Malam ini Alghoz dan Battrel berkumpul di satu tempat yang sama untuk mendukung pemimpin mereka masing-masing. Seperti perjanjian kemarin, malam ini Gibran dan Gavin akan tanding balap.
Suara deru motor yang saling bersahutan menjadi pertanda bahwa mereka berdua sama-sama tidak sabar. Elvano berdiri sembari memegang bendera lalu mulai menghitung mundur."Tiga"
"Dua"
"Satu."
"GASS NGUENGG!!!" sahut Naufal.
Gavin dan Gibran langsung melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata. Mereka harus memutari lintasan balap sebanyak tiga kali. Semua orang mengakui sulit untuk menebak pemenang di pertandingan balap kali ini.
Waktu berlalu, kini mereka berdua sudah berada di putaran terakhir. Semua orang serius melihat jangan sampai mereka melewatkan roda siapa yang melintas terlebih dahulu di garis finish.
Gavin dan Gibran sama-sama tidak mau mengalah, dari kejauhan tampak mereka saling menyalip. Semua mulai bersorak saat dua orang itu mendekati garis finish.
Dann yahhhh....
Gibran memenangkan pertandingan ini, kecepatan mereka hanya selisih sedikit. Keputusan pemenang ini sudah di rundingkan dengan semua saksi mata sehingga dapat dipastikan tidak ada kecurangan.
Gibran melepaskan helmnya, ia tersenyum miring pada Gavin yang tampak kesal atas kekalahannya. "Lo gak bakal bisa menang dari gua. Inget, gua Gibran."
Gavin mendengus kesal. "Ya, bacot!"
"Inget perjanjiannya kan? Lagi pula gua bukan pembunuh."
"Iya, iya terserah lo."
"Belajar positif thinking ya, masa ganteng-ganteng gini dibilang kriminal," ujar Gibran tersenyum jahil sembari menepuk pundak kiri Gavin.
"Alghoz balik! Semua Ketua divisi kumpul di markas ada hal yang harus dibahas," perintah Gibran yang dapat didengar semuanya.
Setelah mengatakan itu Gibran kembali melajukan motornya hendak pergi ke markas terlebih dahulu namun tanpa dia sadari Gavin membuntutinya.
"Heh buruan, Gavin ngikutin Gibran noh perasaan gua gak enak," ujar Elvano.
Daniel, Rizky, Gilang, dan Naufal yang sebelumnya masih asyik bercengkrama dengan anggota Alghoz yang lain langsung buru-buru menghidupkan mesin motornya.
Lelaki yang menyemir rambutnya dengan warna putih itu mulai mempercepat laju motornya setelah sedari tadi terus menjaga jarak aman dengan motor yang dikendarai Gibran.
"Gak semudah itu, Bran."
Semakin dekat jaraknya dengan Gibran, semakin cepat pula dia. Gavin sama sekali tidak berniat mengerem atau mengurangi kecepatannya.
Brakk
Motor Gavin menabrak motor yang dikendarai Gibran hingga lelaki itu terpental bahkan motornya sampai ambruk dan berputar di aspal.
Gibran meringis untung saja dirinya tidak terpental cukup jauh jadi luka yang didapatkannya pun tidak terlalu parah.
"Shit!"
Gavin melepaskan helm full facenya lalu tersenyum remeh menatap Gibran yang jatuh tengkurap di aspal. "Sorry, gua sengaja," ujarnya menekankan kata sengaja.
Tanpa mengatakan apapun lagi, Gavin langsung pergi meninggalkan Gibran yang kesal setengah mati namun tidak lama kemudian sorot lampu mobil menyilaukan pandangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GIBRAN RAFFRANSYAH
Action"Biarin gua jadi pembunuh, Ra." Kehidupan remajanya penuh tantangan, air mata dan luka akibat tragedi yang menimpa keluarganya. Membuatnya menjadi remaja nakal yang pantang di atur, tidak kenal takut dan akrab dengan berbagai rasa sakit. Berusaha me...