bab 39

73 27 107
                                    

Halo, luv. Kalian bisa panggil aku lia💘

Dilarang keras salah lapak. Menyebutkan judul, nama tokoh yang tidak berada di lapak ATLAS!!!

Selamat membaca

.

.

.

[39. Nggak Perlu Takut Lagi]

_AtlasDikka_

“UGM keren sih.”

“Tapi UI juga.”

Alika menggeleng keras. “Tapi mana bisa kesana. Gue dapet beasiswa kuliah aja udah bersyukur banget.”

Cewek itu membuang napas pasrah, ia cukup sadar dengan kondisi keuangan keluarganya sekarang. Walau papanya masih mengirimkan mereka uang, tetapi tidak akan cukup untuk biaya kuliah dirinya dan biaya hidup.

Itu alasan Alika ingin sekali mengambil beasiswa untuk masuk ke perguruan tinggi.

Lamunannya terhenti setelah merasa getaran ponsel yang ada di saku baju. Segera ia melihat siapa yang meneleponnya, tertulis nama ayah di layar ponsel.

“Alika, bilang ke ibu kamu kalau semisal masalah nafkah pasti bakal lancar. Tapi tolong, jangan pernah hubungi ayah lewat nomer istri ayah. Kamu ngerti, kan?”

Alika sedikit ngilu mendengarnya. “Tapi dulu ayah mau-mau aja buat nemuin Alika. Kenapa sekarang nggak?”

“Ayah jadi berantem, Nak. Ngerti, ya?”

Walau dengan mata yang mulai memanas, ia tetap mengangguk pelan sembari tersenyum walau ia tahu ayahnya tidak bisa melihatnya. “Yaudah nanti Alika coba bilang ke mama buat nggak terlalu ngusik ayah dan keluarga ayah.”

“Alika baru sadar kalau ternyata hubungan anak dan ayahnya juga bisa terlalu jauh.”

Terdengar helaan napas dari arah sana. “Nak, hubungi ayah pakai nomer ayah sendiri, jangan pakai nomer istri ayah.”

Tepat setelah kalimat itu diucapkan telepon diputus sepihak, Alika meletakkan ponselnya. Mencoba untuk menahan diri agar tidak menangis sekarang. Belakangan ini memang ia sering merasa rindu dengan ayahnya, makanya ia mencoba untuk menghubungi pria itu.

Namun, apa yang ia terima sungguh diluar harapannya.

“Padahal udah seneng ayah buka blokir nomer Alika, tapi gini ternyata yang Alika dapet.”

Air mata itu mulai menetes perlahan di pipinya, menahan rasa sesak yang muncul. Ia tidak pernah menyangka akan seperti ini yang ia dapat dari ayahnya sendiri, orang yang dulunya berjanji akan selalu menemaninya ternyata sama saja.

Ia pergi, dan mereka menjauh.

Tanpa Alika sadari, Atlas sejak tadi berdiri di belakang dirinya. Bersembunyi di balik tembok yang tidak jauh dari tempat Alika duduk, mendengar semua yang dikatakan gadis itu dari awal.

Niat awalnya untuk menenangkan pacarnya ia urungkan, melihat keadaan tidak memungkinkan. Seperti biasanya, Alika tidak akan suka jika terlihat lemah di depan dirinya. Lalu ia memutuskan untuk beranjak pergi dari tempat itu.

Sofia

Atlas : temen lo ada di taman belakang, gue mnta tlong tenangin dia dulu

ATLAS DIKKA[HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang