35. RUMAH PRODUKSI

2.3K 226 5
                                    

Ini Hari sabtu. Kali ini Naya dengan sangat senang hati menerima weekend di hari-harinya. Artinya, gadis 23 tahun itu akan menikmati hari-hari libur usai kegiatan panjangnya dari Senin sampai Jum'at. Kanaya beruntung sekali karena jabatannya sebagai kepala perawat di rumah sakit mengharuskan dirinya libur Sabtu dan Minggu.

Tidak seperti kebanyakan perawat lainnya yang full piket dari Senin sampai Minggu. Kini ia bisa menikmati kembali hidup yang seperti seharusnya. Pekerjaan yang bagus, laki-laki yang ia cintai, dan keluarga yang menyayangi dirinya. Ia merasa semuanya sudah sempurna. Namun Naya masih tetap banyak kewaspadaan karena sejatinya hidup tidak jauh-jauh dari cobaan.

Yaa, seperti dirinya yang masih digantung oleh lelakinya. Tapi, mari lupakan itu sejenak. Karena saat ini ia amat begitu senang. Pasalnya, di Sabtu pagi kali ini Dimas mengajaknya untuk mengunjungi rumah produksi salah satu usahanya yang berada di daerah Malang. Maka dari itu jam delapan lewat ia sudah siap dan rapi. Tinggal menunggu Dimas saja yang menghampirinya.

"Nanti bawakan kripik tempe ya Nay. Mama udah pengen banget nyobain keripik tempe nya Dimas"

"Iya nanti Nay bawain"

"Udah siap?" Naya menoleh. Ia beralih ke sumber suara yang baru saja menyapanya. Dimas siapa lagi. Laki-laki itu menggunakan   setelan kasual. Sweater coklat dan celana jeans berwarna hitam. Tidak lupa sepatu sport keluaran terbarunya.

"Tante saya dan Naya pamit dulu ya"

"Iya Dim. Hati-hati ya dijalan. Kabarin Tante kalau ada apa-apa"

"Iya Tan. Kalau gitu saya berangkat sekarang"

"Sudah sarapan?"

Dimas bertanya ketika mereka berdua sudah didalam mobil. Dimas mulai melajukan mobilnya perlahan membelah jalanan ibu kota yang cukup macet pagi ini. Maklum ini weekend.

"Sudah mas. Ini perjalanannya berapa jam?"

"Sekitar dua jam kurang. Kita ngetoll aja"

"Mas udah punya banyak pekerja disana?"

"Bukan pekerja. Lebih tepatnya, mereka yang bantu saya di rumah produksi"

"Sama aja tahu. Terus kok mas bisa sih punya ide dan pemikiran untuk membangun rumah produksi? Padahal mas kan orangnya dari dulu anti banget hal-hal ribet ngurusi ini itu"

"Itu memang saya. Tapi dulu. Dan sebenarnya tidak ada alasan untuk saya membuat rumah produksi. Saya hanya iseng"

"Iseng gimana? Iseng-iseng menguntungkan tapi"

"Iseng karena saya tengah mencari kegiatan yang super sibuk untuk melupakan kamu sejenak"

Ada jeda setelah Kalimat Dimas barusan. Bertepatan dengan itu, lampu merah menyala. Dimas dan Kanaya saling pandang, "Melupakan kamu dari pikiran saya adalah prioritas utama saya waktu itu"

"Kenapa?"

"Kanaya, sudah pernah saya katakan jika pusat pikiran saya adalah kamu. Dan waktu itu kamu pergi. Bayangkan jika kamu di posisi saya waktu itu. Kalau saya tidak menyingkirkan kamu barang sejenak waktu itu, saya tidak akan seperti sekarang ini"

Bolehkah Naya terharu? Menangis? Tapi Naya tidak ingin make up tipisnya luntur untuk saat ini. Alasan Dimas barusan adalah satu hal yang tidak akan pernah Naya lupakan. Menjadikan dirinya sebagai pusat dunianya adalah hal paling istimewa yang Naya rasakan saat ini.

"Mas gombal ya biar Naya semakin klepek-klepek"

"Kamu tahu saya bukan pria romantis yang hobi gombal sana-sini. Saya pria kaku Kanaya. Kamu lebih tahu dari itu"

I LOVE YOU TETANGGA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang