bab 19

91 33 144
                                    

Halo, luv. Kalian bisa panggil aku lia💘

Dilarang keras salah lapak. Menyebutkan judul, nama tokoh  yang tidak berada di lapak ATLAS!!!

Selamat membaca

.

.

.

[19. Tempat Cerita]

_ AtlasDikka_

Setelah bertemu dengan Alika tadi ternyata Atlas tidak langsung pulang. Dirinya menyempatkan untuk mengunjungi rumah Guruh, cowok itu tadi meminta dirinya dan juga bintang untuk membantu merapikan rumahnya untuk menyambut kedatangan orang tua anak itu.

“Rumah lo ada makanan gak sih anjir,” ujar Bintang kepada Guruh dengan kesal.

Guruh menempeleng kepala Bintang sedikit kuat. “Beli! Kayak miskin aja lo.”

“Gue tamu bego!”

Guruh tertawa renyah. Ia senang rumahnya menjadi ramai seperti ini, bohong jika ia tidak menyiapkan apa-apa untuk temannya. Cowok itu langsung menuju dapur dan mengambil beberapa cemilan yang ia sengaja siapkan dan tiga gelas es.

Guruh tersenyum sombong ketika Bintang melihatnya dengan tatapan datar saat ia meletakkan makanan dan minuman itu di karpet. “Ternyata gue kaya juga. Gak kaya Bintang, makan aja masih minta gue.”

“Susah temenan sama orang tolol,” balas Bintang yang langsung tak memperdulikan Guruh.

“Adek lo mana? Gak lo jual kan?”

Guruh spontan menempeleng kepala Bintang. “Lo mending diem! Dia kalau habis pulang sekolah emang gak pulang, nginep bentar di rumah temennya.”

Atlas geleng-geleng kepala melihat tingkah keduanya. “Rafael udah tau orang tua lo mau balik?”

“Enggak. Sengaja gue gak kasih tau, biar jadi kejutan buat dia.”

Pernyataan itu tidak sepenuhnya salah. Yang pertama, memang untuk kejutan dan yang kedua, Guruh hanya berjaga-jaga jika orang tuanya tidak memenuhi janjinya, ia takut adiknya itu kecewa. Siapa yang menjamin mereka bisa menepati janjinya.

“Lo nyiapin makanan kebanyakan,” kata Atlas. Cowok itu melihat berbagai makanan di depannya. “Buat apa?”

Guruh terlihat sumringah. "Biar lo pada betah lah, gue sepi banget anjir disini sendiri."

Bintang yang tadi fokus dengan ponselnya langsung menoleh ke arah Guruh. “Nanti gue sempetin mampir kesini kalau luang.”

“Iya. Gue bakal nemenin lo disini.” Atlas ikut mengangguk.

Guruh terlihat senang mendengarnya. Semenjak orang tuanya pergi ia yang mengurus Rafael. Terkadang ia memang suka merasa kesepian, cowok itu ingin sekali rumahnya terasa ramai dan berisi candaan bersama orang tuanya. Ia ingin sekali dirinya bisa berbagai cerita dengan orang tuanya, ia ingin memamerkan nilai bagusnya pada orang tua saat pulang sekolah.

Tapi, seharusnya Guruh tidak usah khawatir lagi. Bukankah orang tuanya akan pulang sebentar lagi? Semoga saja benar dan tidak mimpi.

"Lo pada masih lama, kan? Ayolah temenin gue."

Atlas melirik ke arah jam dinding yang tertempel di atas televisi di depan mereka. “Iya. Gue masih nanti," balas Atlas yang diangguki oleh Bintang.

“Ruh... selamat.”

ATLAS DIKKA[HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang