bab 37

81 26 136
                                    

Halo, luv. Kalian bisa panggil aku lia💘

Dilarang keras salah lapak. Menyebutkan judul, nama tokoh yang tidak berada di lapak ATLAS!!!

Selamat membaca

.

.

.

[37. Memulai Bersama]

_AtlasDikka_

Hari pertama test, dimulai dua puluh menit lagi saat bel masuk berbunyi tepat pada pukul 07.30 pagi.

Atlas mulai menutup bukunya.

“Masih dua puluh menit lagi,” ujar Bintang.

Cowok ber-almamater sekolah BinRa menghela napas. “Gue tahu, cuma mata gue sepet kebanyakan baca buku.”

Guruh tertawa. “Gue apalagi, At. Udah hampir gumoh sama tulisan-tulisan kaya gini.”

“Lo udah belajar banyak, ya, Tang?” selidik Guruh tiba-tiba. “Kayak nggak ada tegangnya sama sekali.”

“Ujian juga butuh mental. Jaga mental lo waktu ujian biar nggak abu-abu materinya,” jawab Bintang.

Atlas menepuk pundak Guruh. “Kalau lo abu-abu terus, Ruh,” ledeknya.

“Kurang ajar lo! Mentang-mentang gampang nyantol.”

“Emangnya lo belajar?”

Guruh berdecak sebal, dikiranya ia semalas itu apa. Kenyataannya adalah dirinya mulai belajar setelah shalat isya sampai jam 10.00 malam. Bahkan materi-materi sudah ia catat untuk caranya memahami beberapa materi yang lumayan rumit baginya.

“Ya iyalah! Gue masih mau naik kelas terus cepet-cepet lulus anjir.”

“Biar cepet kumpul sama Rafael,” sambung cowok itu dengan pelan.

Atlas dan Bintang hanya mengangguk mengiyakan. Ketiganya mulai memasuki ruangan kelas karena bel sudah berbunyi, dengan segera ketiganya memasukkan buku dan bersiap untuk menghadapi soal-soal yang sudah disediakan.

_AtlasDikka_

Ruangan hening karena sesi presensi sudah dimulai.

Atlas menempati barisan kedua dari depan. Tempat duduk Bintang hanya berjarak tiga kursi darinya. Sedangkan Guruh menempati tempat duduk paling jauh dari keduanya. Karena kali ini test terakhir mereka di kelas sebelas, maka mereka ditempatkan satu ruangan bersama teman-teman sekelasnya.

Kertas presensi telah sampai di tempatnya, segera ia menandatangani dan memberikannya pada meja sebelah.

Selang beberapa detik.

“Las.”

Atlas menoleh kanan. “Kenapa?”

“Lo ngelamunin apaan, udah dipanggil berkali-kali sama Bintang nggak nyaut.”

Cowok itu langsung memandang ke arah Bintang yang sudah memasang wajah jengkelnya.

Bintang menghela napas dari sana. “Lo salah isi nomor peserta.”

Atlas menyadari, ia menerima kembali kertas presensi itu dan mengisinya ulang. Menggelengkan kepala untuk berusaha fokus kali ini, kejadian malam itu benar-benar teringat di pikirannya.

ATLAS DIKKA[HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang