bab 20

99 33 116
                                    

Halo, luv. Kalian bisa panggil aku lia💘

Dilarang keras salah lapak. Menyebutkan judul, nama tokoh  yang tidak berada di lapak ATLAS!!!

Selamat membaca

.

.

.

[20. Rasa Itu Ada]

_AtlasDikka_

"Mentang-mentang test udah selesai bisa keluyuran sampai jam segini?”

Atlas menghentikan langkahnya. “Biasanya Ayah gak pernah komen apapun.”

“Jadi menurut kamu, karena Ayah gak pernah negur kamu jadi ngelunjak?”

“Mau Atlas kemana aja, pulang jam berapa Ayah biasanya gak peduli, kan? Kenapa sekarang beda?” balas Atlas berbalik tanya.

Jeda.

Atlas tersenyum miring. “Kenapa gak dari dulu? Biar Atlas ngerasain jadi anak Ayah.”

Kalimat itu mampu membuat Leon panas, tanpa diduga tamparan dari tangannya ia berikan pada sang putra. Namun, bukannya melawan justru Atlas hanya diam dan tertawa kecil sambil memandang sang ayah.

“Kamu kira ayah kerja untuk siapa?!”

“Atlas gak pernah nuntut ayah kerja!” tandas Atlas.

Leon memandang putranya remeh. “Kalau bukan Ayah siapa? Kamu? Bundamu? Bahkan kalian belum bisa apa-apa!”

“Gak usah bawa-bawa Bunda, Yah,” balas cowok itu masih berusaha sabar.

Satu tamparan kembali mendarat di pipi kanan Atlas.

“Kamu gak pernah tau rasanya jadi Ayah, Atlas Dikka Samudra!”

Atlas menghiraukan pipinya yang merah akibat perbuatan sang ayah. Rasa sakit di hatinya justru lebih mendominasi, memilih diam sambil menata emosi, ia takut kelepasan pada ayahnya sendiri.

“Dan Ayah juga gak pernah tau rasanya jadi Atlas,” jawabnya dengan nada rendah.

“Ayah gak tau susahnya Atlas harus ngomong kalau keluarga kita baik-baik aja di depan keluarga besar.”

Di dalam diri Leon seperti ada yang retak.

“Ayah tau? Atlas belajar dari malem ke pagi bukan karena Atlas mau, tapi karena Atlas takut sama Ayah.” Mata cowok itu mulai panas, entah mengapa ingin sekali ia menangis.

Atlas menghela napas. “Setiap ada test, setiap ada ulangan Atlas belajar bukan karena Atlas suka ngelakuin itu.”

“Atlas selalu takut buat Ayah sama Bunda kecewa sama nilai Atlas, tapi Ayah pernah liat usaha Atlas?”

Tangan Leon refleks mengepal. “Kamu—

“Ayah selalu liat hasil tanpa tau kalau Atlas udah capek sama proses.”

Akhirnya Atlas berani menatap sang ayah dengan dalam lalu tersenyum pedih. “Atlas pengen kita deket, Yah.”

“Bukan karena sebuah nilai, tapi layaknya seorang ayah dan anak.”

_AtlasDikka_

Cuaca yang sedikit mendung dengan awan yang mulai menghitam seakan langit pun tau apa yang dirasakan cowok dengan seragam yang masih melekat di tubuhnya. Perasannya tidak bisa dideskripsikan. Semua perasaan marah, kecewa dan lelah menjadi satu.

ATLAS DIKKA[HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang