Seorang remaja berseragam putih abu-abu itu memasuki sebuah cafe bernuansa warna coklat. Saat itu pengunjung cafe tidak terlalu banyak membuatnya mudah untuk menemukan orang yang ia cari.
Di sudut ruangan seorang pria yang memakai kemeja putih dengan lengan yang dilipat hingga siku tengah duduk membelakanginya. Dia adalah orang yang ia cari, orang yang mengajaknya bertemu untuk membicarakan sesuatu.
Tanpa banyak tingkah dan bicara remaja itu langsung duduk tepat di depan pria itu. Ia bersandar di kursi seraya melipat kedua tangannya di depan dada. Tatapannya terlihat menantang meski menurutnya itu adalah tatapan biasa.
Pria yang duduk di depannya tersenyum kecil. "Gua pikir lo nggak akan datang."
"Sekarang gua udah di depan lo kan, buruan ngomong."
Pria itu tersenyum sekali lagi. "Gibran...Gibran, lo tuh gak sabaran ya."
Sekarang ia mengganti posisi duduknya yang semula bersandar kini mulai sedikit mencondongkan badannya ke depan, menatap remaja yang tengah duduk dihadapannya dengan bagitu tajam.
Remaja itu tak lain adalah Gibran masih dengan posisi duduk yang sama ia menampilkan ekspresi datar andalannya, tidak ada raut keceriaan ataupun kemarahan di sana.
Flashback on
"Gibran?" suara bariton terdengar begitu dekat membuat Gibran yang tengah merenung sambil menutup matanya kini mulai melihat orang yang sudah berada di samping motornya.
Gibran hanya mengangguk sedangkan pria itu tersenyum kecil melihat respon dari Gibran.
"Jadi lo orangnya."
"Kenapa?" tanya Gibran.
"Jam 1 siang temuin gua di cafe Astheria, gua mau ngomong penting sama lo."
"Gua nggak kenal lo."
"Besok lo juga kenal," ucap pria itu seraya tersenyum.
"Kenapa nggak sekarang? Gua sibuk," ujar Gibran yang sebenarnya sudah malas untuk merespon orang yang tidak ia kenal ini.
"Ini tentang Kyra."
Mendengar nama itu disebut membuat Gibran langsung menatap pria di sampingnya.
Flashback off
"Oh..iya lo belum kenal gua ya. Kenalin nama gua Rangga gua suaminya Nada sekaligus kakak ipar Kyra," ujarnya seraya mengulurkan tangan dan dibalas singkat oleh Gibran.
"Gua emang nggak terlalu tahu banyak tentang lo tapi gua yakin kalau hidup lo itu selalu penuh bahaya, gua cuma tahu kalau lo itu remaja yang penuh dengan masalah. Tawuran, balapan liar dan bersikap seenaknya sendiri bukan hal yang baru buat lo. Gua-"
"Langsung to the point aja," sela Gibran.
Rangga hanya bisa mendengus kesal sikap Gibran terlihat sangat tidak bersahabat. "Gua minta sama lo buat jauhin Kyra."
Gibran mengangkat satu alisnya, "Tujuan lo nyuruh gua jauhin Kyra apa?"
"Gua sebagai kakaknya nggak mau Kyra kenapa-napa. Gua cuma pengen ngelindungin dia terutama dari lo karena lo itu bukan anak baik-baik, hidup lo juga penuh bahaya gua nggak mau Kyra yang nggak tahu apa-apa jadi terlibat sama masalah hidup lo yang ribet itu."
Gibran tersenyum miring, "Ini tentang gua dan Kyra, masalah keselamatannya gua yang jamin."
"Kalau lo gagal ngelindungin dia?"
"Bunuh gua."
Rangga mengangguk pelan seraya tersenyum remeh. "Gua nggak percaya sama lo, udah mending lo lupain Kyra dan jauhin dia!"
KAMU SEDANG MEMBACA
GIBRAN RAFFRANSYAH
Acción"Biarin gua jadi pembunuh, Ra." Kehidupan remajanya penuh tantangan, air mata dan luka akibat tragedi yang menimpa keluarganya. Membuatnya menjadi remaja nakal yang pantang di atur, tidak kenal takut dan akrab dengan berbagai rasa sakit. Berusaha me...