bab 36

74 24 149
                                    

Halo, luv. Kalian bisa panggil aku lia💘

Dilarang keras salah lapak. Menyebutkan judul, nama tokoh yang tidak berada di lapak ATLAS!!!

Selamat membaca

.

.

.

[36. Bunga yang Indah]

_AtlasDikka_

Happy birthday, Bun.”

“Nyanyi kek, Tang.”

“Bunda bukan bocah lagi!"

Atlas menyenggol Bintang. “Bantuin!”

"Selamat ulang tahun, Bunda... selamat ulang tahun, Bunda... selamat ulang tahun, Bunda semog panjang umur..."

Guruh bertepuk tangan. "Happy birthday, Bun! Sehat-sehat, ya, biar bisa ngajak Guruh makan bareng terus!”

"Nyari gratisan lo."

“Lumayan, At.”

“Modal kalau jadi cowok!”

Wulan sontak tertawa. “Udah, udah, ini masakan bunda nggak ada yang makan kalau kalian ribut terus.”

Bintang menarik Guruh dan Sofia untuk memanggang daging. “Kita izin kesana, ya, Bun.”

Setelah teman-temannya sibuk dengan daging mereka, Atlas menarik tangan Alika untuk mendekat ke arah orang tuanya dan memberikan paper bag berwarna coklat dan kue tart buatan mereka kemarin.

Perempuan itu dengan senyum lepas menerima kue dan juga kado yang diberikan dua remaja di depannya. “Makasih banyak, Sayang.”

“Selamat ulang tahun, bundanya Atlas."

“Makasih, Al. Bunda seneng banget kamu dateng.”

Leon menepuk pundak anak lelakinya. “Tumben. Siapa yang bikin?”

Cowok itu mengarahkan dagunya ke arah Alika yang terlihat masih malu-malu.

“Udah ketebak, kamu mana bisa masak."

Wulan tergelak, ia menaruh roti tart nya di atas meja. “Kalian lanjut aja, bunda mau masuk ke dalem sama ayah. Nanti kalau udah mateng, panggil bunda, ya.”

“ATLAS OTW JADI KAKAK YA BUN,” teriak Guruh dari arah dekat pemanggang daging.

Atlas melotot pada temannya, mulut Guruh memang harus ditutup agar tidak bicara aneh-aneh.

Wulan dan Leon hanya bisa menggeleng heran melihat tingkah laku anak remaja sekarang. Sebelum keduanya beranjak pergi, keduanya menyempatkan memeluk anak mereka satu-satunya.

“Selamat ulang tahun, Bunda. Atlas bakalan selalu berusaha ada buat bunda.”

Perempuan itu mengangguk, tersenyum manis. “Cukup kamu bahagia, bunda bakalan ikut bahagia, Nak."

Wulan melepas pelukannya, memberi ruang untuk suami dan anaknya.

“Maaf untuk perlakuan ayah kemarin, Boy.” Leon menepuk pundak anaknya.

“Gimanapun ayah, Leon Samudra tetap ayah Atlas, kan."

_AtlasDikka_

Jam menunjukkan pukul delapan malam, tapi tidak ada tanda-tanda lelah dari orang-orang yang ada di sana. Mereka masih sibuk dengan aktifitas mereka masing-masing, para wanita yang sedang bermain kembang api lalu Guruh dan Bintang yang ditemani Leon masih membakar jagung mereka.

ATLAS DIKKA[HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang