Zahra [ Bab 44 ]

75 8 0
                                    

Selamat Membaca....



Seorang lelaki tampan turun dari sepeda motornya dan langsung ingin menerobos masuk ke dalam sebuah ruangan yang sangat bising. Namun belum sempat dirinya masuk, ia justru di hadang oleh dua penjaga yang sangat kekar berotot sambil menatapnya tajam.

"Saya tidak pernah melihat anda datang ke sini!" ucap salah seorang dari mereka yang terlihat lebih kalem dari yang satunya.

"Saya ada urusan di dalam!" ucapnya santai.

"Urusan apa?" tanya seorang penjaga yang lain.

"Apakah saya harus memberitahu segalanya kepada anda?" ucap laki-laki tadi sembari menatap kedua laki-laki kekar itu tanpa rasa takut sekalipun. Tatapannya ternampak sangat risau, marah, tak sabar dan lainnya. Semua bergabung jadi satu. Mendengar pembahasan dari rekannya di telepon tadi.

"Tidak! siapa nama kamu?" tanyanya dengan tatapan mengerikan.

"Septana Dwi Alfaro." ucapnya lantang, kemudian dengan segera kedua laki-laki itu langsung membukakan jalan kepada Septa. Septa takut jika ada sesuatu apapun terjadi para Anastasia, mengingat kondisi Anastasia yang telah di ceritakan oleh Doni.

Septa masuk ke dalam, suara bising mulai terdengar jelas di telingannya. Namun tanpa ragu dan gontai sekalipun Septa langsung menempuh perjalanan menuju ke tempat yang telah di tunjukan oleh Doni tadi. Ia kemudian menyusuri lautan manusia itu sambil sesekali terhadang, terhalang dan tersenggol orang-orang yang sedang asik berjoget ria itu.

~~~

Dalam ketakutan Zahra masih dengan isakan tangis membayangkan hal yang akan terjadi selanjutnya. Dirinya di bawa ke sebuah ruangan gelap gulita, pikirannya tengah melayang tak tentu arah.

Ummi...

Dalam hati dirinya bergidik ngeri ketika Dito melemparkan dirinya secara kasar untuk masuk ke dalam ruangan itu disusul oleh Angga dan Rizal. Zahra tersungkur ke lantai, disaksikan oleh Angga yang merasa tak berdaya kala itu.

Rizal terlihat sangat bahagia melihat kondisi ini. Dirinya kemudian menyalakan lampu ruangan itu dan melihat jelas wajah cantik nan rupawan dari Zahra. Tampak jelas ketakutan yang melanda gadis malang itu.

"A-aku mau pulang!" ucap Zahra tak kuasa lagi menahan tangis yang akhirnya pecah.

"Iki mai piling, BACOT!" teriak Rizal di ikuti suara tertawa dari Dito. Angga hanya bisa menyaksikan dan mendengar ejekan dari Rizal itu. Ingin sekali dia meninju wajahnya dan membantingnya hingga keluar jendela ketika dirinya berani mengejek Zahra di hadapannya.

Namun, apalah daya Angga? dirinya tidak ingin semua rencananya rusak karena emosinya sendiri. Semua di pendamnya saat ini.

Zahra tetap menangis di samping ranjang. Ternyata ruangan itu adalah sebuah kamar dengan seprai putih nan halus. Zahra takut, dirinya berada di sebuah kamar dengan tiga orang laki-laki?

Ya tuhan... Zahra berdo'a sebanyak mungkin agar tidak terjadi apa-apa kala itu.

Rizal kemudian berjalan ke arah Zahra yang masih terduduk di atas lantai sambil menangis tadi. Zahra menatap risih ke arah Rizal yang kian lama semakin mendekati dirinya. Disaksikan oleh Angga dan Dito, dengan sangat kasar Rizal kemudian menarik kerudung Zahra dan menarik lengannya hingga terbangun. Dengan sepenuh tenaga ia membanting tubuh mungil Zahra ke atas ranjang.

Grief for Zahra's life (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang