.

Pak Ferdi mengelus dadanya seraya menghembuskan nafasnya pelan mencoba sabar.

"Saya nggak tahu dosa apa yang saya perbuat hingga harus berurusan dengan kalian hampir setiap hari," keluh Pak Ferdi yang menurunkan nada bicaranya.

"Semua orang punya dosa Pak tapi sebenarnya Bapak itu beruntung bisa ketemu kita dan melihat wajah-wajah tampan kita meskipun itu dalam situasi yang kurang menyenangkan," ucap Zavier yang mencoba menjadi bijak.

"Sudah! Kalian ke lapangan sekarang mumpung lagi jam istirahat jadi setelah menjalani hukuman kalian bisa masuk ke kelas masing-masing tanpa ketinggalan jam pelajaran."

"Nggak dulu deh Pak sekarang kan bukan jamnya olahraga," kini giliran Naufal yang menyahut.

Pak Ferdi sudah tidak bisa menahan amarahnya lagi. Apapun yang ia katakan selalu bisa mereka jawab dan apapun hukuman yang diberikan pada mereka tidak pernah berhasil membuat mereka kapok.

Entah berapa kali sepatunya ia luncurkan pada tujuh biang kerok sekolah itu. Tetapi mereka selalu berhasil kabur, kali ini Pak Ferdi benar-benar tidak tahan lagi dengan sekuat tenaga ia mengejar mereka.

Gibran dan semua sahabatnya berpencar melihat itu Pak Ferdi lebih memilih untuk mengejar Daniel yang keberadaannya tidak terlalu jauh darinya.

"Sial! Kenapa jadi gua yang dikejar?"

Koridor yang dilewati Daniel cukup ramai karena saat ini jam istirahat hal itu membuat kecepatan larinya sedikit berkurang.

Pintu perpustakaan yang terbuka lebar menjadi pilihan tempat persembunyian untuk Daniel.

'Bruk'

Daniel yang berlari sambil melihat ke belakang untuk memastikan keadaan aman tanpa sengaja menabrak seorang siswi yang tengah membaca buku sambil berjalan menuju tempat duduk.

"Eh...sorry," ujar Daniel dengan suara yang pelan karena ia sedang berada di perpustakaan.

"Iya," jawab siswi itu seraya bangun dari jatuhnya sementara Daniel mengambil novel yang tergeletak di lantai.

"Gua baru tahu kalau di perpustakaan sekolah ada novel," ujar Daniel menatap novel yang ia bawa lalu beralih menatap siswi itu yang juga menatapnya.

"Kak Daniel," ujar siswi itu saat pandangan mereka saling bertemu.

"Oh..lo ternyata."

"Kak Daniel ngapain di sini?"

GIBRAN RAFFRANSYAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang