Sudah satu bulan berlalu dan Gibran sangat bersyukur sebab selama ini ia tidak pernah bertemu Priska dan rekan misteriusnya. Wanita kejam itu tidak melakukan apapun selama ini entah tidak atau belum Gibran juga tidak tahu pasti.
Hubungan Gibran dengan Kyra juga baik-baik saja meskipun Zack selalu saja mencoba mendekati Kyra di saat Gibran tidak bersama gadis itu. Kyra yang lugu masih saja bersikap biasa saja saat Zack berusaha untuk dekat dengannya, ia hanya menganggap Zack sebagai teman meski nyatanya Zack sedang berusaha memikat hatinya.
Sementara Gibran, ia sudah menahan emosi beberapa kali kala melihat kedekatan Zack dan Kyra. Mau melarang pun Gibran tidak berhak, tidak ada hubungan pasti yang mengikatnya dengan Kyra.
Tapi satu minggu ini sikap Kyra berbeda dari biasanya, jika gadis itu selalu ceria dan murah senyum maka kini ia tampak murung seakan alasan kebahagiannya berkurang. Gibran pikir mungkin Kyra marah padanya karena selama satu minggu ia tidak sempat menemui Kyra dan benar-benar mengobrol dengannya.
Fakta bahwa ia sudah kelas XII dan sebentar lagi ujian membuatnya selalu di kurung dalam kelas oleh guru agar Gibran tidak kabur dan selalu mengikuti KBM juga pelajaran tambahan dari beberapa mata pelajaran tanpa ada halangan dan alasan.
Kini remaja lelaki itu tengah berada di dalam kelasnya, pandangannya memang terlihat fokus ke depan tapi pikirannya selalu memikirkan Kyra. Apa Kyra benar-benar marah padanya karena selama ini mereka jarang bertemu bahkan Gibran malah terlihat seakan tengah mendiamkan Kyra saat mereka bicara lewat panggilan video pun gadis itu hanya menjawab seadanya.
Gibran terus saja berpikir ini dan itu sembari memainkan bulpoin dengan jari-jemarinya sampai bunyi bel pulang langsung membuatnya segera memasukkan buku dan bulpoinnya ke dalam tas.
"Bran, lo mau kemana? Habis ini kita masih ada pelajaran tambahan kaya biasanya," ujar Zavier.
"Gua skip aja hari ini."
"Kalau nanti Bu Ina marah ke kita gimana? Kan gua sama Daniel harus nyegah lo biar nggak kabur."
"Kalau lo nggak mau dimarahin yaudah skip aja, gampang kan."
"Oke, gua skip juga. Lo ikut nggak Nil?"
"Ya jelas ikut dong."
"Nah sip-sip."
"Gua duluan," pamit Gibran.
Setelah berpamitan dengan dua sahabatnya Gibran langsung pergi menuju kelas Kyra dengan langkah lebar dalam perjalanan ia berpapasan dengan Dita, gadis bersurai panjang itu tersenyum.
"Mau kemana kak?"
"Kyra mana?"
"Masih piket, kenapa emangnya?"
"Kyra marah ya sama gua? Soalnya selama 1 minggu ini kita jarang ketemu, jarang ngobrol dan sikapnya itu beda nggak ceria sama sekali," tutur Gibran.
Mendengar itu raut wajah Dita berubah murung tampaknya dia juga sedih. "Ayah sama ibu Kyra cerai kak."
Gibran terkejut, ia tidak menyangka jika keluarga Kyra yang kelihatannya harmonis ternyata akan berakhir seperti ini tapi memang selama Gibran dekat dengan Kyra dan berkunjung ke rumahnya tidak pernah satu kali pun Gibran bertemu dengan ayah Kyra.
Kenapa masalah seperti ini Kyra tidak menceritakan padanya padahal selama ini gadis itu selalu memaksa Gibran membagi segala keluh kesahnya.
"Makasih infonya," ujar Gibran lalu segera pergi menemui Kyra.
Sesampainya di kelas Kyra, saat itu juga Gibran tahu kalau jadwal piket Kyra dan Zack sama, dengan langkah cepat Gibran mulai mendekat mengambil alih sapu di tangan Kyra secara tiba-tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
GIBRAN RAFFRANSYAH
Aksi"Biarin gua jadi pembunuh, Ra." Kehidupan remajanya penuh tantangan, air mata dan luka akibat tragedi yang menimpa keluarganya. Membuatnya menjadi remaja nakal yang pantang di atur, tidak kenal takut dan akrab dengan berbagai rasa sakit. Berusaha me...