Selamat Membaca....
"Brakkk."
Mata Zahra langsung terbuka, ia terkejut mendengar suara yang cukup keras itu. Ia mengucek matanya karena memang dirinya sedang tertidur. Zahra menyalakan lampu kamar dan menyapu sekitar. Pak Arya tidak berada di kamar, lalu ia menatap pintu kamar yang sudah terbuka sedikit lebar.
Kemana Pak Arya, bukankah tadi ia tidur di kamar Zahra?
Malam ini adalah giliran Pak Arya tidur di kamar Zahra, walaupun Pak Arya terpaksa melakukannya karena desakan Riana. Meskipun begitu, Zahra senang jika Pak Arya berada di kamarnya walau dirinya tidak pernah mau satu ranjang dengan Zahra. Pak Arya selalu tidur di sofa yang berada di dalam kamar Zahra.
Ia tidak pernah menyentuh Zahra sedikit pun. Ia masih menghargai Zahra sebagai muridnya. Walau Pak Arya sangat membenci Zahra, tetapi ia tidak memperlakukan Zahra layaknya seseorang yang ia benci. Pak Arya hanya tidak pernah berbicara dengan Zahra, itu adalah bentuk kebenciannya kepada Zahra.
Zahra langsung melangkah keluar dari kamarnya. Zahra langsung berjalan menuju ke kamar belakang tempat suara tadi ia dengar. Terlihat di sana sebuah kamar dengan pintu terbuka. Zahra langsung mengintip sedikit ke dalam kamar. Matanya terbelalak dirinya terkejut bukan main melihat Pak Arya tengah menggendong Riana hendak menaruhnya di tempat tidur.
Dengan cepat Zahra berlari dan hendak menolong Pak Arya yang nampak kesulitan menggendong Riana. Belum sempat ia sampai, lengannya ditarik oleh seseorang. Orang itu tak lain adalah Aldi yang nampak marah melihat Zahra berada di sini.
Aldi menarik lengan Zahra cukup keras hingga Zahra terjatuh ke belakang. Zahra terkejut, dirinya tidak mampu berkata ketika melihat Aldi. Aldi mendekatkan wajahnya ke wajah Zahra, ia melotot ke arah Zahra.
"Ini semua gara-gara elo!" Ucap Aldi pelan sambil menuding Zahra di bagian dahinya. Alhasil, kepala Zahra terpental ke belakang atas dorongan itu.
"Aldi, cepat bantu Ayah!" Ucap Pak Arya yang menyaksikan kejadian itu, Pak Arya sama sekali tidak peduli dengan perlakuan kasar putranya kepada Zahra. Bahkan Pak Arya pun membiarkan hal itu dilakukan oleh Aldi, karena memang itu yang ia inginkan.
"Gue belum selesai sama lo." Ucap Aldi menunjuk Zahra dengan telunjuknya.
Zahra yang melihat Aldi pergi menghampiri Ayahnya hanya mampu menangis. Tidak ada yang mampu Zahra perbuat saat ini, ia berdiri namun tetap berada di ambang pintu. Ia hanya melihat Riana yang digendong oleh Pak Arya dan Aldi.
Pak Arya dan Aldi menaruh Riana di tempat tidurnya. Zahra tidak bisa masuk dan hanya memandangi Riana terkulai lemah di atas ranjang. Pak Arya mengelus dahi istri tercintanya itu. Tampak sekali keresahan dalam wajah laki-laki itu.
Zahra melihat kecemasan dalam diri Pak Arya, entah mengapa Zahra merasa bersedih atas kecemasan Pak Arya sekarang. Zahra hanya mampu memperhatikan ketiga orang itu dari luar tanpa bisa mendekat ke dalam.
Tak ada sepatah katapun yang keluar dari Pak Arya, Aldi, dan Zahra. Ketiganya sama-sama menatap cemas ke arah Riana. Ketegangan mulai terjadi ketika nafas Riana mulai tidak teratur. Mata wanita itu masih tetap terpejam, namun nafasnya begitu cepat dan tidak teratur. Terdengar suara paling menyakitkan bagi Zahra, Aldi, dan Pak Arya.
Ketiganya sama-sama panik melihat nafas Riana tersengal-sengal. Zahra yang sedari tadi melihat dari kejauhan, secara spontan masuk ke dalam ruangan itu karena memang dirinya juga panik melihat kondisi Riana.
"Rin, kamu kenapa sayang?" Ucap Pak Arya sembari menggosok telapak tangan Riana yang tampak kedinginan itu. Pak Arya melakukan hal tersebut agar istrinya merasa hangat. Aldi kalang kabut, dirinya pergi keluar kamar dan menghubungi ambulance. Aldi tidak mampu berpikir lagi, ia mencari bantuan secepatnya agar tidak terjadi apa-apa terhadap Ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grief for Zahra's life (On Going)
Teen FictionSeorang gadis SMA alumni pondok pesantren yang dikenal sangat cantik dengan mata indahnya dan suara lembutnya yang selalu terdengar merdu, dibaluti hijab syar'i yang menjadi ciri khasnya tersendiri. Tanpa sengaja mencintai seorang guru yang telah be...