bagian 12

680 123 3
                                    

Excel melangkah ke kediaman pangeran Aiden dengan mimik datarnya. Ia saat ini sedang ingin melaporkan bahwa duke muda yang mereka cari sedang berada di ruangan raja.
Karena duke muda sudah menerima tugas-tugas penting dari raja.
Ia menggantikan ayahnya dua hari yang lalu. Dan itu tergolong penting untuk pangeran Aiden tahu bahwa duke yang katanya akan membunuhnya di masa depan berada di istana mereka sekarang.

Namun ia tidak menemukan Aiden di ruangannya maupun kamarnya. Satu-satunya tujuan Excel saat ini adalah taman rahasia milik pangeran Aiden yang hanya diketahui oleh keluarga kerajaan dan Excel. Karena pangeran Aiden yang sekarang adalah sosok jiwa yang lain maka perpustakaan atau tempat latihan bukanlah tujuan Excel. Ia tahu tempat itu jarang sekali di kunjungi oleh pangeran Aiden yang sekarang, malahan sangat kecil kemungkinannya. Menurutnya pangeran Aiden yang sekarang memang sangat baik tapi rada-rada gesrek otaknya.

Kepergian pangeran Aiden asli memang sempat membuatnya terpukul, karena baginya pangeran Aiden yang itu adalah penyelamat hidupnya dari kungkungan para perompak. Kebenaran yang ia ketahui membuat Excel tidak terlalu segan lagi dengan pangeran Aiden karena pangeran Aiden bukanlah pangeran Aiden lagi. Namun meski jiwa lain yang mengisi tubuh pangeran Aiden. Tubuh itu milik tubuh pangeran Aiden. Hal itu membuat Excel enggan untuk pergi, karena ia selalu mengingat jasa pangeran Aiden dengan tampang itu.

Mata Excel tertuju pada dua sosok yang terlihat sangat dekat. Bahkan bisa dibilang seperti teman akrab, ah lebih tepatnya pasangan. Lihatlah pangeran Aiden yang tersenyum melihat gadis cantik itu dan ekspresi keduanya nampak seperti sudah sangat dekat tapi sejak kapan pangeran Aiden yang ini memiliki teman selain dirinya? Terlebih lagi itu seorang..gadis cantik.

Walaupun semua yang ia lihat sudah sangat jelas. Excel mencoba mendekat kearah keduanya. Sepertinya mereka sedang asik dengan dunia sendiri. Karena tidak menyadari posisi Excel yang sudah berada di dekat keduanya. Rasanya Excel seperti obat nyamuk saja.

Ia terperangah. Keduanya berbicara aneh. Seperti pangeran Aiden palsu ini katakan. Lo, gue adalah bahasa asing yang maksudnya adalah aku, kamu. Atau saya,anda. Tapi kenapa nona ini juga mengetahuinya? Ada yang aneh dan semakin aneh melihat kedekatan keduanya. Excel yakin nona ini juga bukan berasal dari dunia ini seperti jiwa yang tersesat pangeran Aiden yang sekarang.

Nona itu sangat cantik tetapi lihatlah kelakuannya persis seperti pangeran Aiden sejak kali pertama ia sadar dari keracunan. Mata Excel membulat. Berani-beraninya nona itu memukul pangeran Aiden yang notabene nya adalah pangeran negeri ini.

"Hentikan nona!"
Teriak Excel sambil mengacungkan pedang didepan gadis itu.

Dan yah..adegan pukul memukul berhenti . Tangan yang hampir memukul pangeran Aiden melayang hampa diudara.
Nona itu menghentikan niatnya untuk memukul pangeran Aiden dan langsung menunduk seperti para perampok yang ketahuan maling oleh polisi.

"Berani-beraninya seorang nona memukul pangeran kami. Apa anda tidak tahu nona hukuman apa yang pantas untuk seorang yang menyakiti pangeran negeri ini?"
Excel menatap tajam kearah nona yang ketakutan ini.

Nona itu memandang Juki dengan tatapan memelasnya. Dan Juki malah menahan tawanya.

"Sudahlah sel. Jangan marahin dia bege. Lo lihat.. Wajahnya udah ketakutan seperti melihat hantu. "
Bela Juki. Juki tidak tega  melihat Clara yang ketakutan ketika Excel mengatakan hukuman. Dan Excel, apa-apaan Excel ini. Datang-datang langsung marah-marah tidak jelas.

Excel terdiam, melihat jelas wajah nona yang ketakutan ini. Ia menghela nafas berat. Hampir saja ia kelepasan memenggal kepala nona  ini.

"Maaf kan saya tuan.. "
Lirih gadis itu.
'Tolong maafkan gue please...  Gue nggak tahu kalau bermain dengan pangeran Aiden palsu bisa berdampak kematian bagi diri gue.' Ringis Clara dalam hati.

"Sel . Minta maaf gih. Lo udah buat putri kerajaan sebelah nangis. "
Ucap Juki. Supaya Excel tahu bahwa posisinya lebih rendah dari gadis ini.

Excel terbelalak mendengar ucapan Juki. Yang benar saja nona yang ia marahi sekarang adalah putri kerajaan sebelah. Setahunya wajah putri Stevanie bukan seperti ini. Ah..mungkin ini adiknya.

"Ma-maafkan saya putri..
Anda boleh menghukum saya."
Excel berlutut sambil menunduk.

"Tidak usah seperti itu wahai babang tampan. Gue udah maafin lo."
Lagi-lagi nona ini mengejutkannya. Benar saja dugaannya. Bahwa putri ini juga seperti pangeran Aiden yang sekarang.

Excel menatap Juki seperti meminta penjelasan.

"Bangun Exsel. Putri Rina udah maafin lo. Sini mendekat!"
Juki menyuruh Excel mendekat kearahnya dan Excel mendekat.

"Dugaan lo benar dia juga sama seperti gue."
Jelas Juki. Rina yang juga mendengar hal itu mengernyit. Ia tidak tahu maksud dari sama dengan gue itu apa.

"Clara.. ini Excel, tangan kanan gue, anak buah gue. Teman gue, budak kesayangan gue, sekaligus mata-mata terbaik gue. Dia udah gue percayai lebih dari siapapun. Jadi dia udah tahu bahwa gue bukan pangeran asli dan hanya jiwa yang tersesat. "

Clara terdiam memandang wajah tampan milik Excel. Saat ini senyuman menghiasi wajah tampan itu dikarenakan pujian dari Juki membuatnya memerah.
Dan itu sontak membuat hati Clara dugun-dugun ingin memiliki Excel.

'Waah ..ni orang kalo lagi senyum gini ketampanannya malah seribu kali lebih tampan. Gimana ini ya Tuhan..gue kan jadi ter Excel-Excel...'
Ucap clara dalam hati.

"Oh..salam kenal tuan Excel. Gue clara.."
Clara memegang tangan Excel dan membuat tangan Excel seperti menjabat tangan dengan dirinya. Dengan senyum sumringah Clara memperkenalkan dirinya.

"Saya Excel nona. Maaf sudah membuat nona takut."
Ada penyesalan di mata Excel, hal itu membuat hati Clara terenyuh.

"Tidak apa-apa tuan tampan. Gue mah terima-terima aja dimarahi ama lo yang gantengnya nggak ketulung ini. Itung-itung nambah stok cogan. "

Excel terkekeh. Sebenarnya ia belum cukup paham apa yang nona ini katakan. Tapi melihat senyuman tercetak jelas di wajah nona ini pasti nona ini sedang memujinya.

"Terimakasih nona.."

"khem..udah kenalannya?"
Ucap Juki menghentikan aksi Clara yang menggoda Excel

"Gue berasa jadi nyamok."
Ucap Juki lagi.

"Lo kan emang nyamuk disini jadi gue abaikan saja."
Ucap Clara kesal karena kegiatan menggoda Excel terhenti karena Juki.

"Lagian lo ama si Excel keganjenan banget. Padahal gue lebih tampan dari Excel..tapi lo nggak muji gue tuh.."
Ucap Juki kesal.

"Iw..buat apa gue muji lu. orang lu aja kagak ada tampan-tampannya."
Ucap Clara pedas. Ia berbohong..sebenarnya pangeran Aiden lebih tampan dari Excel tapi ya ia terlalu malu untuk memuji. Masa ia pemeran utama prianya lebih jelek dari pengawal. Kan nggak mungkin tu. Jadi Clara bohong saja bahwa Juki itu tidak tampan daripada di julidin nantinya.

"Wohh..ucapan anda sangat nyess sekali nyet. Bilang aja kalo lo bohong, gue tahu kok pesona gue itu tak tertandingi. Gue kan pemeran utamanya sekarang."
Alis Juki naik turun menggoda Clara.

"Ngimpi dulu sono. Orang excel lebih tampan kok. Ya kan sel?"
Tanya Clara kepada empunya yang sedari tadi terdiam mencerna pembicaraan keduanya. Excel yang tiba-tiba ditanya oleh putri Rina. Langsung mengiyakan nya padahal ia tidak tahu menahu apa yang ditanyakan tadi.

"Exsel awas lo ye"
Geram Juki karena Excel malah mengiyakan ucapan si tengil Clara.

"A-apa pangeran?"
Excel hanya tergagap kenapa pangeran marah padanya memangnya apa yang ditanyakan tuan putri tadi.

"Aih..saya salah apa..?"
Saat ini Juki menabok kepala Excel dan bersamaan dengan tawaan dari Clara.

Tanpa mereka sadari dari tadi ada yang melihat mereka dengan tatapan tajam dari balik pintu masuk taman rahasia. Orang itu berbalik dan menyeringai penuh teka-teki.

Next...




Juki and His New Life (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang