28. A MEMORY

2.3K 234 17
                                    

Pagi kembali menyongsong. Mentari sang sahabat, kembali mendaki puncaknya. Meskipun tidak terlalu terik, tapi para umat manusia enggan menginjakkan kakinya ke luar rumah. Dengan dalih jika itu tidak benar-benar penting dan mendesak.

Aku tidak sedang menyurvei penduduk Indonesia. Aku hanya melihat kenyataan yang ada. Buktinya para tetangga ku lebih asyik dan menyibukkan dirinya di teras rumah meskipun hanya sekedar duduk-duduk santai saja.

Ketika aku bertanya kenapa mereka tidak melakukan aktivitas di hari Minggu seperti biasanya, dan jawabannya adalah karena cuaca sedang panas-panasnya. Jadi lebih enak berteduh di halaman rumah masing-masing adalah pilihan yang paling baik saat ini.

Sedangkan aku? Jangan tanya, karena aku sedang ada kepentingan yang sangat genting, jadinya aku harus rela ber-panas-panasan untuk melengkapi kebutuhan ku guna pergi ke Singapura. Aku sudah bilang jika keberangkatan ku ke Singapura akan berlangsung satu Minggu lagi. Berhubung aku kemarin sibuk dengan segala tetek bengek berkas-berkas ku, jadinya aku baru bisa sekarang untuk membeli keperluannya.

"Yang belum kebeli apa aja si Nay?"

"Semuanya Man"

"Gila! Bakal lama banget dong"

"Lo ada janji?"

"Nggak ada sih hehehe"

"Gue beliin Lo yang lagi Lo pengenin deh nanti"

"Beneran ya"

"Iya nyet"

"Oke deh!"

Iya aku tidak sendiri. Melainkan aku ditemani teman ku satu ini. Amanda dan sang sopir setiaku, Mas Andra yang kini entah dimana. Aku berada di mall pusat kota. Berhubung barang yang ku butuhkan cukup banyak, jadi ya sekalian aja cari disini. Setelah tadi hampir panas-panasan di toko kelontong yang panasnya minta ampun.

"Lo jadi apply di UI?"

"Nggak tahu juga. Bunda masih belum ngasih kepastian"

"Lah, kan Lo yang kuliah. Gimana sih"

"Nay ... Kamu tahu kan, kondisi keluarga aku nggak memungkinkan aku untuk ninggal Bunda"

Gerakan tanganku sempat berhenti sebentar. Kutatap sahabatku itu dengan prihatin, "Lo harus tetap di sisi bunda Lo Amanda. Setidaknya sampai Li benar-benar bisa menghidupi hidupmu dan bunda sendiri"

"Makasih ya Nay support nya selama ini. Aku nggak tahu lagi kalau nggak ada kamu yang selalu nenangin aku. Bentar lagi kamu bakal pergi jauh dan kita jarang ketemu"

"Gue sempetin pulang kalau ada waktu"

"Aku nggak yakin deh Nay"

"Makanya cari pacar sana! Biar ada temennya Lo"

"Cariin dong Nay"

"Sama Abang gue mau?"

"Mas Andra maksud nya?"

"Kakak gue cowok siapa lagi"

"Asal aja kamu Nay. Yang ada aku di sembelih sama calonnya"

"Siapa? Mbak Ajeng? Mas Andra putus!"

"Hah?!!"

Aku berdecak ketika teriakan Manda mengundang beberapa pasang mata pada kami, "Jangan keras-keras!"

"Aku kaget nay. Putus gimana maksudnya? Katanya mau rencana nikah"

"Nggak tau. Tapi mereka berdua emang beneran putus kok. Mas Andra sendiri yang bilang sama gue"

"....."

"Jadi, Lo mau jadi kakak ipar gue?"

"Nggak lah! Takut aku sama mas Andra"

I LOVE YOU TETANGGA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang