Selamat Membaca....
"Ra! sebenernya, aku mau ngomong sesuatu sama kamu!" ucap Angga dengan tatapan yang cukup berharap.
"Apa?" tanya Zahra tidak berani melihat ke arah Angga.
"Sebenernya, aku butuh. Aku butuh kepastian dari kamu!" ucap Angga dengan gugupnya lalu mencoba menggenggam tangan Zahra.
Dengan sigap Zahra langsung melepaskan genggaman itu. Ia tidak suka dengan Angga jika dirinya berbuat hal demikian. Ia menganggap Angga sebagai temannya. Ingatan Zahra masih belum pulih, maka dari itu dirinya tidak tau hal sebenarnya.
Ia mau menerima Angga hanya sebatas berteman dan ia ingin membantu Angga untuk berubah. Tidak lebih dari itu. Namun Angga salah mengartikan pertemanan tersebut.
"Kepastian apa?" tanya Zahra dengan wajah yang memerah tidak tahan melihat wajah Angga yang memelas di hadapannya."
"Kamu sudah buka hati kan buat aku?" tanya Angga sembari bangun dari posisinya lalu menghadapkan tubuhnya ke arah Zahra.
"Maksudnya?" tanyanya lagi karena benar-benar tidak mengerti maksud Angga.
"Maksudnya, kamu sudah nerima aku kan?" tanya Angga lagi dengan ekspresi yang cukup penuh harap.
"Iya, aku sudah nerima kamu. Memangnya kenapa?" ucap Zahra yang menjawab penuh kejujuran. Zahra sudah menerima Angga sebagai teman, dan tidak akan pernah berubah.
"Alhamdulillah... kalo gitu, berarti kita...."
"Eh, aku mau ke kelas dulu ya. Aku baru inget ada PR yang belum aku kerjakan." ucap Zahra memotong pembicaraan Angga lalu beranjak dari tempatnya. Zahra kemudian tersenyum ke arah Angga kemudian dengan cepat ia berlari meninggalkan Angga.
Angga tersenyum ke arah Zahra kemudian dirinya pun menyusul Zahra dengan langkah kecil. Hatinya bergumam, sungguh beruntung sekali dirinya bisa mendapatkan hati Zahra setelah sekian lamanya berharap. Ia tidak tahu jika yang ada di hati Zahra bukan namanya tapi nama guru matematika di sekolah itu.
~~~
Bel telah berbunyi, seperti biasa seluruh siswa berlarian kesana kemari dengan perasaan senang. Pembelajaran telah berakhir, semuanya hanya perlu pulang ke rumahnya masing-masing.
Zahra, Anastasia, Septa dan Angga masih berada di dalam kelas.
"Sep, Ra, Nas. Gue duluan yak!" ucap Doni kemudian berlalu meninggalkan teman-temannya itu. Angga sengaja tidak disapa oleh Doni dan Septa karena mereka berdua memang telah menjadi musuh semenjak Angga memutuskan untuk bergabung dengan geng Rizal.
Sedangkan Septa tidak hanya karena hal itu. Septa sangat membenci Angga semenjak kejadian itu. Kejadian yang sangat menjijikkan sekali. Beruntung sekali Zahra tidak pernah mengingatnya. Kalau tidak Zahra tidak akan pernah mau kenal dengan Angga.
Septa bungkam di hadapan Zahra. Ia tidak bisa dan tidak memiliki hak untuk melarang Zahra mau berteman dengan siapa. Yang terpenting baginya sekarang adalah ia akan melindungi Zahra dari jauh. Sedangkan Anastasia ia sangat mencintai perempuan itu. Ia akan selalu menjaga Anastasia dengan sepenub jiwanya. Tidak akan ia biarkan siapapun mencoba untuk menyakiti Anastasia. Terutama Angga.
Sudah cukup Anastasia menanggung kepedihan karena harapannya pada Angga. Tapi sekarang Septa berjanji akan selalu menjaga Anastasia dan Zahra dengan baik. Karena hanya mereka berdualah teman baik Septa dan Doni.
"Ra. Gue mau pulang dulu ya!" ucap Septa setelah Doni menghilang di balik pintu.
"Oh iya, Sep." ucap Zahra singkat sembari menyusun buku-bukunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grief for Zahra's life (On Going)
Genç KurguSeorang gadis SMA alumni pondok pesantren yang dikenal sangat cantik dengan mata indahnya dan suara lembutnya yang selalu terdengar merdu, dibaluti hijab syar'i yang menjadi ciri khasnya tersendiri. Tanpa sengaja mencintai seorang guru yang telah be...