'Dorrr'
Beberapa peluru melesat kearahnya dari depan dan belakang, Akbar mengumpat dalam hati ketika peluru yang berasal dari mobil dibelakangnya mengenai ban mobilnya membuat mobil yang dikendarainya tidak bisa melaju dengan lancar.
"DASAR BRENGSEK!GUA HIDUP, MATI LO!" teriak Akbar
Kini kalian tahu kan sifat bar-bar Gibran berasal darimana?
Mobil Akbar hilang kendali dia memutuskan melepas pegangan tangannya pada stir mobil sementara tangan kirinya masih setia menggenggam tangan Risa.
"Nunduk!" perintah Akbar yang langsung dituruti Risa melihat peluru yang terus menembus kaca mobilnya membuatnya melakukan itu.
Akbar dan Risa sama-sama menutup mata genggaman tangan mereka semakin erat ketika mereka merasakan tubuhnya terbang, mulut mereka terus berdoa.
Semuanya terjadi begitu cepat mobil mereka jatuh ke jurang, asap mengebul ke udara perlahan percikan api mulai keluar dari mobil putih itu yang ditumpangi Akbar dan Risa
Akbar mencoba membuka matanya yang mulai terasa berat, kepalanya pusing tubuhnya berlumuran darah, Akbar melepas sabuk pengamannya lalu mencoba membuka pintu kemudi dan berhasil.
Akbar mengarahkan perhatiannya pada Risa yang tak sadarkan diri dengan tubuh yang sama dengannya berlumuran darah, dia mulai melepas sabuk pengaman dan berusaha menarik Risa keluar.
Kepalanya yang terasa berat serta perih yang menjalar di tubuhnya membuatnya lemas tapi Akbar tidak mau menyerah dia terus berusaha bertahan, setelah berhasil mengeluarkan Risa dengan sisa tenaganya dia memapah Risa ke tempat yang agak jauh dari mobilnya dia tahu sebentar lagi mobil itu pasti akan meledak.
Akbar tidak mau mengaku kalah secepat itu pada musuhnya dia sudah berjanji untuk bertahan demi Gibran dan juga untuk membalas dua orang brengsek tadi.
Kini Akbar dan Risa berhasil menjauh dari mobil mereka, Akbar menidurkan Risa di tanah tiba-tiba tubuhnya terhuyung ke tanah jatuh di samping Risa pandangannya buram sesaat sebelum akhirnya tertutup.
Suara ledakan yang berasal dari mobil putih milik mereka itu terdengar tiga detik kemudian setelah Akbar menutup matanya.
Sementara di atas sana seorang wanita keluar dari mobil hitamnya, rambut panjangnya yang lurus itu dia ikat, pakaian ketat bernuansa hitam yang dikenakannya memperlihatkan bentuk tubuhnya yang ramping.
Sedangkan di mobil hitam lainnya cowok yang masih berusia belasan tahun itu turun dari kendaraannya.
Mereka berdua tersenyum penuh kemenangan setelah melihat mobil putih milik Akbar meledak, mereka mengira musuhnya telah mati.
"Gua suka sama kerja lo, hasilnya memuaskan," ucap wanita itu.
"Tentu saja."
"Sekarang tinggal Gibran."
Remaja lelaki itu langsung mengarahkan perhatiannya pada wanita yang berdiri tegap di sampingnya dengan tatapan tak percaya.
"Kenapa? Lo gak tega? Ingin berubah pikiran?" tanya wanita itu.
Dia mengalihkan pandangannya kembali menatap ke mobil yang penuh dengan kobaran api, "Gak sama sekali, tapi apa itu gak kecepetan gua rasa dia akan lebih sulit di kalahkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
GIBRAN RAFFRANSYAH
Action"Biarin gua jadi pembunuh, Ra." Kehidupan remajanya penuh tantangan, air mata dan luka akibat tragedi yang menimpa keluarganya. Membuatnya menjadi remaja nakal yang pantang di atur, tidak kenal takut dan akrab dengan berbagai rasa sakit. Berusaha me...