Zahra [ Bab 65 ]

99 6 0
                                    

Selamat Membaca....



"Mbak, pak Arya benar-benar menyukai nasi goreng?" tanya Zahra dengan santun. Riana yang mendengar hal itu kemudian tertawa terbahak-bahak sehingga membuat Zahra salah tingkah.

Zahra memang sudah memikirkan hal ini dari dulu. Ia ingin tau makanan kesukaan guru itu, ia sangat ingin membuatkan pak Arya nasi goreng spesial dengan cinta. Namun, sebelum dirinya membuat nasi goreng itu ada baiknya jika ia benar-benar memastikan pak Arya menyukai nasi goreng itu.

Zahra memperhatikan Riana yang masih terbahak-bahak mendengar ucapan Zahra yang teramat sangat polos itu. Zahra kemudian memberanikan diri untuk bertanya.

"Ke-kenapa mbak?" tanya Zahra kikuk.

"Ng-nggak papa kok. Mbak cuma lucu aja denger kamu manggil "pak Arya" sama suami kamu sendiri." ucap Riana masih dengan tawanya yang manis.

"Kenapa mbak? ada yang salah ya?" tanya Zahra tidak mengerti.

"Nggak ada kok. Cuma kan sekarang kamu sudah sah jadi suami istri sama mas Arya. Masa kamu masih manggil dia pak Arya. Berasa kaya kamu itu muridnya mas Arya bukan istrinya." ucap Riana menahan tawanya.

"Ta-tapi kan Zahra sudah terbiasa panggil pak Arya dengan sebutan itu." balas Zahra dengan polos.

"Iya sayang, tapi itu dulu. Waktu kamu masih jadi murid mas Arya. Sekarang semuanya sudah berubah. Kamu adalah istrinya mas Arya, jadi kamu lebih baik memanggilnya dengan sebutan "mas" saja. Itu lebih baik." tutur Riana sembari memotong bawang putih dan bawang merah.

"Zahra nggak biasa mbak. Zahra lebih suka manggil pak Arya aja." jelas Zahra. Zahra memang akan merasa sangat aneh jika dirinya memanggil pak Arya dengan sebutan "mas".

Pasalnya ia tidak terbiasa mengatakannya. Belum lagi, pak Arya dulunya adalah gurunya, jadi tidak mungkin jika Zahra memanggil laki-laki itu dengan sebutan "mas."

"Yaudah deh, nggak papa. Nanti kamu juga akan terbiasa memanggilnya dengan sebutan "mas."" ucap Riana memaklumi kekakuan Zahra.

Zahra masih mengaduk-aduk nasi goreng buatannya, sebab dirinya memang sudah niat untuk membuat pak Arya terkesan hari ini dengan nasi goreng buatannya.

"Mbak, coba deh mbak icip nasi gorengnya. Enak nggak?" ucap Zahra sambil menyodorkan sesendok nasi goreng buatannya kepada Riana.

Riana mengambil sendok tadi lalu memakan sebagian dari nasi goreng yang ada di sendok makan tadi. Matanya kemudian menunjukkan sikap tak biasa. Mulutnya terus mengunyah nasi goreng buatan Zahra dengan sangat nikmat.

"Gimana mbak?" tanya Zahra penasaran.

"Hmmm, Subhanallah Zahra. Ini nasi goreng terenak yang pernah mbak makan. Mbak saja belum pernah memasak makanan seenak ini Zahra." ucap Riana penuh rasa kagum.

"Bener mbak?" tanya Zahra dengan wajah yang berbinar-binar penuh rasa bangga atas ucapan Riana.

"Benerlah Zahra. Masa mbak bohong. Nasi goreng ini kamu buat khusus mas Arya?" tanya Riana penasaran.

Zahra mengangguk malu, ia tak mampu menahan senyumnya di hadapan Riana. Zahra tersenyum manis sekali.

Riana hanya bisa tersenyum juga kepada Zahra. Zahra benar-benar Sangat mencintai suaminya. Ia harus benar-benar menjauhi pak Arya demi Zahra, ia tidak ingin mengganggu atau menghalangi cinta gadis polos di hadapannya itu.

"ZAHRAAA!!!" teriak seseorang dari ruang tamu mengagetkan kedua perempuan itu. Suara yang ingin didengar oleh Zahra sejak tadi akhirnya datang juga.

Zahra sangat senang, namun ada perasaan takutnya juga. Mengapa pak Arya meneriakkan namanya?

Dari luar Zahra melihat sosok tubuh yang sangat ia cintai datang dengan penuh emosi. Riana membelalakkan matanya melihat ekspresi pak Arya yang kelihatan begitu sangat marah.

Riana telah merasakan ada aura negatif dari dalam diri pak Arya saat itu. Zahra diam di tempatnya tanpa ekspresi, tenyata Zahra juga merasakan ada hal yang aneh dengan pak Arya saat itu.

Zahra hanya bisa diam dengan pikiran campur aduk. Pak Arya yang terlihat sangat marah itu, dengan sangat kasar mencengkeram lengan mungil Zahra lalu menariknya kejam.

"Mas?!" teriak Riana yang kaget melihat pak Arya yang mencengkeram lengan Zahra. Zahra tidak bisa berkutik dari posisinya. Ia hanya bisa terdiam dan pasrah atas cengkeraman itu.

Sakit sekali, namun Zahra tahan.

"Mas, lepas!" teriak Riana lagi dengan sekuat tenaga mencoba untuk menyelamatkan Zahra. Pak Arya tak menggubris teriakan dari Riana.

"Mas kamu nggak denger aku?" tanya Riana sangat khawatir. "Kamu sudah mulai berani melawan saya?" tanya pak Arya dengan posisi wajah datar.

Riana terdiam mendengar ucapan pak Arya. Tidak biasanya pak Arya berbicara dengan nada formal seperti itu, sepertinya pak Arya tengah sangat marah. Tapi hatinya sangat kasihan melihat suaminya itu menyeret Zahra dengan sangat kasar.

Riana diam dan hanya bisa membiarkan Zahra diseret oleh suaminya itu. Perlahan air matanya terjatuh melihat kejadian itu, hatinya tidak tega namun ia bisa apa jika sudah berhadapan dengan pak Arya ia tidak bisa berbuat apa-apa.

Zahra hanya bisa menangis dengan sangat dalam melihat perlakuan kasar pak Arya. Ia diseret menuju ke kamarnya, pak Arya membanting pintu kamar kuat-kuat sehingga membuat Riana terkejut bukan main.

Pak Arya benar-benar emosi saat ini. Bahkan ucapan Riana pun tidak di gubrisnya. Apa yang menyebabkan kemarahan dari pak Arya. Bertahun-tahun lamanya ia tidak pernah melihat pak Arya semarah ini terutama kepada seorang perempuan.

Ia selalu menghormati dan menyayangi perempuan. Tidak pernah sekalipun pak Arya menyentuh perempuan yang bukan mahramnya, sehingga ia dikenal sebagai lelaki yang amat sopan.

Namun, apa yang tengah terjadi hari ini. Pak Arya menyeret Zahra dengan sangat kasar. Apa yang menyebabkan kemarahan seorang pak Arya?

Lalu mengapa pak Arya sangat marah kepada Zahra, apa kesalahan gadis itu?

Semua tanda tanya itu mulai timbul dalam benak Riana. Ia tidak boleh tinggal diam di sini. Ia harus membantu Zahra.

Riana kemudian menghapus air matanya. Ia beranjak pergi menuju ke kamar tempat pak Arya menyeret Zahra tadi.

Riana benar-benar tidak pernah melihat kemarahan pak Arya yang teramat sangat seperti saat ini. Hatinya begitu was-was melihat perlakuan pak Arya kepada Zahra tadi.

Ia takut jika suaminya itu melakukan hal-hal yang bisa merugikan dirinya dan juga orang lain terutama Zahra.

Sesampainya di depan pintu kamar tadi. Riana menggedor pintu dengan sangat kuat.

"MAS BUKAA!" teriak Riana dengan penuh rasa takut.

Tidak ada jawaban dari dalam kamar, Riana benar-benar risau dengan apa yang terjadi di dalam kamar itu. Riana semakin kencang saja menggedor pintu kamar itu dengan perasaan yang sangat ketakutan sekali. Namun, tiba-tiba....

"Gubraaakkk...."

"Aaaghhhhh...."

Riana terdiam mendengar suara itu.












____________~°-°~____________

Jangan lupa vote dan komentar, jika ada kritikan dan saran bisa langsung ketikkan di kolom komentar atau bisa langsung kirimkan pesan pribadi.
TERIMAKASIH

Grief for Zahra's life (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang