chapter 34

193 42 4
                                    

Seminggu berlalu, akhirnya Mirsya sudah pergi masuk academi para bangsawan.
academi itu khusus untuk putra putri para bangsawan kelas atas belajar. Dan memasuki academi itu biasanya pada rentang usia 9-12 tahun. Jika lewat dari itu, tidak akan diterima sebagai murid lagi. Mirsya yang berfikir panjang ingin pergi pada usia nya yang masih 9 tahun agar ia cepat menyelesaikan masa itu.

Untungnya Juki masuk ke tubuh pangeran Aiden yang sudah menyelesaikan studinya di academi itu.

Akhir-akhir ini Juki sering merasa bosan. Ia terkadang pergi ke taman untuk sekedar refreshing pikiran. Pikirannya  sudah terbagi menjadi tiga kubu.
Pertama tentang Mirsya, kedua tentang Clara, ketiga tentang Duke Elgario. Rasa pusing kerap kali hinggap di kepala nya.

Padahal ia yakin ia sering latihan berpedang,berkuda, serta memanah sampe roti sobek nya sudah kelihat meski umurnya masih 19 tahun.

Tapi Juki merasa ada yang kurang disini. Terkadang saat sendirian ia merindukan Bambang sahabatnya. Kenangan saat bersama Bambang, Galaksi dan teman-teman lainnya masih membekas dibenaknya.

Melupakan masa lalu itu sulit. Dan Juki emang tidak berniat untuk melupakan masa lalu. Kata Juki jadikanlah masa lalu itu untuk membuat mu menjadi lebih kuat di masa depan.

Juki membaringkan tubuhnya di rumput hijau dekat taman rahasianya. Sambil memejamkan matanya ia memikirkan kegiatan apa yang harus ia lakukan untuk mengusir penat selain bermain bersama Mirsya.

Lalu tiba-tiba saja ide baru muncul di kepalanya.

Ia membukakan matanya lebar-lebar dan sambil tersenyum. Ide brilian...
Sepertinya main sepak bola dengan pengawal bakalan seru.

............

Juki mulai merancang bagian gawang. Karena disini tidak ada yang bisa dimainkan sebagai gawang. Ia kan anak raja masa bermain dengan gawang yang terbuat dari kayu. Ia juga men- design gambar bola agar nanti ia bisa membuatnya.
Ia menyerahkan gambar gawang bola itu kepada pandai besi dan ia menyerahkan gambar jaring-jaring kepada tukang jahit. Dan untuk bola ia sebenarnya juga pusing dari mana ia harus membuat bola. Ia menggambar bentuk bola dan berniat untuk menanyakan nya pada tetua di kerajaan.

"Apa itu pangeran!"

"Anjirr!!!"

Suara di belakang Juki membuat Juki reflek berteriak dan mengusap dadanya.

"Itu anjirr ya pangeran?"
Tanya Excel penasaran.
Ia melihat sebuah lukisan berbentuk bulat dan ada lukisan  yang bentuknya aneh.
Excel sangat penasaran sekali. Sampai-sampai ia memperhatikan dengan jeli setiap jengkal lukisan yang Juki buat.

"Bukan. Itu bukan anjirr Excel yang anjirr itu elu."

Excel menatap horor Juki. Berarti anjirr itu kata kasar. Karena tidak mungkin pangeran Aiden yang ini tiba-tiba memuji nya. Ia sudah tahu tabiat pangeran yang ini.

"Ehheehh..sorry. Gue reflek..
Lo bikin gue jantungan sih. Untung gue kagak mati gara-gara jantung gue meloncat .."

"Maaf pangeran saya akan lebih berhati-hati. "

"Oke... Dimaafin. "
Juki berhenti menggambar dan menengok raut penasaran Excel.

"Ini namanya gawang. Yang ini namanya bola."
Juki menjelaskan tanpa diminta. Karena ia orangnya cukup peka.

Excel mengangguk-ngangguk kepalanya pura -pura mengerti dengan penjelasan Juki.

" Benda-benda ini adalah alat permainan yang bernama sepak bola. "
Jelas Juki seperti guru Penjaskes.

Juki menggulung kertas itu dan berniat mengirimnya ke tukang pandai besi dan jahit.
Ia menyuruh anak buah yang sudah ia jadikan antek selain Excel.

Excel yang melihat laki-laki itu pergi dari ruangan Juki begitu saja menelisik kearah Juki.

"Maaf pangeran. Apa anda tidak salah memberikan gulungan ke orang itu?"
Juki menggelengkan kepalanya.

"Gue nggak mau nyusahin lo lagi."

Setelah mendengar itu, Excel menunduk menyembunyikan rasa kecewanya. Bagi Excel kepercayaan pangeran kepadanya ada segalanya. Jika pangeran tidak percaya lagi kepadanya maka ia akan sangat sedih. Apalagi sekarang pangeran mengandalkan orang lain dengan alasan tidak mau menyusahkan nya. Padahal ia sangat senang diberikan tugas. Jika begini ia harus meningkatkan performa kerjanya untuk pangeran.
Excel terdiam tapi raut wajahnya menjadi suram.

"Pangeran saya tidak keberatan jika pangeran menyuruh saya apapun meski saya sibuk sekalipun. Keinginan pangeran tetap nomor utama. Meski pangeran bukan la pengeran Aiden lagi. saya tetap menghormati pangeran dan menganggap pangeran adalah saudara saya."

Juki kicep. Juki menepuk pundak excel.
"lo yang terbaik cel, kalo gitu tugas lo ini...
Carikan sesuatu yang seperti ini. Dimana pun benda ini berada, lo harus dapat. "
Juki tersenyum tulus.

Excel meneliti dengan seksama lagi. Benda bulat ,tekstur keras terbuat dari karet mempunyai udara. Ia sepertinya pernah melihat benda ini. Tapi lupa dimana dan kapan.

"Pangeran apa itu sepak bola?"

"Sepak bola adalah permainan tim yang memerlukan bola sebagai objek yang ditendang-tendang ke gawang tim lawan."

"Pokok ya nanti gue jelasin deh. Setelah lo nemuin ni bola, tugas lo adalah mengajak ksatria lain untuk ikut bermain.
Bilang , ini perintah langsung dari pangeran oke!"

"Baik pangeran."
Excel menunduk dan langsung mengerjakan tugasnya.

Juki menghela nafas lega . 'Untung gue punya anak buah yang bego'.

.........
Lima hari berlalu dan pembuatan gawang beserta bola sudah selesai. Berbekal kegigihan para pengrajin padahal para pengrajin sudah disogok oleh Juki.
Bagi Juki sayang sekali kalau hartanya tidak digunakan untuk menyogok orang lain. Mumpung kaya.. Dia juga mau seperti tikus berdasi di dunia dulu. Canda nyogok.. Dia mah kalo nyogok nggak nyuruh orang lain tutup mulut dan tutup mata. Nyogoknya supaya orang lebih giat lagi bekerja. Itu baru baguss..

Lapangan sudah siap. Para pemain sudah ada, Wasit nya juga sudah ada.. Tapi...tim lawan kurang satu orang.

Siapa orang yang bisa membersamai permainan ini agar tim lawan merasa adil.

Juki sudah pusing mencari orang untuk mau bermain lagi. Karena para kstaria yang lain juga ada jadwal latihan. Orang-orang yang ada disini pun ada yang terpaksa ikut main.Karena seorang pangeran yang menyuruh mereka untuk ikut, dengan kalimat ini perintah dari pangeran. Membuat mereka mau tidak mau untuk ikut. Dan juga ada yang menolak secara halus  dan ada yang menolak secara bebal. Biasanya yang menolak mentah-mentah itu para ksatria kekaisaran yang pangkatnya sudah tinggi. Mereka tidak takut untuk menolak pangeran karena mereka sudah dijamin kehidupannya oleh raja Felix. Dan yang main sepak bola disini semuanya masih piyik..alias masih junior.

"Anu pangeran. Saya tahu siapa yang ikut bermain bersama kita." Ucap salah satu ksatria yang masih baru berada di di istana ini.

"Ngoheyy.. Kalo begitu cari orang itu dan bawa dia kemari. GPL.."
Tegas Juki.

Namun orang itu tak kunjung bergerak untuk mencari orang itu.

"Kenapa kamu masih disini ?"
Tanya Juki heran. Seharusnya ksatria ini harus cepat mencari orang itu.

"Apa itu GPL pangeran?"
Tanya ksatria itu kebingungan.

"Gak pake lama... Cepat."

"Oh..ah baik pangeran."
Dia segara berlari mencari orang yang bisa bermain .

10 menit kemudian..

"Hosh..hosh..hos..
Anu..ini ..hosh.. Ini orang yang akan ikut main pangeran."

Juki membelalakkan matanya. Bola mata Juki hampir tergelincir dari matanya saking terkejutnya Juki.

Glek....

"Hai ketemu lagi kita kaka..."

Juki tersenyum sambil berkata dalam hati.

'Ampun dah..kok Duke elgario yang si ogeb bawa.'
Rutuk Juki dalam hati.

Next..

Juki and His New Life (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang