Gibran merapikan tatanan rambutnya dengan jari-jemari sembari menatap pantulan dirinya di kaca spion. Ini sudah menjadi rutinitas yang wajib untuknya.
"Ganteng 1000% kaya biasanya," ujarnya memuji diri sendiri.
"Ekhem..." dehem Pak Ferdi yang sudah berdiri tepat dibelakang motor Gibran.
Gibran hanya menoleh sekilas. "Sorry, lagi gak mood."
Tanpa basa-basi lagi Pak Ferdi langsung menjitak kepala Gibran cukup keras. "Gak mood! Gak mood! Kalo gak mau dihukum itu jangan telat, sekolah pagi masuk siang!"
"Jangan dijitak pak nanti saya tambah goblok gimana?"
"Pusing kepala saya ngeladenin kamu, Bran!"
"Copot aja kepalanya," jawab Gibran enteng setelah turun dari motornya.
"Astaga Gibrannn, capek saya! Capek! Sehari aja jangan bikin masalah gitu loh."
"Tapi seru loh."
Pak Ferdi yang semakin emosi sudah siap melayangkan tangannya namun dengan cepat dicegah oleh Gibran, lelaki itu memegang tangan Pak Ferdi dan menyaliminya.
"Damai aja, gak mood debat, kasihan bapak nanti cepet mati kalo marah-marah terus hahaha..." kata Gibran lalu segera berlari meninggalkan Pak Ferdi.
"Saya mau resign..." teriak Pak Ferdi hampir mewek.
🔥🔥🔥
"Ra, kamu minggu ada acara gak?" tanya Zack, lelaki berkulit putih bersih itu tiba-tiba saja sudah berdiri di samping meja Kyra.
"Enggak, kenapa?"
"Jalan, yuk!"
"Kemana?"
"Pengennya sih nonton habis itu terserah kamu deh pengen kemana, tapi berdua aja ya," ucap Zack dengan menekankan kata berdua
"Oh jadi gitu, aku sama Diyah gak di ajak, ih jahat bingit," sahut Dita.
"Ngerti dikit lah Dit," kode Zack.
"Kyra gak boleh pergi sama lo."
Suara Gibran yang baru memasuki kelas berhasil mengalihkan perhatian mereka semua.
Zack mendengus kesal. "Lo gak punya hak buat ngelarang dia."
"Terus lo pikir gua peduli? Sekali gua bilang gak ya gak!"
"Gak semua orang harus nurutin omongan lo!"
"Suka-suka gua lah, lagian lo itu cuma jadi orang ketiga. Mana bisa cowo kaya lo jagain Kyra, bikin dia bahagia."
"Emang Kak Gibran bisa jagain aku," sahut Kyra tiba-tiba, ini bukan pertanyaan untuk Gibran melainkan sindiran halus yang langsung menyayat hati lelaki itu.
Gibran tertegun, bingung harus menjawab apa. Ia menatap bersalah pada gadis yang menatapnya kecewa.
"Mending pergi deh."
"Gua? Diusir? Zack sialan, awas aja sampe ngerebut Kyra. Gua mutilasi," ucapnya dalam hati.
"Kita harus bicara, Ra."
"Aku sibuk."
Gibran menghela nafas. "Gua tunggu pulang sekolah."
Tidak ada jawaban dari Kyra, gadis itu pura-pura sibuk dengan ponselnya. "Gak boleh deket-deket sama Zack," imbuh Gibran.
KAMU SEDANG MEMBACA
GIBRAN RAFFRANSYAH
Action"Biarin gua jadi pembunuh, Ra." Kehidupan remajanya penuh tantangan, air mata dan luka akibat tragedi yang menimpa keluarganya. Membuatnya menjadi remaja nakal yang pantang di atur, tidak kenal takut dan akrab dengan berbagai rasa sakit. Berusaha me...