bab 21

90 31 111
                                    

Halo, luv. Kalian bisa panggil aku lia💘

Dilarang keras salah lapak. Menyebutkan judul, nama tokoh  yang tidak berada di lapak ATLAS!!!

Selamat membaca

.

.

.

[21. Dunia Yang Berharga]

_AtlasDikka_

Atlas baru saja selesai membereskan buku-buku di atas meja ketika jam istirahat tiba. Terlihat diselipan bukunya terdapat undangan pengambilan raport yang tadi diberikan oleh guru.

Cowok itu memandangnya cukup lama sebelum akhirnya memasukkannya ke dalam tas hitam miliknya.

Kelas terlihat hampir kosong, banyak murid yang memilih langsung ke kantin karena tidak ingin terlalu ramai dan lama menunggu antrian termasuk Guruh dan Bintang. Hanya tersisa Atlas dan juga beberapa siswa yang sedang sibuk dengan ponselnya.

“Heh! Lama banget lo ditungguin.”

Atlas sedikit terkejut dengan kehadiran dua temannya itu, terlihat beberapa makanan dan minuman di tangan mereka.

“Kantin rame gak dapet tempat duduk kita.” Bintang yang menyadari raut wajah bingung Atlas menjelaskan.

Guruh ikut mengangguk. “Gara-gara lo gak ke kantin, tuh cewek-cewek pada nitipin coklatnya ke kita.”

“Ambil nih,” sambung Guruh, Atlas menerima tiga coklat yang cowok itu beri.

Atlas otomatis mendengus. Cowok itu menatap coklat yang ada di tangannya. “Gue udah bilang ke mereka kalau kita gak perlu ginian, mereka masih ngeyel juga.”

Guruh menghela napas. “Biasa, At. Yang penting kita ngehargaiin pemberian mereka aja.”

“Gue capek nerimanya,” sahut Bintang.

“Kalian punya gue buat nampung ni makanan.” Guruh menjawab dengan cengiran khas di wajahnya.

Mereka diam sebentar.

“Jum’at udah mulai pembagian hasil, orang tua lo jadi kan?”

“Mungkin masih nanti malem datengnya,” jawab Guruh dengan senyum yang terkesan dipaksa.

“Tanya ke mereka. Siapa tau mereka lupa kalau udah punya anak.” Bintang ikut nimbrung.

Guruh mendengus kesal.

“Lo kalau ada masalah sama gue by one aja kita.”

Bintang memandangnya datar, seolah tidak ada yang salah dengan perkataannya tadi. “Makanya tanya. Gengsi banget jadi orang.”

“Gue gak gengsi cuma—

Atlas tiba-tiba saja bangkit dari tempat duduknya dan membawa bungkus makanan dan minuman yang ada di depannya. Cowok itu menyempatkan diri untuk menepuk singkat bahu Guruh. “Banyak alesan lo.”

Guru yang ingin menjawab tertunda karena kedatangan guru yang sepertinya sudah siap untuk mengajar.

“Gue yakin orang tua gue bakal dateng.”

_AtlasDikka_

“Lo mau ngapain lagi?”

Atlas menarik sudut bibirnya. “Nganterin lo pulang.”

ATLAS DIKKA[HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang