34 - Sebuah Informasi

242 28 35
                                    

Priska tersentak kaget ketika seseorang memeluknya dari belakang saat ia baru saja menutup pintu ruangannya. Wanita itu mencoba mengintip ke belakang.

"Hei, kenapa kau takut sayang? Ini aku, Toni."

"Fyuu, aku kira siapa ternyata kau."

Pria bertubuh tinggi dan berbadan sedang itu tertawa, ia melepas pelukannya dan duduk di kursi kerja Priska.

"Darimana?" tanya Toni.

"Hanya berjalan-jalan. Kenapa kau datang kemari? Kau merindukanku?" balas Priska sambil tertawa.

"Ck, tentu saja apa lagi alasanku jika bukan itu. Aku juga ingin menunjukkan ini kepadamu," ujar Toni seraya menyodorkan dua lembar foto.

Priska menyerngit bingung. "Siapa?"

"Mereka berdua adalah putriku, aku sangat menyayangi mereka tapi sayangnya mereka lebih memilih ikut dengan ibunya itu."

"Jadi mereka ini putrimu?" tanya Priska mencoba memastikan dan dibalas anggukan oleh Toni. "Sepertinya aku pernah bertemu dengan yang satu ini, siapa namanya?" ucapnya sembari memperlihatkan salah satu foto.

"Oh, itu yang bungsu namanya Kyra."

"Ahh..Iya. Aku ingat, Kyra. Dia gadis yang bersama musuhku," ucapnya bermonolog.

"Apa? Kau bilang apa tadi?"

"Tidak bukan apa-apa aku hanya sedang mencoba mengingat sesuatu saja."

Toni mengangguk paham, ia kembali menceritakan kedua putrinya terutama Kyra ketara sekali bahwa Toni sebenarnya sangat menyayangi kedua anaknya itu.

"Kyra itu gadis yang lugu ia seperti baru menyadari dunia luar saat menginjak bangku SMA. Dia putriku yang pendiam dan juga mandiri, sebenarnya aku masih merasa bersalah saat meninggalkannya begitu saja walau aku tahu dia terluka."

Priska mendekatkan dirinya pada Toni, wanita itu menggenggam tangannya. "Sudah lupakan saja aku yakin Kyra mengerti dan memaafkanmu."

"Priska aku harap kau bisa menjadi ibu yang baik untuk mereka berdua setelah kita menikah nanti."

"Tentu saja aku akan berusaha, mereka anak yang baik tapi aku lebih suka dengan yang satu ini, Kyra. Ada yang istimewa darinya."

"Oh ya? Apa?"

"Dia bisa membuat Gibran berlutut di depanku."

"Gibran? Siapa Gibran?"

"Hah? Ahh...tidak bukan apa-apa, itu hanya salah satu tokoh dalam film yang sering aku tonton jadi tanpa sadar aku mengucapkan salah satu dialognya."

"Oh..ku kira siapa."

🔥🔥🔥

"Ass...eh, kok kalian di sini?" heran Gibran saat baru memasuki rumahnya.

Karena keadaan rumahnya kini sangat ramai berbeda dengan pagi tadi sebelum dia berangkat ke sekolah. Alghoz membuat rumahnya seperti tempat bermain.

Daniel dan Gilang kini tengah tidur di pangkuan Akbar yang sedang sibuk bermain PS dengan Elvano. Bahkan cemilan yang berada di dalam toples kini berserakan di meja dan lantai.

"Lah lo sih Bran, masih nganterin Kyra pulang sementara kita udah gak sabar pengen ketemu orang tua lo," balas Daniel saat Gibran sudah berjalan mendekat.

Dengan kesal Gibran menendang kaki Daniel yang masih berbaring. "Bangun gak lo! Bersihin nih, gimana ceritanya makanan bisa ada di lantai, di meja."

"Aduhh... iya, iya nggak usah di tendang-tendang gitu dong. Gua beresin tenang aja tapi nanti, sekarang gua masih mau tidur di pangkuannya papa Akbar, ya kan pa?"

"Hm," gumam Akbar.

"Udah Bran nggak papa, jangan di marahin gitu dong Danielnya," sahut Risa sembari membawa kue dan minuman dibantu Rizky dan Zavier.

"Yaudah tapi awas ya sampai mama gua kecapekan gara-gara ulah kalian!"

"Ah..mama. Daniel di ancam," adu Daniel pada Risa.

"Gibran! Jangan gitu."

"Ck, tahu ah serasa nggak di anggap anak gua. Gibran mau ke kamar dulu," pamit Gibran lalu melenggang pergi.

Sesampainya di kamar Gibran kembali dibuat terkejut, kondisi kamarnya yang semula rapi kini terlihat sangat berantakan. Selimut dan bantalnya sekarang sudah berada di lantai.

Terdengar suara gemericik air dari kamar mandi. Dengan langkah cepat Gibran menghampiri sumber suara.

Dia mengetuk pintu dengan tidak sabaran, Gibran yakin orang yang berada di dalam kamar mandinya sekarang adalah pelakunya. "Siapa di dalam?!"

"Naufal!" teriaknya.

"Keluar lo! Tanggung jawab itu kenapa kamar gua jadi berantakan? Parfum gua juga lo habisin, lampu tidur gua juga lo pecahin. Lo habis ngapain sih Fal?!"

"Anu Bran, itu-"

"Anu apa?! Jawab yang bener atau gua dobrak nih pintu!"

"Eh jangan nanti auratnya Naufal kelihatan!"

"Ya makannya jawab!"

"Itu tadi kan gua mau tidur pas habis makan sumur jengkol yang dibawa Zavier terus gua kentut dan baunya jadi sekamar gua takut lo marah ya udah gua semprot aja tuh parfum sampai habis."

"Terus masalah kamar lo yang berantakan dan lampu yang pecah itu semua gara-gara cicak! Salahnya sih mendarat di kepala gua kan gua kaget jadi nggak sengaja nampol tuh lampu."

"Terus gua juga minggirin selimut sama bantalnya takut kalau cicak laknat itu bersembunyi di sana, begitu kronologinya jangan marah ya Bran."

Brak

Gibran membanting keras pintu kamar mandi itu setelah membukanya dengan kunci cadangan membuat Naufal terkejut dan langsung berdiri di pojokan kamar mandi.

"Woy..anjir! Untung gua udah pakai celana sabar dikit kek nanti juga gua buka pintunya."

"Nggak lo siram ya Fal!" ujar Gibran seraya menjepit hidungnya dengan jari.

"Belum," jawab Naufal enteng.

"Bau bangsat! Ck, lo ngapain juga sih masuk-masuk kamar gua? Privasi tahu."

"Lah katanya mama Risa anggap aja rumah sendiri, gua juga udah bilang kok kek gini 'Ma..Naufal tidur dulu ya di kamar Gibran' terus dibolehin."

Gibran menghembuskan nafasnya pelan mencoba untuk meredakan emosinya. "Beresin kamar gua," ujar Gibran.

"Tapi parfum sama lampu lo itu gua ganti minggu depan aja ya hehe, gua bokek."

"Nggak usah, pokoknya lo beresin dulu kamar gua terus kalau lo mau lanjut tidur atau keluar juga nggak papa cuman jangan sentuh barang-barang gua tanpa ijin, privasi!"

"Iyee babang Gibran yang guanteng tapi masih gantengan Naufal," ucap Naufal sembari menyatukan telapak tangannya dibawah dagu.

🔥🔥🔥

TBC

GIBRAN RAFFRANSYAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang