bab 34

81 24 109
                                    

Halo, luv. Kalian bisa panggil aku lia💘

Dilarang keras salah lapak. Menyebutkan judul, nama tokoh yang tidak berada di lapak ATLAS!!!

Selamat membaca

.

.

.

[34. Mimpi Itu Akan Terwujud]

_AtlasDikka_

“Gue boleh nginep rumah lo dulu, Ruh?”

Keduanya terlihat sedikit terkejut mendengarnya.

“Lo oke, Tang?”

Bintang mengangguk pada Atlas, memberikan jawaban bahwa semua baik-baik saja. “Ibu lagi kenapa-kenapa, makanya keinget sama adek gue lagi.”

Kedua temannya dibuat khawatir setelah mendengar jawaban dari mulut Bintang. Meskipun mereka terkadang suka mengejek ataupun bertengkar kecil-kecil an, tidak bisa dipungkiri kalau mereka berdua khawatir dengan keadaan teman dekat mereka itu. Seharusnya Bintang tidak berada di posisi ini, kan?

“Jangan terlalu dipikirin kejauhan tentang semuanya, Tang,” kata Guruh yang mencoba menenangkan.

“Bukan lo penyebabnya. Inget itu.” Atlas menambahkan.

Bintang memejamkan matanya sembari menyenderkan punggungnya pada sandaran kursi kantin. “Santai. Gue cuma nyesel kenapa harus gue yang keliatan salah.”

Atlas menepuk pundak temannya itu yang langsung disambung oleh rangkulan hangat yang diberikan oleh Guruh. “Tenang, ada kita. Kita jalan bareng-bareng.

Remaja cowok itu akhirnya mengulas senyum. “Gue harap sampe tua kita begini terus.”

“Untuk sekarang kita cuma bisa saling nguatin, Tang. Tapi kalau nanti masing-masing dari kita udah nemuin kebahagiaan masing-masing jangan lupa ucapin makasih ke diri sendiri,” terang Guruh dengan bangga.

Atlas mengangguk setuju. “Gue temenin nginep. Kita bareng-bareng cari angin.”

Guruh tersenyum. Detik setelahnya ia kembali melanjutkan makanan yang masih tersisa di piring miliknya. Pagi tadi ia tidak sempat sarapan karena bangunnya sedikit terlambat, makanya di istirahat pertama ini ia terlihat lahap memakan makanannya.

Sebenarnya bukan tanpa alasan Guruh bangun kesiangan, pasalnya ia harus bekerja berjualan kopi keliling sampai malam hari. Sudah dipastikan pasti jam tidurnya akan kurang setiap harinya.

“Lo jangan berlebihan kerjanya, mata panda lo jelek.”

Atlas itu sebenarnya perhatian, hanya ketutup gengsi saja.

Guruh mengacungkan jempolnya. “Aman, At. Makanya undang gue sarapan di rumah lo lagi dong biar gue nggak telat.”

“Udah jelek nggak modal,” hardik Bintang.

Bintang tertawa saat melihat ekspresi Guruh yang terlihat kesal karena ucapannya. Namun, hal itu tidak berlangsung lama. Detik setelahnya cowok itu teringat sesuatu.

“Mau nemuin pacar dulu.”

“Emang udah jadian lo?” tanya Guruh dengan wajah yang serius.

Bintang mengangguk. “Kepo.” Setelah itu ia pergi meninggalkan kedua temannya yang masih tetap melihatnya sampai menghilang dari kantin itu.

ATLAS DIKKA[HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang