"Mas jangan gini ah!"
"Apanya?"
"Ya ini. Nanti kalau ada yang lihat gimana?"
"Ini di kamar saya Nay. Nggak akan ada yang lihat. Bunda dan Papa lagi sibuk di kebun belakang"
"Ma-maashhh" Naya menahan nafasnya ketika bibir Dimas mendarat mulai di pelipisnya dan berakhir di ceruk lehernya. Naya tidak biasa bergerak barang seinci pun karena Dimas yang mengukung tubuhnya. Setelah selesai bimbingan dengan beberapa mahasiswa nya dua jam yang lalu, Dimas menyeret Naya menuju kamarnya. Rencana yang mereka susun menghilang digantikan dengan kehangatan yang tercipta dibawah kamar Dimas yang dingin.
"Saya sayang sama kamu Nay. Sangat"
Dibawah kukungan Dimas, Naya dibuat campur aduk. Meremang, berdebar dan memerah. Naya hampir tidak tahu caranya bernafas ketika Dimas lagi-lagi memberinya kecupan ringan di seluruh wajahnya. Dan berakhir di dahinya.
"Na-nay ju-juga"
"Juga apa?"
"Juga sayang sama mas ..."
"Mau menikah dengan Saya?"
"Mau mas. Tapi nggak sekarang"
"Kenapa?"
Inilah yang Naya takutkan Dimas akan melangkah menuju yang lebih jauh. Sedangkan Kanaya masih belum siap. Bukan siap secara mental Naya hanya belum siap karena keadaan.
"Mas Andra belum menikah. Kasihan kalau harus kembali Naya langkahin mas"
Hembusan nafas Naya rasakan. Dan itu berasal dari laki-laki yang berada diatasnya. Lalu Naya merasa hampa seketika ketika Dimas bangkit dari atas tubuhnya. Ia terduduk diatas ranjang dengan Naya yang masih berbaring meliriknya. Naya tahu, bahkan amat sangat tahu jika laki-laki itu tengah menyembunyikan raut kecewanya.
"Kalau memang sudah waktunya menikah apa kamu terus menunda dengan alasan Andra?"
"Mas ... Bukan seperti itu. Naya hanya belum siap dengan keadaan setelah kita menikah nantinya"
"Saya sudah tiga puluh lima Kanaya"
"Menikah bukan hanya soal umur mas. Nay belum siap"
"Apa yang membuat kamu belum siap?"
"Keadaan Naya mas. Naya masih banyak pemikiran lainnya"
"Apa?"
"Salah satunya dengan mas Andra yang belum menikah"
"Kalau itu yang jadi patokan mu untuk-- haaah baiklah saya mengerti. Saya menghormati keputusan mu" Dimas menukas. Sepertinya laki-laki itu enggan bicara panjang lebar karena ia sudah menemui penolakan.
Seketika Naya berdiri dari baringannya. Ia menatap Dimas yang kini mencengkram kuat kepalanya dengan kedua tangannya. Naya memeluk laki-lakinya itu dari samping. Ada rasa yang sulit Naya definisikan ketika melihat raut Dimas yang ... Entahlah. Kecewa mungkin?
"Maafkan Naya ya mas. Naya memang belum siap untuk itu. Naya cinta mas Dimas"
"Saya mengerti"
"Mas enggak akan marah kan?"
Kepala Dimas bergerak untuk menoleh. Menatap Kanaya yang memeluknya. Dengan tarikan nafasnya sekali, wajah Dimas berubah seketika. Menatap Kanaya dengan satu senyuman kecil yang berada di bibirnya.
"Saya tidak marah"
°°°°°
Me
Mas dimana? Jadi kan jemput Naya?
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE YOU TETANGGA (END)
Roman d'amourWiting Tresno Jalaran Soko Kulino. Bagi Kanaya Adijaya, pepatah Jawa yang satu itu masih menjadi tanda tanya besar pada hatinya. Witing = Permulaan Tresno = Cinta Jalaran = Karena Soko = Dari Kulino = Terbiasa Pepatah yang artinya "Cinta tumbuh k...