Sudah sepuluh kali lebih Gibran mencoba menghubungi Gavin tapi panggilan tersebut tak kunjung dijawab.
Ting
Sebuah pesan masuk membuat Gibran langsung kembali mengecek ponselnya, ia pikir itu dari Gavin namun ternyata itu pesan dari Naufal.
Gibran segera turun ke bawah dan bersiap untuk menuju ke tempat Naufal berada. Disaat seperti ini ia harus bergerak cepat sebelum Priska menambah jumlah korbannya.
Butuh waktu sekitar dua puluh lima menit untuk sampai. Sesampainya di sana Gibran sudah bisa melihat Naufal yang tengah berdiri di depan salon mungkin Priska sudah pergi karena itu Naufal berani berada di sana.
"Fal!" panggil Gibran sedikit berteriak sembari melambaikan satu tangannya.
Naufal pun juga melakukan hal yang sama, ia pun hendak berjalan menghampiri Gibran.
Brakk
Tubuh Naufal terpental karena sebuah mobil tiba-tiba saja muncul dan menabraknya. Gibran segera berlari menghampiri sahabatnya itu tapi ia kalah cepat dua orang pria membawa Naufal yang masih kesakitan masuk ke dalam mobilnya.
"Shit!"
Gibran mengambil sebongkah kayu yang ia lihat tak jauh dari tempatnya kemudian segera menaiki motornya, melajukan kendaraannya itu dengan kecepatan penuh untuk mengejar mobil yang membawa Naufal pergi.
Melewati beberapa simpangan jalan yang ramai sedikit menghambat perjalanannya tapi Gibran tidak akan membiarkan mobil itu lolos.
Suara klakson yang ditujukan untuk Gibran terdengar lebih dari satu kali. Setelah melewati jalanan yang penuh akan kendaraan kini mereka tengah melewati jalan raya yang cukup sepi, Gibran tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini.
Laki-laki itu semakin menambah kecepatannya ketika ia berada tepat di samping mobil hitam itu dengan cepat Gibran memecahkan kacanya menggunakan kayu yang ia bawa tadi. Hal itu membuat supir mobil panik dan tidak fokus sehingga terpaksa menghentikan mobilnya.
Setelah mobil itu berhenti, Gibran juga ikut berhenti. Ia mulai turun dari atas motornya tanpa basa-basi laki-laki itu langsung melakukannya serangan fisik terhadap dua orang asing yang membawa Naufal tadi.
Gibran menggunakan kayu yang dibawanya sebagai senjata, salah satu dari mereka langsung tidak sadarkan diri saat dihantam kayu itu sementara yang lain mencoba untuk menusuk Gibran namun ia segera menyadarinya.
Ia berhasil menghindar dan melakukan serangan balik, memukul musuhnya beberapa kali hingga pingsan. Setelah musuhnya berhasil dilumpuhlan Gibran segera menghampiri Naufal.
Ia membuka pintu mobil itu dan mendapati Naufal yang tidak sadarkan diri. Pergelangan tangannya terus mengeluarkan darah sepertinya salah satu dari mereka telah mmengiris urat nadi Naufal, mencoba menghabisi nyawanya.
Tanpa pikir panjang Gibran merobek bagian bajunya, kemudian melilitkan kain itu pada pergelangan Naufal untuk menghentikan pendarahan. Karena keadaan Naufal yang mengkhawatirkan, Gibran memutuskan untuk mengendarai mobil itu dan meninggalkan motornya begitu saja.
🔥🔥🔥
Gibran menyipitkan kedua matanya, memastikan penglihatannya tidak salah. Seseorang yang familir untuknya tengah berdiri di depan meja administrasi sekarang.
"Gavin?" panggilnya memastikan.
Pria bersurai putih itu menoleh. "Lo ngapain di sini?" lanjut Gibran.
Sebelum menjawab Gavin terlebih dahulu memperhatikan sekelilingnya, ia lalu menarik Gibran membawanya ke ruangan dimana Gilang di rawat.
Gibran terkejut melihat kondisi sahabatnya itu, Gilang terbaring tidak sadarkan diri dengan lebam di sekujur tubuhnya.
"Lo yang lakuin ini? Gua kan udah bilang Vin, biar gua yang urus," cerocos Gibran seakan tidak membiarkan Gavin memberikan pembelaan.
"Bukan gua Bran, itu ulah Priska."
Gibran menyerngit heran mendengarnya, untuk apa Priska melukai tangan kanannya sendiri.
"Kita salah Bran, bukan Gilang penghianatnya."
"Bukannya lo yang bilang kalau dia penghianatnya?"
"Iya gua salah sangka selama ini, sorry gua udah bikin lo curiga ke temen lo sendiri. Gilang gak jahat Bran, justru dia yang terus berusaha ngelindungin lo," ungkap Gavin.
Gibran terdiam sesaat, mencoba mencerna apa yang dikatakan Gavin. "Berarti lo udah lihat rekamannya kan? Siapa pelakunya? Siapa tangan kanan Priska? Apa bener dia bagian dari Alghoz?" tanya Gibran bertubi-tubi.
Sekarang justru Gavin yang terdiam mendengar semua pertanyaan itu. Ia terlihat ragu untuk mengatakannya.
"Gua.... Gua gak bisa kasih tahu sekarang," jawabnya seraya menunduk.
Gibran tersenyum kecut menanggapinya. "Kayanya kalian semua udah tahu deh penghianat di Alghoz siapa, tapi gak ada satu pun yang bilang ke gua. Kenapa ha?" kesal Gibran.
"Gua gak yakin Bran, masalahnya setahu gua orang ini baik. Dia gak mungkin ngehianatin lo."
"Penghianat selalu pura-pura baik, Vin."
"Tapi meskipun gitu gua gak bisa kasih tahu lo sekarang," kekeh Gavin.
"Kenapa sih? Takut gua gak bisa nahan emosi? Itu pasti Vin tapi kalau lo tetep ngerahasiain identitas penghianat itu sama aja lo bantuin dia."
Gavin mulai menunduk, menjawab Gibran dengan suara yang pelan. "Gilang yang nyuruh gua, dia bilang itu gak baik buat lo."
"Lupain tentang gua yang terpenting sekarang gua harus tahu soal penghianat itu, asal lo tahu Naufal udah jadi korbannya."
Mendengarnya lantas membuat Gavin berhenti menunduk. Ia menatap penuh tanya pada Gibran. "Kenapa Naufal?"
"Dia di culik dan hampir di bunuh karena Naufal tahu tempat tinggal Priska, mungkin itu juga markasnya."
Gavin semakin dibuat dilema. Ia bingung harus bagaimana namun pada akhirnya ia tetap mengambil keputusan yang pertama yaitu merahasiakan identitas penghianat tersebut.
"Gua mohon Bran, kita tunggu Gilang aja ya. Gua yakin dia pasti punya rencana di balik semua ini, kali ini lo harus percaya sama dia," bujuk Gavin.
"Tapi ini bukan hanya tentang percaya, ngerti Vin?" jawab Gibran menatap lawan bicaranya itu dengan tajam.
🔥🔥🔥
TBC
Jangan lupa pencet bintangnya ^^
Bantu share juga yuk❤
KAMU SEDANG MEMBACA
GIBRAN RAFFRANSYAH
Acción"Biarin gua jadi pembunuh, Ra." Kehidupan remajanya penuh tantangan, air mata dan luka akibat tragedi yang menimpa keluarganya. Membuatnya menjadi remaja nakal yang pantang di atur, tidak kenal takut dan akrab dengan berbagai rasa sakit. Berusaha me...