Halo, luv. Kalian bisa panggil aku lia💘
Dilarang keras salah lapak. Menyebutkan judul, nama tokoh yang tidak berada di lapak ATLAS!!!
Selamat membaca
.
.
.
[07. Salah Tingkah]
_AtlasDikka_
"Gue ketemu Bintang.”
“Terus?”
Atlas meneguk minumannya. “Lo tau dia bilang apa?”
“Ya gak lah, Cuk! Kan yang ketemu lo bukan gue.”
Rasanya Guruh ingin menendang kepala Atlas sekarang juga.
Cowok di depan Guruh hanya memasang wajah datar seolah tidak bersalah. Padahal jelas-jelas ekspresi kesal temannya seperti ingin memakannya hidup-hidup. “Dia tau yang seharusnya dia gak tau.”
“At lu kalau ngomong yang jelas kenapa sih?! Ni otak kaga ngerti.”
“Lol.”
Sesaat hanya ada keheningan di meja mereka.
“Test?” Guruh bertanya memecah dinding hening.
Anggukan kepala itu menjawab semua pertanyaan di otak Guruh.
Setelah itu kedua insan larut ke dalam pikiran masing-masing. Di meja mereka hanya ada keheningan sangat berbanding terbalik dengan meja sebelahnya yang tampak ramai dengan obrolan.
Atlas menarik napas panjang. Bagaimana jika Bintang serius dengan ucapannya?
Sejak kelas sepuluh saat saat test seperti ini adalah ajang peperangan bagi mereka, tapi biasanya mereka akan bersaing secara sehat dan tidak ada pihak yang merasa rugi nantinya. Namun sekarang...
Merasa bahwa pikirannya makin melantur dan terlalu berlebihan, Atlas memilih bermain ponsel.
“Lo yakin Bintang ngalah?”
Jari Atlas berhenti mengetik. Menatap Guruh datar seolah meminta penjelasan.
Guruh berdehem. “Maksud gue lo yakin Bintang bakal sepenuhnya ngalah demi lo? Secara lo tau resiko apa yang bakal dia dapetin kalau sampe gak bisa ngalahin lo.”
“Itu yang mau gue bahas disini.”
Sebenarnya hal sepele seperti ini tidak perlu dibahas sampai seperti ini, jadi seharusnya Atlas bisa melupakan hal ini dan fokus ke permintaan ayahnya, menjadi peringkat satu. Namun, ada rasa tidak terima jika temannya itu benar-benar mengalah di test kali ini.
Melihat bentakan itu, melihat makian itu rasanya tidak tega.
“Kita liat aja permainan Bintang, gue tau dia gak sebodoh itu.”
Atlas mengangguk singkat membenarkan. “Semoga.”
_AtlasDikka_
Arloji menunjukkan pukul 21.29.
Bulan Februari memang menjadi bulan favorit untuk air hujan turun, tepat pada malam ini gerimis pun turun. Rintik-rintiknya mulai membasahi tak terkecuali laki-laki yang tengah duduk di bangku taman.
Sedang berpikir mungkin.
“Hai.”
Ia menoleh.
“Oh, hai. Duduk,” titahnya pada perempuan yang membawa payung itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATLAS DIKKA[HIATUS]
Teen FictionCover by pinterest. Atlas Dikka Samudra. Alika Maharini. Simple, ini adalah kisah Atlas dan beberapa orang terdekatnya yang penuh drama. "Hidup emang gak pernah adil, kan?" Kenal dengan seorang perempuan, Alika Maharini membuatnya semakin tahu cara...