Gibran menghentikan larinya dia mengatur nafasnya sambil melihat ke belakang memastikan kalau Pak Ferdi tidak mengejarnya.
Saat dia melihat ke depan, dia melihat seorang wanita yang memakai pakaian serba hitam, bibirnya yang begitu merah merona tampak tersenyum padanya. Wanita itu lalu masuk ke dalam ruangan bekas perpustakaan sekolah.
Rasa penasaran mulai menguasai Gibran. Dia berjalan menuju perpustakaan lama dan mulai masuk ke dalam.
'Brakk'
Pintu perpustakaan tiba-tiba tertutup rapat saat Gibran benar-benar sudah berada di dalam seperti ada orang yang memang sengaja melakukannya. Gibran yang terkejut segera mendekat kembali ke pintu dan berusaha membukannya namun tidak berhasil.
Akhirnya dia memutuskan untuk menelfon Daniel agar membantunya untuk keluar dari tempat ini.
"Kenapa Bran?"
"Tolongin gua! Gua kekunci di perpus lama."
"Bwahaha.....kok bisa sih?"
"Malah ketawa kampret lo! Udah cepet ke sini."
"Lo tuh Bran baru juga masuk sekolah."
"Udah cepetan."
"Iya..iya."
Gibran memutuskan sambungan telfonnya lalu mulai berjalan lebih dalam melewati rak rak buku yang sudah usang.
"Gua yakin tadi dia masuk ke sini."
"Gua disini," ujar seorang wanita yang berdiri di belakang Gibran.
Gibran menoleh ke sumber suara tapi pencahayaan yang kurang membuatnya tidak bisa melihat wajah wanita itu dengan jelas.
"Ternyata rencana gua berhasil buat mancing lo masuk ke sini," ucapnya lalu menarik satu sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman.
"Lo siapa? Gua nggak pernah lihat lo disini."
"Ini pertemuan kedua kita."
"Kedua?"
"Iya, yang pertama saat penyerangan di pasar malam dan yang kedua adalah hari ini."
"Cowok waktu itu rekan lo?"
"Jawaban yang tepat."
"Kalian ada dendam apa sih sama gua ha?! Ngikutin gua mulu, ngincer gua terus, ngefans lo sama gua?"
"Sebenernya kita punya dendam yang berbeda tapi ternyata orang yang kita benci merupakan satu keluarga jadi kerjasama adalah pilihan yang tepat."
Wanita itu mulai berjalan maju mendekati Gibran sedangkan Gibran tetap diam ditempat tidak berjalan maju ataupun mundur.
Dia baru menghentikan langkahnya saat berada tepat didepan Gibran, tinggi mereka yang sejajar membuat wajah mereka saling berhadapan.
"Oh..iya omong-omong gua orang yang pernah mencoba membunuh Akbar dan Risa akhirnya kita bisa saling berhadapan ya," ujarnya sambil tersenyum.
Keadaan mendukung Gibran saat ini. Pencahayaan di ruangan itu lebih baik daripada sebelumnya sehingga wajah wanita di depannya terlihat sangat jelas.
"Jadi ini wajah orang brengsek yang gua cari selama ini?" ujar Gibran seraya menatap lekat mata wanita di depannya.
"Hari ini lo selamat karena gua nggak akan bunuh lo sekarang tapi gua cuma mau bilang kalau waktu lo nggak banyak jadi lebih baik perbanyak kenangan indah bersama orang-orang yang lo sayang setelah ini."
"Hari ini lo udah nantang gua."
Wanita itu tersenyum kecil. "Kita lihat aja siapa yang akan menang nantinya."
Dia pun berbalik dan berjalan menjauhi Gibran tapi langkahnya ia hentikan saat baru tiga kali melangkah.
Dia berbalik menatap Gibran kembali. "Oh..iya gua lupa memperkenalkan diri, nama gua Priska. Senang bisa mengibarkan bendera perang sama lo Gibran Raffransyah Kafeel," ujarnya sembari menekan nama 'Kafeel' lalu melompat lewat jendela.
"Priska ingat wajah nya dan tandai," gumam Gibran.
🔥🔥🔥
TBC
Yuhuuuu gimana triples up nya seru gak? Suka gak?
Jangan lupa share cerita ini jika kalian suka dan menikmati kisahnya
__________________
Priska Gibston
KAMU SEDANG MEMBACA
GIBRAN RAFFRANSYAH
Action"Biarin gua jadi pembunuh, Ra." Kehidupan remajanya penuh tantangan, air mata dan luka akibat tragedi yang menimpa keluarganya. Membuatnya menjadi remaja nakal yang pantang di atur, tidak kenal takut dan akrab dengan berbagai rasa sakit. Berusaha me...