Mungkin mas Dimas akan berfikir jika aku adalah manusia paling freak sedunia. Paling gila yang pernah ia kenal. Ya gimana ngga coba, orang aku pagi-pagi udah nangkring di rumahnya. Minta sarapan.
Padahal ini masih jam enam pagi. Mas Dimas aja masih baru melek. Ia terlihat menuruni anak tangga dengan celana selutut dan kaos panjang kedodoran nya ditambah lagi keningnya berkerut saat melihatku sudah duduk manis di kursi meja makan.
"Pagi mas .....” gumam ku yang hampir mirip seperti rengekan sebenarnya.
"Pagi. Ada apa?"
"Anterin" kataku lalu membuat dia mengangkat sebelah alisnya.
"Kemana?"
"Ya sekolah lah!"
"Saya ada kelas pagi dan meeting. Mungkin tidak akan sempat nanti"
Aku berdecak lalu berdiri untuk mendekati mas Dimas, "Yaudah aku minta jemput sama --"
"Aku anterin aja gimana?" Suara lain yang aku dengar itu membuatku menghentikan tumitku yang berputar. Menatap mas Damar yang terlihat begitu rapi dengan seragam kerjanya.
"Mas Damar?"
"Mau ngga? Lagian searah juga? Iya kan?"
"Boleh aja kalau ngga ngerepotin mas--"
"Saya yang anter! Tunggu saya lima belas menit lagi!"
"Ngga usah nanti ngerepotin mas Dimas lagi. Sama mas Damar aja ngga apa-apa"
"Saya ada urusan juga di sekolah mu Nay!"
"Tiba-tiba?"
Suaraku yang bergumam pelan teredam cookies kering yang diatas meja ketika masuk mulutku. Aku menatap mas Dimas dan mas Damar bergantian.
"Bawel! Sana pulang siap-siap! Saya tunggu lima belas menit lagi"
Akhirnya aku hanya mengangkat bahuku acuh. Memandang mas Dimas yang dengan cepat sudah menghilang dibalik dinding pembatas. Ckck sekarang aku ralat! Yang freak adalah mas Dimas bukan aku!
Hingga beberapa saat kemudian, aku sudah nangkring di dalam mobilnya. Dengan mas Dimas yang diam fokus pada kemudinya.
"Nanti aku di jemput ngga?" Kataku sambil makan beberapa Snack ringan yang selalu tersedia di dalam mobil mas Dimas. Ia memutar setir sebelum akhirnya menoleh padaku sebentar.
"Nggak!"
"Kok gitu?! Kan aku--"
"Saya sibuk! Ada beberapa pekerjaan yang harus saya urus dulu Nay. Jadi ngga akan sempat jemput kamu"
"Terus aku pulang sama siapa?"
"Sama ojol kan bisa. Nantik biar saya telfonkan orang rumah kalau ngga dapat ojol!"
"Aku ngga mau nunggu ya pokoknya!"
"Iya Kanaya"
"Lagian kan yang pacar Naya itu mas! Kenapa jadinya ojol yang jemput?!"
"Saya kan udah bilang tadi. Kalau hari ini saya sibuk"
"Se-sibuk apa sih?! Nyebelin banget Sampek ngga bisa jemput pacar sendiri"
Mas Dimas terlihat membuang nafasnya panjang. Lalu ia menekan rem setelah mobilnya sampai pada pelataran sekolahku. Ia menoleh. Menatap ku lama sebelum tangannya terulur untuk mengusap puncak kepalaku, "Iya udah nanti saya jemput. Jam berapa"
Seketika bibirku tertarik untuk membuat senyuman, "Jam dua ya mas"
"Iya"
"Iya apa?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE YOU TETANGGA (END)
RomanceWiting Tresno Jalaran Soko Kulino. Bagi Kanaya Adijaya, pepatah Jawa yang satu itu masih menjadi tanda tanya besar pada hatinya. Witing = Permulaan Tresno = Cinta Jalaran = Karena Soko = Dari Kulino = Terbiasa Pepatah yang artinya "Cinta tumbuh k...