Selamat Membaca....
Pagi ini Zahra berencana untuk memasakkan makanan istimewa untuk Pak Arya, ia berharap mampu mengambil hati suaminya itu. Selama dirinya tinggal di rumah Pak Arya, ia belum sama sekali melihat Pak Arya tersenyum kepadanya.
Ia hanya mendapatkan tatapan sinis dari laki-laki yang ia cintai itu, namun hari ini mood-nya sedikit lebih berani. Ia mencoba untuk mendekati Pak Arya untuk mendapatkan perhatian dari Pak Arya.
Dan yang paling istimewanya adalah hari ini merupakan hari ulang tahun Pak Arya. Zahra memandangi dirinya di kaca, ia terlihat sangat cantik mengenakan baju berwarna biru berkerudung hitam. Baru kali ini Zahra terlihat sangat bahagia, ia tersenyum melihat ke arah cermin itu.
"Subhanallah, ternyata aku cantik juga ya." Ucapnya memuji diri sendiri karena memang pada saat itu keadaan sedang sepi.
Ia berbalik posisi ke kanan dan ke kiri untuk melihat kecocokan dalam gaunnya itu. Sangat indah sekali dikenakan oleh seorang Zahra. Namun, seketika ia tersadar dengan sesuatu yang menjadi awal derita sekaligus kebahagiaannya.
Bayi ini!
Zahra melihat dan memandangi perutnya sejenak. Sudah memasuki bulan keempat, tetapi tidak ada perubahan dari postur tubuh Zahra. Dirinya tetap sama seperti Zahra yang masih perawan, perutnya pun tidak buncit. Apa karena ini masih bulan muda, maka dari itu perutnya belum bisa buncit. Pikirnya.
"Apa aku beneran hamil ya? Ta-tapi, kenapa aku ragu? Dulu Ummi waktu hamil aku pas usia kandungannya menginjak empat bulan, perutnya sudah membesar. Tapi kenapa perutku tidak besar ya? Apa karena aku hamil muda? Mungkin ini efek dari hamil diusia muda." Ucap Zahra bermonolog dengan dirinya sendiri.
Zahra mengelus elus perutnya yang sama sekali tidak buncit layaknya ibu ibu hamil lainnya. Ia tersenyum tidak sabar menunggu perutnya membuncit dan ia akan melihat reaksi Pak Arya ketika melihat perutnya membuncit.
Zahra sangat suka menonton film, sampai akhirnya ia mengira bahwa kehidupan di dunia perfilman sama seperti di dunia nyata.
Jika di dalam film, seorang suami akan merasa sangat senang ketika harus melihat perut istrinya buncit ketika mengandung. Mereka akan mengelus-elus perut istri dan bermain dengan manja di pangkuan istri sambil tersenyum.
Zahra membayangkan hari itu akan tiba pada suatu saat nanti ketika perutnya telah membesar. Senyumnya mengembang memikirkan hal itu akan terjadi suatu saat nanti bersama Pak Arya.
Ia masih menatap dirinya di sebuah kaca, sambil tersenyum manis, dirinya mengelus-elus perutnya. Tanpa ia sadari, ternyata sedari tadi ia tengah diperhatikan oleh Pak Arya.
Pak Arya memperhatikan Zahra sedari tadi. Ia melihat Zahra tersenyum sembari mengelus perut kempesnya. Pak Arya sama sekali tidak peduli akan hal itu.
Zahra yang terkejut melihat bayangan dari Pak Arya di kaca, langsung berbalik badan untuk memastikan adanya Pak Arya.
Mata keduanya bertemu, Zahra menatap wajah Pak Arya waktu itu, Pak Arya yang berekspresi datar hanya memandangi Zahra tanpa ekspresi. Zahra salah tingkah oleh tatapan tajam itu.
"Ngapain kamu?" Tanya Pak Arya masih dengan tatapan datar.
"Saya, saya anu pak... saya lagi...." Jawab Zahra gugup bercampur malu. Pasalnya, baru hari ini Pak Arya berbicara dengan Zahra.
"Setelah saya pulang dari Sekolah, kamu ikut saya!" Ucap Pak Arya meninggalkan Zahra dan mengambil dasi di tempat tidur milik Zahra.
"Ke-kemana pak?" Tanya Zahra penasaran.
"Cek kehamilan." Ucap Pak Arya tegas. Walau Pak Arya tidak menyukai Zahra, akan tetapi ia selalu memikirkan tentang bayi yang dikandung oleh gadis tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grief for Zahra's life (On Going)
Novela JuvenilSeorang gadis SMA alumni pondok pesantren yang dikenal sangat cantik dengan mata indahnya dan suara lembutnya yang selalu terdengar merdu, dibaluti hijab syar'i yang menjadi ciri khasnya tersendiri. Tanpa sengaja mencintai seorang guru yang telah be...