bab 30

68 22 112
                                    

Halo, luv. Kalian bisa panggil aku lia💘

Dilarang keras salah lapak. Menyebutkan judul, nama tokoh yang tidak berada di lapak ATLAS!!!

Selamat membaca

.

.

.

[30. Kabar Yang Baik]

_AtlasDikka_

“Kamu gak berangkat?”

Cowok berseragam SMA yang sejak tadi merebahkan tubuhnya perlahan membuka mata dan menoleh ke arah pintu kamarnya. Ia lalu bangun dan membenarkan posisinya.

“Libur sehari, ya, Yah.”

Leon melangkah mendekat ke arah putranya, tak disangka ternyata laki-laki dewasa itu menempelkan telapak tangannya ke kening putranya.

“Sebelum istirahat minum obatnya, sebentar lagi mulai test,” suruh Leon.

Atlas mengangguk patuh. Memang sejak pulang sekolah tadi rasanya untuk berdiri saja ia kesusahan.

Leon mendudukkan dirinya di tempat tidur milik putranya. “Hidup selalu tentang persaingan, Atlas. Siapapun yang bersaing harus ada yang menang dan kalah, dan Ayah mau kamu yang jadi pemenang.”

“Suatu hari, kamu akan terlepas dari tuntutan Ayah.”

Atlas mulai mencerna setiap kalimat yang keluar dari mulut ayahnya, ia menghela napas. “Atlas bingung sama sikap Ayah.”

“Kalau kamu mau lanjut kuliah bukannya harus benahi nilai dari sekarang?”

Atlas tertegun.

“Bahkan kamu bisa memulai hidup baru dan jauh dari kita, Boy.”

Atlas masih diam, tenggorokannya tercekat.

“Dan kamu akan merasakan kebebasan yang selama ini ingin kamu dapatkan.”

Tangannya mengepal kuat.

“Yah–

Leon segera menyela, “kamu juga tidak perlu berpura-pura kalau kamu tidak dipaksa, Atlas.”

Atlas mulai menunduk, ia masih tidak mengerti dengan semua yang dikatakan ayahnya. “Kenapa Ayah gak nyoba ngobrol sama Atlas tentang ini?”

Leon menggeleng. “Percuma, karena ayah bakal terus nyakitin kamu.”

“Ayah cuma minta kamu belajar dan perbaiki nilai kamu supaya masuk universitas mana saja dan menjauh dari Ayah.”

Setelah mengatakan itu Leon pergi setelah menepuk pundak dan berbicara lirih di hadapan Atlas. Pria itu tersenyum, melihat putra semata wayangnya yang sudah jadi besar dan sebentar lagi akan terbang mengikuti alur kehidupannya sendiri.

“Ayah tau kamu kecewa. Jadi, maaf untuk rasa capek kamu. Buktikan itu ke keluarga dan ayah, kamu bisa, Nak.”

Atlas memejamkan matanya.

Perkataan bunda waktu itu benar, ayah tidak benar dan juga salah.

“Ayah lanjutin pekerjaan dulu,” pamit Leon.

“Ambil beasiswa dan menghilang dari ayah, Atlas.”

Laki-laki dewasa itu resmi menghilang saat Atlas mengacak rambutnya lalu mengembuskan napasnya kasar. Perhatiannya tertuju pada pintu yang dibuka.

ATLAS DIKKA[HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang