Selamat Membaca....
Anastasia datang ke sekolah sedikit lebih siang hari ini karena suasana hatinya sedang tidak baik. Anastasia mneyusuri koridor sekolah untuk bisa sampai ke kelasnya. Matanya sembab karena menangis semalam, tubuhnya pun tidak memiliki tenaga sama sekali. Anastasia yang ceria telah berubah menjadi Anastasia yang tidak suka tertawa.
Tak selang beberapa lama, Anastasia sampai di kelasnya. Suara keramaian sangat menusuk telinga, namun suara bising tersebut tidak berguna bagi Anastasia yang tengah merasa kesepian.
Pintu kelas masih tertutup rapat, Anastasia memegang gagang pintu itu cukup lama. Belum siap ia bertemu dengan teman-temannya, terutama kepada Angga dan Septa. Kejadian-kejadian belakangan ini sungguh mengejutkan baginya. Anastasia menarik nafas panjang sebelum memasuki ruangan.
Setelah dirasa mampu, Anastasia memutar gagang pintu tersebut lalu membukanya lebar-lebar.
"Kreaaakkk..."
Seketika kelas menjadi senyap, pandangan mata seluruh siswa tertuju pada Anastasia tidak terkecuali Angga dan Septa. Anastasia dibuat kikuk oleh tatapan teman-temannya itu. Namun, hal tersebut tidak membuat Anastasia gentar. Ia masih tetap melanjutkan untuk memasuki ruangan kelas.
"Gue kira dia di D.O (Drop out)."
"Kenapa dia nggak malu ya?"
"Kok dia masih sekolah sih?"
"Bukannya kabar itu udah nyebar ya?"
"Kayanya kita cuma tinggal tunggu waktu aja, sebelum dia di keluarkan!"
"Sialan! Coba lu liat, perutnya!"
Semua cibiran itu tidak dipedulikan oleh Anastasia, isi kepalanya kosong. Tidak ada waktu untuk menggubris perkataan teman-temannya. Tampak juga Angga, Doni, dan Septa tengah memperhatikannya. Mereka bertiga bungkam mendengar cibiram dari teman-temannya kepada Anastasia.
"Eh!" Seru seseorang sambil menjambak rambut Anastasia. Anastasia terjengkang ke belakang atas tarikan itu.
Angga, Doni, dan Septa yang menyaksikan kejadian itupun terkejut. Namun, mereka bertiga tidak bisa lagi membela Anastasia.
"Lo itu tuli atau gimana? Lo nggak denger apa yang mereka omongin?" Ucapnya ketus. Gadis itu adalah musuh Anastasia dari dulu, yap, siapa lagi kalau bukan Cherryl.
"Lo itu hamil! Ngapain masih di sini? Nggak tau malu banget sih!" Cibirnya sembari berkacak pinggang.
"Udahlah sana keluar! Atau gue seret lo sekarang!" Ucapnya lagi mengejek.
"Jaga mulut lu!" Seru Doni yang tidak terima Anastasia diperlukan sedemikian rupa. Anastasia tidak mampu melawan, dirinya pasrah dengan keadaan.
"Widiiih... kayanya ada pahlawan kesiangan nih!" Balas Cherryl ketus.
"Lo mau bela, jalang ini?" Tanya Cherryl sembari mendorong kepala Anastasia ke belakang. Doni tidak mampu berkata apa-apa lagi, ia bahkan tidak mampu untuk menatap ke arah Anastasia.
"Cih... gue tau! Gue bener, kan? Kalian selalu bilang kalo gue gila, sekarang kebenarannya sudah ada di depan mata kalian. Dan kalian masih mau nganggep gue gila lagi?" Ucap Cherryl dengan ekspresi yang cukup marah.
Ditatapnya mata Anastasia dalam-dalam, Anastasia hanya bisa menangis. Cukup lama kemudian, Cherryl menjambak rambut Anastasia dan menyeretnya paksa keluar dengan penuh emosi.
"Ahhh" Teriak Anastasia yang merasakan panas di bagian kepalanya.
Septa dan Angga tak berkutik, namun hal tersebut tidak berlaku untuk Doni. Doni mencengkeram kuat tangan Cherryl, lalu dibantingnya gadis itu ke belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grief for Zahra's life (On Going)
Подростковая литератураSeorang gadis SMA alumni pondok pesantren yang dikenal sangat cantik dengan mata indahnya dan suara lembutnya yang selalu terdengar merdu, dibaluti hijab syar'i yang menjadi ciri khasnya tersendiri. Tanpa sengaja mencintai seorang guru yang telah be...