bab 17

106 32 160
                                    

Halo, luv. Kalian bisa panggil aku lia💘

Dilarang keras salah lapak. Menyebutkan judul, nama tokoh  yang tidak berada di lapak ATLAS!!!

Selamat membaca

.

.

.

[17. Sebuah Janji]

_AtlasDikka_

Drtt drttt drttt

“Hm?”

“Hehe.”

Atlas mendengus sebal. “Haha hehe haha hehe. Apaan?!”

“Wesss selow bos.”

Tampaknya Atlas harus bersabar jika sedang berhadapan dengan Guruh. Temannya yang satu itu memang menguji kesabarannya.

Terbukti sekarang. Pagi-pagi sekali Guruh sudah menelponnya dan entah apa yang ingin cowok itu katakan. Bahkan Atlas harus menunda waktu sarapannya hanya karena mengangkat telepon dari temannya ini.

“Apaan, Cuk. Gue matiin nih.”

Terdengar tawa dari telepon. “Nebeng dong, Cuk. Motor gue masuk bengkel nih.”

“Ngomong dari tadi!”

Atlas membuka pintu kamarnya tanpa mematikan sambungan telepon dari Guruh. “Rafael gimana kalau lo bareng gue?”

“Aman dia mah. Udah berangkat bareng tetangga gue. Udah buruan jemput gue, lama lo!”

“Sabar, Setan. Gue bukan babu lo anjir.”

Lagi-lagi terdengar tawa dari sana. “Jangan lupa bawain gue sarapan ya, babu. Gue laper.”

Tuttt

Atlas menggeram kesal saat Guruh mematikan teleponnya secara sepihak, jika saja cowok itu bukan temannya sudah dipastikan Atlas akan menendangnya sampai ke luar negeri.

Walau ogah-ogahan tetap saja Atlas menuruti permintaan temannya itu. “Anjir lo, Ruh.”

Sampai di bawah terlihat wanita yang sedang menyiapkan makanannya, tampak juga pria yang sedang mengoleskan selai pada roti yang berada di tangannya. Atlas berjalan mendekat dan langsung disambut senyuman oleh Wulan.

“Mau sarapan apa, At?”

“Mau langsung berangkat, Guruh minta jemput,” jawab Atlas.

Wulan mengangguk paham. “Yaudah Bunda siapin bekel dulu, kamu duduk dulu.”

Leon melirik ke arah anaknya yang juga sedang meliriknya sekilas. Memang ayah dan anak satu itu tidak banyak interaksi, mungkin karena sifat mereka yang sama-sama batu dan tidak banyak berbicara. Leon yang selalu dingin dan Atlas yang malas berbicara membuat bapak dan anak itu kurang interaksi.

“Pastiin nilai kamu hari ini sempurna, Atlas.”

Atlas menghela napas. “Doain aja, Yah.”

_AtlasDikka_

Atlas menatap tajam pada seseorang yang sudah turun dari motornya sembari memasang wajah menyebalkan. Guruh cengengesan melihat wajah kesal temannya lantaran sejak di perjalanan tadi ia selalu merecoki cowok itu. Menyuruh cowok itu membeli minuman, mampir warung buat sarapan atau mengusulkan untuk isi bensin padahal sudah dipastikan bensin di motor Atlas sudah full.

ATLAS DIKKA[HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang