17. PACARAN?

2.8K 243 1
                                    

"Jadi, kita udah resmi pacaran kan mas?!!"

"Pacaran?"

"Iya dong! Kan mas Dimas tadi udah nembak Naya"

"Jangan aneh-aneh! Aku nggak suka!"

"Aneh-aneh gimana?"

"Kapan saya nembak kamu"

"Jadi pengakuan tadi bukan, maksudku Mas Dimas hanya Bercanda?!"

"Aku nggak pernah bercanda Nay"

"Trus maksud mas Dimas apa?! Tadi udah nembak Naya sekarang malah nggak mau ngakuin kalau kita pacaran! Mas Dimas mainin Naya?!"

"Nggak ada yang mainin kamu. Kenyataannya saya nggak nembak kamu kan? Sekarang ingat-ingat lagi kapan saya nembak kamu? Saya hanya bilang kalau saya mencintaimu. Saya tidak pernah meminta kamu untuk jadi pacar saya kan?"

Aku mendengus. Melirik mas Dimas sebentar lalu mengalihkan pandanganku dari laki-laki menyebalkan di sampingku. Aku menatap luar jendela mobil yang menampilkan betapa sibuknya arus lalu lintas di luar sana. Pengemudi kendaraan berlalu lalang berjalan diatas trotoar yang begitu sibuknya.

Dan beberapa saat kemudian, mobil mas Dimas berhenti perlahan. Lampu lalu lintas berubah merah. Dan bersamaan dengan itu, aku merasakan sesuatu yang hangat menggenggam kedua tanganku yang berada diatas paha. Kepalaku menoleh dan mendapati mas Dimas yang kini tengah menatapku dengan kedua bola mata hitamnya yang menyorot ku lekat-lekat. Aku seperti tersedot kedalam manik matanya yang kelam. Membawaku masuk dalam dunianya yang selalu sulit aku definisikan.

"Kanaya Listen to me. Saya memang nggak nembak kamu. Bukannya saya tidak memberi kamu kepastian perihal hubungan kita tapi kamu sudah pasti mengerti kan. Umur saya tidak dalam kondisi untuk melangsungkan pacaran Nay. Saya terlalu tua untuk hal-hal seperti itu"

"Trus kita ini apa mas?! Saling suka iya. Saling cinta iya! Tapi kenapa kita nggak ada status apapun! Naya nggak mau ya di gantungin. Naya bukan jemuran!"

"Ngga ada yang gantungin kamu Kanaya. Kamu dan saya tidak pacaran. Kita sedang melangsungkan sebuah komitmen. Kamu ngerti kan maksud saya?"

"Tapi Naya masih kurang ngeh kalau komitmen doang mas"

"Trus kamu maunya gimana? Mau langsung nikah?"

"Iih nggak gitu juga kali mas! Maksud Naya tuh--- aah udahlah. Bodoh amat! Mau mas Dimas nganggap ini komitmen atau apa, yang jelas bagi Naya kita udah resmi pacaran"

"Terserah kamu"

Aku mengendikkan bahu tidak perduli dan mas Dimas pun mulai kembali menjalankan mobilnya setelah lampu lalu lintas kembali berubah hijau. Dengan gerakan cepat, aku langsung merangkul salah satu lengannya yang berada di sebelahku. Merapatkan tubuhku mencari sandaran ternyaman.

"Saya sedang nyetir Kanaya"

"Rangkulan Naya nggak akan ngebuat kita kecelakaan kok"

"Omongan kamu jangan melantur!"

"Siapa juga yang ngelantur. Udah deh mas Dimas fokus nyetir aja"

"Kanaya ...."

"Iih kenapa sih?! Mas Dimas nggak suka ya Naya peluk?!!"

"Saya lagi nyetir. Jadi ---"

"Nyetir aja! Naya ngantuk!"

Dan setelah kalimat terakhir ku barusan, entah kenapa mas Dimas terdiam. Ia tidak lagi menyuruhku untuk melepaskan rangkulanku pada lengannya. Ia malah menggesekkan dagunya pada pucuk kepalaku hingga aku merasakan kantuk yang luar biasa menerpaku.

I LOVE YOU TETANGGA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang