20. FAKTA BURUK

2.4K 233 3
                                    

"Mas Dimas mau kita Putus?"

Mataku mengerjap beberapa kali. Menatap sosok tampan kedua setelah ayah versiku itu. Laki-laki yang mampu mengubah duniaku. Membuat masa-masa remaja ku yang kian berwarna tidak seperti yang lainnya. Diandra Ardamas.

"Kalau itu yang terbaik buat kita kenapa nggak?"

"Kita baru jadian seminggu yang lalu"

"Kamu sendiri barusan yang merekomendasikan kalau lupa"

Ya Tuhan! Aku ngga habis fikir! Padahal aku hanya asal nyeletuk saja mengatakan minta putus. Tapi reaksi mas Dimas? Aaah sialan!

"Kalau ini demi kebaikan kamu kenapa ngga?"

"Maksud mas Dimas?"

"Kalau kita lanjutkan pacaran seperti ini, malah akan membuat kamu lelah sendiri dengan segala pemikiran overthinking kamu yang ngga berdasar. Kamu juga ngga bisa percaya dengan saya"

"Kalau putus, kenapa kemarin mas Dimas dengan gencarnya ingin menjadikan Naya pendamping. Aku tahu hubungan kita masih seumur jagung. Tapi apa harus mencari jalan keluar dengan perpisahan gini?"

"Itu jalan terbaiknya kan? Dan itu juga tidak merugikan saya dan kamu. Kamu ngga akan lelah dengan segala macam overthinking mu dan saya juga ngga ada alasan untuk menyakiti kamu lagi"

Dan kali ini aku benar-benar terdiam. Namun jantungku berdegup kencang. Benar-benar kencang. Aku takut. Sungguh. Ucapan mas Dimas kini seperti Boomerang yang menyerangku secara berlebihan. Padahal aku hanya memberinya umpan sedang.

"Keputusan ada ditangan kamu Kanaya. Saya hanya mengikuti alur nya saja"

"Berarti mas Dimas ngga serius sama aku?"

"Saya ngga pernah main-main Kanaya. Apalagi soal perasaan"

"Tapi mas Dimas putusin Naya"

"Saya nggak memutuskan kamu. Kamu sendiri yang bilang barusan. Saya hanya memberi saran dari permasalahan yang kamu buat sendiri Nay. Opini-opini dari hati kamu yang nggak berdasar itu"

"Kalau itu mau mas Dimas, yaudah kita putus aja"

Dan detik selanjutnya, hanya keheningan yang menyelimuti kami. Entah kenapa aku dengan gamblangnya malah menyetujui solusi putus darinya itu. Jujur saja, aku benar-benar ngga bisa berfikir saat ini. Aku kalut dan ngga tahu harus berbuat apa.

"Kamu yakin?"

"Iya"

"Kalau itu udah keputusan final mu, yasudah. Saya akan terima dengan baik. Pesan saya, jaga diri baik-baik ya. Saya juga pasti akan tetap jagain kamu kok"

Aku tetap diam. Menatap mas Dimas yang kini berdiri dari duduknya. Mas Dimas menatapku lalu memberiku kecupan ringan pada dahiku sebelum ia pergi dari hadapan ku. Pergi dari depan mataku. Meninggalkan aku sendirian dalam keheningan malam yang semakin dingin di Taman depan rumah.

Ini rumit.

°°°°°

Sudah hampir dua Minggu lebih semenjak kejadian dimana aku dan Mas Dimas putus, aku belum bertemu dia sama sekali dalam kurun waktu selama dua Minggu ini.

Maksudku, bukan tidak bertemu. Melainkan jarang bertemu itupun jika ketemu, dengan dirinya selain  ke rumah untuk membicarakan pekerjaannya dengan mbak Laras. Ditambah lagi aku yang akhir-akhir ini sibuk dengan ujian masuk Universitas. Waktu dan intensitas untuk bertemu dengan mas Dimas jarang banget jadinya. Palingan aku hanya bertemu dengannya seminggu terhitung hanya sekali. Itu aja di waktu sore.

I LOVE YOU TETANGGA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang