Halo, luv. Kalian bisa panggil aku lia💘
Dilarang keras salah lapak. Menyebutkan judul, nama tokoh yang tidak berada di lapak ATLAS!!!
Selamat membaca
.
.
.
[04. Perkataan Alika]
_AtlasDikka_
Motor Atlas berhenti tepat pada rumah mewah bernomor 114 itu dengan cat dinding warna putih. Memarkirkan motor berwarna hitam itu di garasi yang letaknya berada di samping. Samar-samar terdengar suara perdebatan dari dalam rumah.
Entah apa.
“Kalau emang mas mau Atlas jadi yang paling unggul gak begini caranya mas!”
Pertama, itu suara bundanya. Pikiran Atlas masih mencerna perkataan dari wanita yang telah melahirkannya itu, wanita itu tidak seperti biasa kedengarannya. Jujur, untuk kali ini bundanya tengah berbicara dengan nada sedikit membentak.
“Atlas bukan robot, Mas.”
“Tapi dia alat saya."
Deg.
Seketika Atlas tersadar, dirinya memang telah dikendalikan oleh ayahnya bukan?
Jarinya terkepal ia sedikit berdehem dan segera membuka pintu. “Atlas udah pulang.” Itu adalah kalimat pertama yang ia ucapkan, bersikap sedatar mungkin seperti tidak mengetahui apa pun, walau kenyataannya ia harus mendengar ucapan menyakitkan itu.
“Makan dulu, ya, At.”
Wulan melangkah mendekat, tangannya bergerak mengusap sayang rambut Atlas dan sedikit melonggarkan dasi anaknya.
“Atlas ke kamar dulu, Bun. Permisi.”
Dengan lesu Atlas melangkah naik menuju kamarnya meninggalkan kedua orang tuanya yang memandangnya dengan tatapan penuh arti. Wulan menoleh pada suaminya yang tetap bersikap datar. Bahkan seperti tidak merasa bersalah sama sekali.
“Jangan libatkan Atlas, Mas.”
_AtlasDikka_
Setiap orang tua pasti ingin yang terbaik untuk anaknya, bukan? Namun, jika bagi Atlas apakah masih berlaku?
Ternyata bukan status anak yang gue dapetin. Tapi, status alat dari ayah sendiri.” Atlas tertawa hambar.Tangan Atlas terkepal menahan rasa emosi yang bergejolak, bagaimanapun juga ayahnya tetap ayahnya. Di detik selanjutnya kepalan itu mulai mengendur bersamaan dengan bunyi perut yang hanya dapat didengar oleh Atlas.
Meraih kunci motornya dan segera pergi mencari sesuatu yang bisa ia makan.
Tidak butuh waktu lama untuk Atlas sampai di warung nasi goreng. Mulai melangkah mendekat ke arah penjual dan memesan sebungkus nasi goreng. Bukannya ia tidak mau membelikan untuk orang rumahnya tapi ia sangat yakin ayah dan bunda sudah makan bersama.
Setelah lama menunggu...
“At!”
“Ngapain lo?”
Guruh tertawa singkat sebelum mendaratkan bokongnya di kursi sebelah teman esnya itu. “Beli nasgor lah, yakali mau jualan kopi.”
Lawakan yang garing menurut Atlas.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATLAS DIKKA[HIATUS]
Teen FictionCover by pinterest. Atlas Dikka Samudra. Alika Maharini. Simple, ini adalah kisah Atlas dan beberapa orang terdekatnya yang penuh drama. "Hidup emang gak pernah adil, kan?" Kenal dengan seorang perempuan, Alika Maharini membuatnya semakin tahu cara...