Selamat Membaca....
Kriiinggg ... kriinggg ... kriinggg
Bel telah berbunyi tiga kali, tanda pembelajaran hari ini telah usai, semua murid berhamburan keluar ruang kelas masing-masing, Zahra, Angga, Anastasia, Septa dan Doni masih tetap berada di kelasnya, Zahra tengah menunggu Anastasia bersiap untuk pulang, dirinya begitu khawatir dengan Anastasia yang nampaknya masih belum bisa berdamai dengan keadaan, bukan kesalahannya, tapi itulah jalan takdir yang telah dituliskan untuknya, Zahra bisa merasakan penderitaan dari sahabatnya itu.
Septa memperhatikan gerak-gerik Anastasia yang terlihat murung dengan mata bengkaknya karena terlalu banyak menangis, entah bagaimana caranya, Septa ingin sekali mengetahui apa yang telah terjadi dengan kekasihnya tersebut. Namun sepertinya Anastasia enggan menceritakannya pada Septa, dan dirinya harus bisa mengerti situasi antara kekhawatirannya dan juga perasaan Anastasia, dirinya tidak boleh egois pada Anastasia, lebih baik dirinya menunggu Anastasia sendiri yang menceritakan segalanya.
Angga membereskan buku-bukunya, memasukkannya ke dalam tas dan bergegas untuk pergi meninggalkan kelas itu, karena dirinya sudah ada janji bersama Rizal dan Cherryl malam ini. Sekeliling nampak sibuk dengan urusannya masing-masing, suasana yang senyap membuat Angga tidak tahan berlama-lama berada di dalam kelas itu, saat kakinya mulai melangkah ingin meninggalkan kelas itu, namun tatapannya terhenti pada sesosok gadis manis dengan hijab yang menutupi seluruh bagian kepalanya.
Tatapannya penuh harap, rasa kagum itu mulai menyelinap ke dalam hatinya, keinginan untuk memiliki gadis itu mulai muncul ke permukaan. Hatinya ingin sekali mengutarakan perasaan yang mungkin masih terpendam, namun apalah daya dirinya tidak bisa memaksakan kehendaknya terhadap Zahra, dengan tatapan yang masih melekat dalam-dalam kepada gadis itu, ia mulai beranjak pergi dari tempatnya dan meninggalkan kelas itu. Perasaan harap itu muncul lagi, dan seperti biasa itu hanya harapan semata, bukan yang harapan yang pasti, dirinya pergi meninggalkan gadis yang tengah dikaguminya itu dengan perasaan yang kurang baik.
Zahra tidak menyadari jika dirinya tengah diperhatikan oleh Angga, namun Doni terus mengawasi Angga, dirinya tidak ingin jika Angga sampai berbuat hal yang tidak pantas kepada Zahra seperti terakhir kali dilakukannya. Kini Doni sangat menjaga Zahra dan Anastasia, dirinya tidak ingin jika kedua teman perempuannya itu sampai dipermainkan oleh Angga dan Rizal.
"Septa!" ucap Anastasia setengah berteriak agar Septa bisa mendengarnya. Septa yang mendengar namanya di panggil oleh Anastasia langsung terkejut dibuatnya, mungkin Anastasia ingin bercerita tentang masalahnya, dengan inisiatif tinggi, Septa langsung berjalan ke arah Anastasia.
Setelah keduanya berhadapan, Anastasia mulai mendekatkan tubuhnya kepada Septa yang langsung disambut hangat oleh Septa. Mereka berdua berpelukan dengan sangat hangat, setelah akhirnya Anastasia mulai membisikkan sesuatu ke telinga Septa yang hanya di balas dengan gelengan kepala dari Septa, mereka berdua berbincang dengan suara yang sangat kecil sekali, sangat kecil hingga Doni dan Zahra tidak dapat mendengarnya.
Doni dan Zahra hanya bisa memperhatikan dari jauh kejadian itu, mereka tidak ingin terlalu mengurusi masalah percintaan Anastasia dan Septa. Setelah agak lama berbincang dengan nada kecilnya, Septa berbalik arah dan langsung pergi meninggalkan Anastasia dengan raut wajahnya yang terlihat sangat marah bercampur sedih. Zahra melihat Septa keluar dari kelas tanpa sepatah katapun, diikuti oleh Doni yang mengikutinya dari belakang.
Zahra menatap Anastasia bingung, seolah-olah dirinya bertanya apa yang tengah terjadi? mengapa Septa tiba-tiba keluar dengan raut wajahnya yang terlihat sangat gelisah. Zahra berjalan menuju ke arah Anastasia. Anastasia memperhatikan langkah Zahra yang sedang mendekatinya.
"Kenapa ... kenapa Septa pergi?" tanya Zahra ketika dirinya telah berhadapan dengan Anastasia, "Gapapa, hmmm ... Nanti malam ikut aku yuk!?" ajak Anastasia sambil menatap Zahra penuh harap.
"Kemana?" ucap Zahra ingin tau tujuan Anastasia mengajaknya keluar malam ini. "Keluar, aku mau nenangin pikiran, mau ya?" ucap Anastasia masih penuh harap kepada Zahra. Namun Zahra takut jika ia tidak akan di izinkan oleh ummi dan abi.
"Hmm, ta-tapi aku takut..."
"Gue yang bakal ijin ke nyokap lu!" ucap Anastasia memotong perkataan Zahra, dirinya dengan sikap yang tidak sewajarnya mulai membuat Zahra bingung. Ada apa dengan Anastasia, mengapa nada bicaranya seperti itu?
Zahta yang kebingungan hanya bisa menatap wajah Anastasia yang terlihat lebih baik-baik saja setelah kejadian tadi siang.
"Ta-tapi ummi pasti ga bakal izinin!" ucap Zahra mencoba memperingatkan sahabatnya itu, Ummi tidak menyukai seorang perempuan yang suka keluar di malam hari, lebih bagus jika Zahra ada di rumah dan mengaji daripada harus ngeluyur tidak karuan.
"Lo tinggal ngikutin arus, oke!" ucap Anastasia sambil berlalu meninggalkan Zahra sendirian, Zahra sangat takut jika sampai ummi marah kepada Anastasia karena mengajaknya keluar malam hari. Disisi lain dirinya terlihat sangat kasian terhadap kejadian yang tengah menimpa sahabatnya itu.
Suasana kelas telah sepi, tidak ada satupun murid di sana kecuali Zahra, menyadari hal itu, dirinya langsung bergegas keluar kelas dan langsung menuju ke halte bus tempat biasa ia untuk sampai ke rumahnya.
Didalam perjalanan, dirinya masih memikirkan Anastasia, dia begitu antusias merasakan kepedihan yang di alami sahabatnya itu, membayangkan jika hal itu terjadi pada dirinya, itu adalah mimpi buruk yang pernah ia hayalkan sepanjang hidup, dirinya tidak akan pernah sanggup menghadapi hal tersebut. Tapi Allah memilih orang yang tepat untuk mendapatkan ujian hidupnya, Zahra yakin jika Anastasia sangat kuat dan mampu menjalani semua ini, makanya Allah memberikan ujian hidup ini padanya.
Zahra mengingat kembali firman Allah dalam Surah Al-Baqarah ayat 286:
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya."
Allah sayang Anastasia, agar Anastasia mau meminta dan berdoa kepada Allah, sungguh sangat indah sekali cara Allah mencintai hambanya, diuji dengan kepahitan namun berpahalakan surga yang sangat didambakan. ALLAHUAKBAR.
Tidak lama kemudian, Zahra pun sampai di rumahnya, dia memberi salam kepada ummi dan langsung pergi ke kamarnya, dirinya tidak bisa menceritakan apa yang tengah terjadi pada Anastasia, apalagi jika dirinya tau kalau Anastasia akan meminta izin malam ini untuk pergi keluar, pasti ummi akan sangat tidak setuju. Ada baiknya jika Zahra diam saat ini.
"Sayang, kamu ga makan? udah sholat belum? ayo sholat dulu baru makan!" ucap ummi kepada Zahra, "Iya ummi!" Zahra pun langsung pergi keluar kamar menuju ke kamar mandi dan mengambil wudhu, belum sempat selesai mengambil wudhu dirinya di kejutkan oleh suara seorang perempuan dari arah pintu depan.
Suaranya tidak asing lagi di telinga Zahra, ummi yang juga mendengarnya langsung mendekati pintu dan mulai membukakan pintu untuk orang itu. Zahra bergegas berwudhu dan langsung keluar dari kamar mandinya, betapa terkejutnya dirinya ketika melihat Anastasia tengah duduk bersama ummi di ruang tamu, dengan wajah yang berseri tidak seperti tadi pagi kala dirinya menangis sesenggukan dipelukannya, kini Anastasia nampak tidak memiliki beban sama sekali.
Zahra hanya bisa mengira-ngira jika Anastasia hanya ingin terlihat baik-baik saja di hadapan orang banyak, walau hatinya tengah hancur berkeping-keping ditampar oleh keadaan yang tak sesuai dengan hayalan. Ta-tapi bukannya Anastasia mengajaknya untuk keluar malam ini, ta-tapi ini kan masih siang, kenapa dirinya sudah datang? apa dirinya hanya ingin berkunjung? ah sudahlah jangan terlalu di pikirkan.
_____________~°-°~______________
Hallo ... gimana ceritanya?
duh maaplah kalau kurang seru, otak masih nge-lag wkwk, oh iya jangan lupa vote dan komentar...
Jika ada saran dan kritikan bisa langsung ditulis di kolom komentar atau kalian bisa langsung kirim pesan pribadi, oke!?
TERIMAKASIH.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grief for Zahra's life (On Going)
Teen FictionSeorang gadis SMA alumni pondok pesantren yang dikenal sangat cantik dengan mata indahnya dan suara lembutnya yang selalu terdengar merdu, dibaluti hijab syar'i yang menjadi ciri khasnya tersendiri. Tanpa sengaja mencintai seorang guru yang telah be...