HAPPY READING 💙
JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENTNYA YA ...Kenapa harus hujan? Maksudnya hatiku. Gerimis kecil terjadi didalamnya. Kenapa datangnya mendadak gini? Kenapa nggak nanti? Kenapa harus sekarang saat aku dihadapkan dengan kenyataan baru yang enggan aku inginkan.
Aku hanya dapat menghembuskan nafas kasar ketika laki-laki dengan kemeja biru safir dan celana jeans hitam didepanku menyorotku dengan tajam. Mata hitamnya menghunusku lamat-lamat.
Apa-apaan sih matanya itu. Nggak bisa santai banget kalau udah berhadapan sama aku. Emang aku ini hama apa yang perlu dimusnahkan sama tatapan lasernya. Dasar laki-laki tua!
"H-hai mas? Kebetulan banget ya ketemu disini. Hihihi"
"Loh dek, katanya mau ke Plaza kok bisa disini?"
"Kamu kenal dia yang?"
Kepalaku berputar menatap Leon. Laki-laki blasteran Cina itu menyentuh lenganku ketika mendapati diriku yang masih bergeming menatap sosok mas Dimas dan mbak Laras yang tengah berdiri didepanku.
"Eh i-iya! Kenalin dia mbak Laras kakakku trus ini tetanggaku Mas Dimas" kataku sedikit gugup sambil menunjuk mbak Laras dan mas Dimas bergantian pada Leon.
Sial! Kenapa aku merasa seperti pacar yang sedang ketahuan selingkuh?
"Ooh hai Mbak, Mas!. Salam kenal ya, aku Leon"
"Salam kenal juga ya. Aku Laras kakaknya Naya. Kalian habis nonton juga?"
"Iya Mbak. Sekarang mau pamit cari makan dulu"
"Oh yaudah kalau gitu. Nanti kalau pulang jangan malem-malem ya Le. Takut Ayah marah"
"Siip Mbak tenang aja. Bakal aku pulangin tepat waktu kok"
"See you dirumah ya"
"Ya. Bye Mbak, Mas"
Nafasku seketika berhembus lega ketika mbak Laras dan mas Dimas berlalu dihadapan ku. Tanganku reflek menakan dadaku, dimana jantungku yang berdebar nggak karu-karuan. Kenapa juga harus bertemu? Kenapa harus? Kenapa? Kenapa dunia sempit sekali?.
"Jadi dia, laki-laki yang kamu ceritakan tempo hari?"
Aku mengangguk, "Ya"
"WOW!! Kebetulan sekali ya. Atau memang ini takdir?"
"Nggak usah bicara konyol deh Le. Aku sedang nggak mood bercanda ya"
"Nggak usah sensi. Aku cuma menyampaikan pemikiran ku Kanaya. Dan, itu tadi Mbakmu?"
"Iya. Sudah kubilang kan?"
"Sekaligus sainganmu?"
Tanganku menyikut perut Leon otomatis. Dan ia terlihat meringis sambil mengusap perutnya. Ia melotot menatapku. "Sakit Nay! Dasar preman!"
"Makanya punya mulut tuh dihati-hati! Jangan sembarangan"
"Lah kan bener, aku bicara sesuai fakta kan? Sesuai apa yang kamu ceritakan. Mananya yang sembarangan sih Ay?"
"Bodoh amat ya Le, pokoknya stop it bahas dia!"
"Oke-oke. Sorry. Kamu tuh aneh banget. Dikit-dikit marah. Dikit-dikit ceria. Jangan-jangan kamu punya kelainan ya Bipolar disorder?"
"Sialan mulutmu Le! Aku normal ya!"
"You freak!"
"Le pliss aku laper! Kamu bakal ngoceh aja disini?"
Leon menyengir. Lalu ia menatapku dengan pandangan penuh semangat. Menarik lenganku pelan menuju Starbuck yang terlihat penuh oleh kalangan muda-mudi pacaran, "Aku mau makan Le, bukan ngopi"
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE YOU TETANGGA (END)
RomanceWiting Tresno Jalaran Soko Kulino. Bagi Kanaya Adijaya, pepatah Jawa yang satu itu masih menjadi tanda tanya besar pada hatinya. Witing = Permulaan Tresno = Cinta Jalaran = Karena Soko = Dari Kulino = Terbiasa Pepatah yang artinya "Cinta tumbuh k...