bab 06

175 49 136
                                    

Halo, luv. Kalian bisa panggil aku lia💘

Dilarang keras salah lapak. Menyebutkan judul, nama tokoh  yang tidak berada di lapak ATLAS!!!

Selamat membaca

.

.

.

[06. Gadis yang bercerita]

_AtlasDikka_

“Atlas.”

“Udah tau nama gue lo?

Alika mengabaikan pertanyaan tidak penting itu. “Lo ngapain repot-repot ngajak gue pulang bareng?”

Atlas tersenyum tipis d balik helm fullface warna hitamnya. Siapa yang tau jika Atlas tengah tersenyum?

Cowok itu sedikit melirik dari spion. “Siapa yang repot?”

“Lo lah. Kan gue bisa nunggu mamah gue dateng.”

“Males. Kelamaan,” jawab Atlas santai.

Alika merengut. “Bisa serius bentar nggak, Las?”

“Ya gue juga serius.” Atlas menghentikan motornya di pinggir jalan  lalu berbalik menatap cewek bawel di belakangnya. “Gue harus punya alasan buat nganterin lo pulang?”

Cewek datar itu mendecak. “Ni dengerin, Las, yang pertama kita nggak kenal—

“Yaudah ayo kenalan,” Atlas spontan menyela yang membuat ucapan Alika otomatis terhenti. Cewek itu kembali mengembuskan napas kasarnya.

“Diem napa ih!” Alika memutar bola matanya. “Dan gue nggak butuh lo anterin karna gue bisa sendiri,” imbuh cewek itu sinis.

Atlas tertawa kecil. “Jadi lo mau nunggu mamah lo sampe kapan?”

“Lo tau kenapa gue mau nganterin lo pulang? Karna gue niat. Dan lo, nggak usah ngerasa gue repot. Karna gue sendiri yang nawarin dan gue udah siap repot.” Atlas berdehem. “Lo paham?”

“Dua puluh delapan.”

Alis Atlas menyatu.

Cewek itu tertawa, tawa yang sedikit disukai Atlas. Tawa tulus itu membuat hati Atlas sedikit menghangat bukan seperti kupu-kupu di perut Atlas melainkan deburan ombak yang tenang. “Cowok dingin kaya lo bisa ngomong dua puluh delapan kata? Hebat banget lo.”

“Cuma buat lo.”

_AtlasDikka_

Jika boleh jujur, ini adalah kali pertama Atlas dekat dengan perempuan selain bunda. Berbicara, memandang mata cantik itu dan...

Sedikit tertarik dengan perempuan. Ingat, hanya sedikit.

“ATLAS ES KRIM GUE!”

Setiap kalimat dari Alika, setiap Alika memandang matanya dan setiap Alika berteriak padanya rasanya seperti candu bagi Atlas. Cowok itu mengatur napasnya, berdekatan dengan Alika akan membuat efek besar pada jantung cowok itu.

“Punya gue.”

Alika memejamkan matanya menahan segala rasa kesalnya, ia memandang Atlas seperti harimau yang ingin menerkam mangsanya. “Kan udah lo kasih ke gue! Nggak ikhlas lo ya?!”

Cantik.

Alika memang selalu cantik.

Jemari cowok itu refleks menyelipkan anak rambut Alika ke belakang telinga. “Iya punya lo.”

ATLAS DIKKA[HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang