bab 02

297 56 193
                                    

Halo, luv. Kalian bisa panggil aku lia💘

Dilarang keras salah lapak. Menyebutkan judul, nama tokoh yang tidak berada di lapak ATLAS!!!

Selamat membaca

.

.

.

[02. Kehangatan]

_AtlasDikka_

Atlas mulai melangkahkan kakinya, rumah yang terkesan mewah dengan cat dinding warna putih. Pintu pun terbuka, tentu saja hanya hening yang menyambut. Jika biasanya anak-anak lain disambut dengan hangatnya pelukan, ocehan tentang kejadian yang terjadi di sekolah tapi hal itu semua tidak berpihak pada Atlas.

Tidak akan berpihak.

"Bagaimana nilai kamu hari ini?"

Langkah kakinya terhenti seketika, sudah biasa bagi Atlas.

"Aman."

Bahkan harapan untuk mendapat pujian harus ia kubur dalam-dalam, pasalnya Leon dengan santainya meninggalkannya sendiri. Atlas menghela napas, ia ingin sekali merasakan pelukan dan kasih sayang ayah.

"Atlas, makan dulu, ya." Wulan Putri Antari-ibu kandung cowok itu menepuk bahunya, Wulan lah yang menjadi alasan Atlas kuat dan bertahan sampai sekarang.

Walau tidak mendapat perhatian lebih dari ayahnya, Atlas cukup bersyukur bisa mendapat kasih sayang seorang ibu. Kasih sayang yang benar-benar tulus, hanya Wulan. Perempuan itu selalu tersenyum hangat, sejujurnya ia tidak tega dengan anaknya, diam-diam ia sering menyuruh Atlas berhenti belajar dan berhenti mengikuti lomba agar tidak terlalu lelah.

Walau ia tahu apa resikonya.

"Iya, bunda. Bunda hati-hati, bilangin ayah jangan ngebut bawa mobilnya. Atlas tunggu sampai kalian pulang." Hangat? Tentu. Hanya dengan Wulan lah Atlas akan mengoceh seperti ini, jika bukan jangan berharap dah.

"Bunda pergi dulu, kamu hati-hati di rumah."

Sekarang Atlas hanya ditemani hening, wajar saja ia sering merasakan kesepian. Sebenarnya di rumah ini terdapat asisten rumah tangga, Bu Ning. Namun jika semua pekerjaan bu Ning sudah selesai maka perempuan itu akan pulang.

"Bu, Atlas keluar dulu, ya," pamitnya pada bu Ning yang sedang menggosok baju.

Perempuan itu tersenyum hangat. "Hati-hati, Den."

Tanpa mau berpanjang lebar lagi Atlas segera menuju pintu dan menjalankan motornya. Tujuannya adalah rumah temannya, Guruh. Sudah lama ia tidak bertemu dengan adik temannya itu.

_AtlasDikka_

Sesuai perkataan Atlas yang akan berkunjung ke rumah Guruh untuk bermain dengan Rafael, akhirnya ia telah sampai di rumah Guruh Pramana, rumah yang sederhana dengan warna cat rumah dominan biru langit.

Tampak menyegarkan, banyak tanaman yang semakin mempercantik rumah sederhana itu.

"Kak Atlas, kak Bintang!"

Bocah laki-laki berusia kurang lebih tujuh tahun dan masih duduk di bangku sekolah dasar itu merentangkan tangannya dan menyambut kedatangan tiga cowok itu dengan pelukan.

Bintang dan Atlas pun menyambut pelukan itu, bagi mereka Rafael sudah seperti adik mereka. Hanya bocah laki-laki itu yang mengerti perasaan keduanya, justru terkadang bocah itu jauh lebih dewasa dan kuat dibanding mereka berdua.

ATLAS DIKKA[HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang