bab 22

81 31 167
                                    

Halo, luv. Kalian bisa panggil aku lia💘

Dilarang keras salah lapak. Menyebutkan judul, nama tokoh yang tidak berada di lapak ATLAS!!!

Selamat membaca

.

.

.

[22. Pelukan Hangat]

_AtlasDikka_

Hari Jum'at datang begitu saja, semua murid sekolah Bintang Raya datang dengan wajah yang beragam. Ada banyak murid yang telah datang dan kembali pulang bersama orang tuanya dengan membawa raport di tangan mereka.

Seorang anak laki-laki yang tengah duduk menunggu orang tuanya di depan kelas menarik sudut bibirnya. Anak itu persis seperti anak sekolah dasar yang sedang menunggu kedatangan kedua orang tuanya.

"Kalau hasil kali ini gagal, harusnya gue seneng. Gue emang udah capek dari semuanya," gumam cowok itu pelan, hampir tak terdengar.

"Tang!"

Bintang menoleh, ia mengenal suara itu. Terlihat Guruh bersama kedua orang tuanya. Ia memunculkan senyum tipisnya, menyalami sebagai tanda hormat kepada laki-laki yang tampak berwibawa dengan perempuan yang terlihat sangat adem wajahnya.

Dirga-papa Guruh menepuk pundak Bintang. "Kamu apa kabar?"

"Baik, Om. Saya harap om dan tante juga begitu."

Fira-mama Guruh tersenyum hangat. "Belum ambil hasil?"

"Sebentar lagi, Tan. Tadi saya duluan, sambil nungguin Atlas," jawab Bintang.

Saat sedang asik mengobrol, Atlas tiba-tiba saja datang dari belakang. Cowok itu melihat ke arah Dirga dan Fira lalu menarik senyum. Ia menyalami keduanya, persis seperti apa yang dilakukan oleh Bintang tadi.

Atlas menoleh ke arah Guruh yang sejak tadi tampak senang. "Berapa?"

Guruh menyengir antusias. "Lima dong. Walaupun gue belum bisa ngalahin lo berdua tapi ini peringkat lima besar pertama gue, lain kali gue yang bakal duduk di peringkat tiga besar."

"Bagus. Kalahin kita kalau bisa," ucap Atlas.

Semuanya tertawa, terkhusus Guruh. Cowok itu merasa semuanya kembali dan merasa semuanya terasa baik-baik saja sekarang. Kedatangan orang tua yang sangat ia nanti dan nilai yang maksimal, semuanya ia dapatkan dalam satu waktu. Seakan takdir berpihak padanya saat ini, ia berharap semesta tidak mengambil suasana ini dengan cepat.

Percakapan mereka terhenti tepat setelah tertawa. Karena Dirga dan juga Fira harus ke sekolah Rafael maka Guruh dan kedua orang tuanya harus pamit pulang terlebih dahulu. "Kami duluan ya, Atlas, Bintang."

Atlas dan Bintang kompak mengangguk.

"Oh iya Bintang, tadi di kelas saya liat nama kamu ada di sepuluh besar. Selamat ya."

"Kalau boleh tau berapa, Tan?" Bintang bertanya dengan memunculkan senyum tipis diwajahnya.

"Kalau gak salah delapan."

Senyum Bintang tiba-tiba saya hilang, begitu juga dengan Atlas dan juga Guruh. Ketiga cowok itu menunduk, seperti seakan tau apa yang akan terjadi selanjutnya.

Guruh memecahkan keheningan. "Gue duluan, Tang, At." Cowok itu menepuk pundak keduanya. "Kalau ada apa-apa kabarin gue," bisiknya pada keduanya.

Bintang melihat ke arah Atlas yang sedang memandang Guruh yang pergi berjalan dengan kedua orang tuanya.

ATLAS DIKKA[HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang