Naufal mematikan sambungan telfon seraya menunjukkan senyum kemenangan menatap Daniel dan Zavier yang duduk dengan wajah muram di belakangnya.
"Riz kenapa lo kasih telfon Gibran ke Naufal? Padahal gua sama Zavier udah kasih penawaran yang langka buat lo sedangkan Naufal cuma nunjukin senyumnya doang."
"Tau nih lagian senyumnya Naufal tuh masih kalah manis sama senyuman gua."
"Gua lebih percaya sama Naufal dan gua yakin kalau lo berdua yang bikin masalah."
Daniel dan Zavier menutup mulutnya rapat-rapat karena yang dikatakan Rizky memang benar. Kali ini mereka sama-sama memikirkan cara agar Gibran tidak memarahi mereka karena telah mengganggu member Alghoz yang paling muda bisa dikatakan Naufal adalah adik dari mereka karena umur Naufal yang paling muda.
Suara deru motor Gibran dari luar berhasil membuat Daniel dan Zavier keluar dari pikirannya masing-masing.
Zavier segera mengambil air mineral di lemari persediaan yang memang disediakan di markas. Sedangkan Daniel berjalan cepat ke depan untuk menyambut leadernya itu.
Gibran sedikit terkejut saat Daniel tiba-tiba berdiri di hadapannya yang baru saja turun dari motor sembari memegang satu tangan Gibran dengan dua tangannya.
"Bran..hehe..." sapa Daniel sembari menunjukkan deretan giginya. Gibran hanya menautkan dua alisnya sebagai respon.
Daniel menarik tangan Gibran membawanya masuk lalu mempersilahkannya untuk duduk di bangku.
"Lo pasti capek kan habis kerja terus ngajak Kyra jalan-jalan, gua pijetin ya."
Gibran yang bingung dengan kelakuan Daniel lebih memilih untuk menikmati pijatan Daniel di kakinya daripada menanyakan alasan sikap Daniel yang aneh.
Zavier datang dengan sebotol air mineral lalu segera memberikannya pada Gibran.
"Silahkan di minum, ini bukan air mineral biasa soalnya udah gua kasih doa-doa biar lo dijauhkan dari marabahaya," kata Zavier menirukan gaya seorang pelayan restoran.
Gibran menerimanya meski masih bingung dengan dua sahabatnya yang disebut dua monyet Alghoz.
"Mau gua pijetin juga?" tanya Zavier.
"Oh..boleh-boleh nih pijetin kepala gua ya, pusing nih."
Zavier segera melaksanakan perintah yang diberikan Gibran.
"Manjain Gibran cuma mau menangin hati Gibran kan biar gak dimarahin," sindir Naufal.
"Iya kenapa? Ini suatu bentuk perjuangan dan sebesar apa kasih sayang gua sebagai sahabat," jawab Zavier.
Naufal yang mendengar pengakuan Zavier berniat untuk menggodanya dengan memperbesarkan masalah.
"Bran, masa ya tadi gua tuh baru pulang dengan muka bonyok gini malah didorong sampai jatuh terus dipukul juga. Tega banget kan?!"
Gibran hanya diam sambil menikmati pijatan dua sahabatnya.
"Yaelah gak sengaja Fal, jangan dibesar-besarin dong," kesal Zavier.
"Lo kan gak ngerasain sendiri Vir penderitaan gua."
"Lebay lo! Gitu doang langsung ngadu!" Zavier yang kesal tanpa sadar memijat kepala Gibran terlalu kasar sampai tidak sengaja meraup wajah Gibran dengan tidak sopan menyalurkan kekesalannya pada Naufal disana.
"Umur lo itu udah 17 tahun jangan kaya anak kecil deh, gua jadiin perkedel baru tahu rasa lo!"
Gibran mengayunkan tangannya dari atas ke belakang berusaha memberikan isyarat pada Zavier untuk berhenti. Naufal, Rizky dan Daniel yang melihat itu sudah tak sanggup menahan tawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
GIBRAN RAFFRANSYAH
Acción"Biarin gua jadi pembunuh, Ra." Kehidupan remajanya penuh tantangan, air mata dan luka akibat tragedi yang menimpa keluarganya. Membuatnya menjadi remaja nakal yang pantang di atur, tidak kenal takut dan akrab dengan berbagai rasa sakit. Berusaha me...