45 - Adu Gombal

117 22 31
                                    

Thanks alysapacarmu
Niat banget sumpah, spam komen sampe 100 sendirian😭👍
Mood banget

__________________________

"Semua diluar dugaan kita," celetuk Daniel menahan kesal.

Gilang meletakkan pistol tipe Glock yang dipegangnya menyimpannya kembali di koper bersama dengan beberapa pistol dengan tipe lain seperti Revolver, FN 57, dan G2 COMBAT Kal. 9 mm.

Itu adalah salah satu dari kian banyaknya koper berisi koleksi pistol kesayangannya yang tentu saja semua senjata api itu masih berfungsi dengan baik.

Gilang kemudian mengangguk pelan. "Lo bener Nil, kalau gini caranya Gibran bakal ngira semua baik-baik aja."

"Lang, kita harus ngelakuin sesuatu sekarang kalau kita tetep diem dan nunggu waktu yang tepat bisa-bisa bakal kejadian hal yang lebih parah."

"Lo punya rencana Nil?" tanya Gilang langsung pada intinya.

"Kita harus bebasin dia, gua yakin banyak info yang bisa kita dapat dan semua pertanyaan kita selama ini bisa kejawab."

"Dia?" kini Elvano mulai membuka suara setelah sibuk dengan ponsel di tangannya beberapa menit tadi.

"Cowo yang dipasung itu, kita harus bebasin dia dan bawa ke hadapan Gibran."

"Gua setuju, jadi kapan kita mulai?" tanya Gilang.

"Tengah malam."

"Tapi kita bertiga gak akan cukup buat bebasin dia dari anak buah Priska," ujar Elvano.

"Terus gunanya anak buah lo sama Gilang di divisi 4 sama 2 apa?"

"Iya panggil aja mereka, tapi jangan sampe anak divisi lain terutama penghianat itu tahu soal ini," tambah Gilang.

"Oke gua kabarin dulu mereka."

🔥🔥🔥

Indra menggeleng pelan melihat Gibran yang sudah tertidur pulas di sofa. Keponakannya itu tidak pernah berubah, ia lebih suka tidur di sofa dari pada kasur di kamarnya yang jelas lebih besar dan empuk.

"Gibran bangun," ujar Indra menggoyangkan tubuh Gibran pelan.

Laki-laki itu mulai mengerjap, menatap Indra kesal. Gibran tidak suka waktu tidurnya diganggu.

"Ha?"

"Motornya udah dateng tuh, kamu lupa pernah minta motor baru ke om?"

"Jual lagi aja," jawab Gibran enteng membuat Indra melongo.

"Loh Bran?"

"Gak mungkin Gibran duain motor dari papa. Lagian masih bagus motornya," jelas Gibran.

Motor hitam yang digunakannya saat ini adalah motor kesayangannya, motor itu memang hadiah dari Akbar saat ia baru saja masuk SMA.

"Yaampun Bran, kalau emang gak mau ngapain minta?"

"Iseng."

"Iseng kamu bilang?!" heran Indra mengelus dada. Sikap Gibran memang sering membuatnya geleng-geleng kepala.

"Kenapa Ndra?" tanya Akbar sembari menuruni tangga.

"Anakmu ini loh, bikin pusing. Minta motor baru udah aku beliin, malah gak mau, suruh jual lagi katanya."

"Biasa, Gibran emang gitu. Udah jual lagi aja Ndra, gak usah diperpanjang. Debat sama Gibran itu cuma bikin capek aja."

"Huh yaudah lah, oh iya malam ini mau tidur di rumah om apa disini?" tanya Indra saat Gibran sudah mulai beranjak dari sofa.

GIBRAN RAFFRANSYAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang