Akbar menatap penuh kasih pada Gibran yang berdiri tegap di hadapannya. Putra kecil yang selalu ia marahi kini telah beranjak dewasa.
Pria yang sudah memasuki umur 44 tahun itu tersenyum kemudian berkata. "Ayo coba pukul papa, papa pengen tahu perkembangan kamu," ucapnya sembari mulai mengambil ancang-ancang.
Sementara Gibran terlihat tidak yakin, ia hanya diam. Sulit untuk percaya bahwa Akbar dapat menandinginya mengingat papanya itu baru saja sembuh dan juga bertambah usia tenaganya tak akan sekuat dulu.
"Loh kenapa kok diam? Ayo, nggak usah ragu-ragu tenang aja papa kuat kok, kamu tuh kecil ibarat nyamuk gak ada apa-apanya buat papa."
"Yakin?" balas Gibran.
"Loh iya, udah siap ini!"
Bugh...
Satu pukulan meleset, Akbar berhasil menghindar tapi pukulan kedua dari Gibran berhasil mendarat sempurna di bagian perutnya alhasil Akbar mundur beberapa langkah.
"Awss..." ringis Akbar. Melihat papanya yang kesakitan Gibran jadi khawatir ia mulai mendekat tapi Akbar malah langsung memukul balik Gibran. Gibran terkejut dengan serangan tiba-tiba itu.
"Jangan pernah mengasihani musuh Gibran," ujar Akbar.
"Maaf."
Akbar tersenyum lalu mengacak rambut Gibran membuat tatanan rambutnya rusak. "Ck! Papa!"
Akbar tertawa puas. "Kamu masih saja sama, masalah rambut pasti sensitif."
"Rambut Gibran ini menambah pesona sebesar 10% jangan di rusak."
"90% nya?"
"Oh.. berarti sekarang papa mengakui kalau Gibran ganteng 100%! Buktinya papa tanya 90% nya," balas Gibran dengan penuh percaya diri.
"Halah...ganteng dari mananya, burik begitu. Ya udah ayo lanjut latihan lagi meski serangan kamu udah lebih berasa tapi harus lebih ditingkatkan lagi."
"Masa cuma Gibran aja yang diajarin, Daniel juga mau," sambar Daniel yang baru datang bersama dengan yang lain.
"Ayo sini kalau gitu, papa udah siap dari tadi, yang lain ikut juga ya gantian."
Mendengarnya Daniel jadi semakin bersemangat, ia mulai bersiap-siap setelah itu Daniel berdiri berhadapan dengan Akbar pria yang sudah seperti ayah kandungnya itu menyuruh Daniel menyerang terlebih dahulu.
"Ah! Apaan itu, itu bukan pukulan nggak berasa sama sekali. Lebih keras lagi Nil, nggak usah ragu anggap aja yang didepan kamu ini musuh kamu."
Daniel kembali menyerang dan mengulangnya berkali-kali saat Akbar belum merasa puas dengan pukulannya sementara itu Gibran memutuskan untuk mengambil air minum karena kehausan setelah berlatih cukup lama.
drrttt....drrttt...drrtttt.....
Muncul sebuah notif pesan di ponsel Zavier yang terletak di atas meja, pesan itu berasal dari nomor tak dikenal. "Vir ada pesan masuk!" ujar Gibran sedikit berteriak, ia sempat melirik dan tanpa sengaja dapat membaca isi pesan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
GIBRAN RAFFRANSYAH
Ação"Biarin gua jadi pembunuh, Ra." Kehidupan remajanya penuh tantangan, air mata dan luka akibat tragedi yang menimpa keluarganya. Membuatnya menjadi remaja nakal yang pantang di atur, tidak kenal takut dan akrab dengan berbagai rasa sakit. Berusaha me...