6. PELUKAN

3.2K 303 2
                                    

JANGAN LUPA TEKAN BINTANGNYA
HAPPY READING 💙💙
.
.
.
.

Dering ponsel ku lagi-lagi membuatku harus dengan.sangat.terpaksa bangun dari empuknya ranjang dan indahnya mimpi.

Aku mengusap pelan kedua mataku yang berair. Mengumpulkan nyawa agar aku dapat bangun seutuhnya. Sudah pukul 8 malam. Yang itu artinya aku tertidur 4 jam setalah insiden nangis drama dalam mobil mas Dimas tadi sore.

Dengan kesadaran yang sudah penuh, aku keluar kamar. Tenggorokan ku minta amunisi. Rasanya kering banget.

"Ada recheese. Aku order setengah jam yang lalu jadi cepet dimakan"

Air yang berada di mulutku tidak jadi tertelan. Melainkan muncrat keluar. Sosok laki-laki dengan kemeja abu-abu didepanku terlihat berakhir dengan seluruh kemejanya yang basah akibat semburanku. Siapa suruh ngagetin. Padahal sejak aku keluar dari kamar, aku nggak melihat siapapun. Eh ini malah tiba-tiba muncul aja didepanku. Aku heran, dia titisan jin atau bagaimana.

Mas Dimas, masih dengan muka datarnya ia menatapku sambil bersidekap meskipun kemejanya jadi sasaran semprotan air dari mulutku. Ia ngga jijik apa. Mengingat dia yang gila kebersihan.

"M-maas? Ng-ngapain disini"

"Nungguin kamu"

Hell, nungguin aku? Mas Dimas? Tumbenan. Aneh banget. Atas dasar apa? Apa alasannya? Merasa bersalah gara-gara udah buat aku nangis? Cih!

"Tante Ima sama om Hendra jemput Andra. Mobilnya mogok waktu keluar tol. Laras lagi keluar sama temennya"

Dia menjelaskan. Seolah tau dengan raut bingungku. Tangannya yang dingin lagi lagi menyentuh lenganku. Ia menggiringku menuju meja makan. Beneran ada sekotak ayam kesukaanku diatasnya. Lengkap dengan minumannya. Ia menarik kursi lalu mendudukkan diriku.

"Makan dulu. Aku mau pulang"

Apa?!! Hei! Enak aja! Dia bilang mau pulang? Nggak! Nggak bisa! Dia bilang sendiri yang nungguin aku sekarang malah ditinggal pulang. Dia ini sengaja atau bagaimana sih. Sudah tau aku paling nggak bisa sendirian di rumah. Aku sering paranoid nggak jelas kalo ditempat yang nggak ada penghuninya sama sekali.

"A-apa? Terus Nay gimana?"

"Aku bakal balik. Kamu tunggu sini bentar"

"Nggak! Nggak mau!"

"Ganti baju aja. Aku janji"

"Nay tunggu diluar"

Aku sudah siap berdiri dengan sekotak ayam yang tadi hendak aku makan. Yaampun aku persis bocah yang takut ditinggal bapaknya berangkat kerja nggak pulang. Kok aku geli sendiri sih. Tapi ya mau gimana lagi. Aku benar-benar nggak bisa sendirian kalau di rumah.

Mas Dimas menghela nafas. Ia mengurut kedua pelipisnya pelan lalu beralih menatapku "Trus kamu maunya gimana?"

"Ma-mas disini aja"

"Baju aku basah Nay"

"Pakai baju mas Andra dulu. Naya ambilin"

Oke sepertinya itu pilihan terbaik. Daripada sendirian di rumah meskipun sebentar. Opsi meminjami baju bang Andra lebih baik kan.
Dan beberapa saat kemudian aku sudah Kembali dengan kaos oblong hitam milik mas Andra.

Lagi-lagi aku dibuat terkejut. Sumpah kelakuan laki-laki tua ini benar-benar nggak bagus buat jantungku ya. Sialan! Bisa-bisanya dia ganti baju didepanku. Di meja makan?? Dasar!

"Mas!!"

"Kenapa lagi?"

"Kalian ngapain?!!"

Ayam yang berada ditanganku jatuh begitu saja ketika suara berat yang 3 bulan ini tidak pernah aku dengar terdengar menggema di sekitar meja makan. Aku menoleh dan mendapati laki-laki dengan rambut gondrong khas miliknya itu tengah bersidekap menatap aku dan mas Dimas tajam.

I LOVE YOU TETANGGA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang