Zahra [ Bab 91 ]

108 4 2
                                    

Selamat Membaca....

Septa dan Doni masih terhanyut dalam lamunannya sendiri. Tak ada yang mau mereka pikirkan lagi selain nasib teman-temannya yang tengah hancur berantakan. Tak ada yang mengerti maksud semesta mengambil sebuah drama macam ini. Kacau adalah masalah utamanya, mereka tidak tau apa yang tengah terjadi dan yang sebenarnya terjadi. Dalam benaknya Septa merangkai peristiwa demi peristiwa yang sebelumnya terjadi sehingga terjadi sebuah bentrokan dalam pikirannya.

"Jadi, sebenernya yang hamil itu siapa sih?" Tanyanya membuat Doni melirik ke arahnya.

"Anastasia." Ucap Doni tanpa rasa bersalah. Sontak saja ucapannya itu memancing keinginantahuan Septa.

"Gue masih nggak ngerti, kenapa alat itu bisa ketuker? Seceroboh itukah mereka berdua?" Tanyanya lagi masih dalam pikirannya sendiri.

"Kalau itu gue nggak tau, yang gue tau, Anastasia hamil anak gue." Ucapan Doni tak terkontrol, kata kata itu keluar dari mulutnya sendiri tanpa ia mampu mengendalikannya, pikirannya kalut dan tak mampu ia mengendalikan bibirnya saat berkata. Sontak saja jawaban Doni membuat Septa terkejut bukan main. Dengan sigap ia memandang lawan bicaranya yang masih larut dalam pikirannya itu. Dibangunkan Doni dengan kasar oleh Septa hingga membuat ia terkejut.

"Maksud lo apa?!" Ucap Septa dengan emosinya menarik kerah baju Doni. Doni terkejut, ia tidak menyadari apa yang ia ucapkan tadi, mengapa Septa terlihat begitu marah terhadapnya.

"Apaan sih?!" Seru Doni melepaskan tangan Septa dari kerahnya.

"Anastasia hamil anak Lo, maksudnya apaan tadi?" Tanya Septa masih dengan nada tingginya. Hal ini membuat Doni terkejut, sebenarnya apa yang ia katakan tadi? Mengapa Septa tau tentang anak di dalam kandungan Anastasia? Apakah ia membongkar rahasianya sendiri?

"G-gue nggak tau maksud lo apaan! Lagian lo aneh aneh aja! Nanya pertanyaan itu ke gue, ya mana gue tau itu bayi siapa!" Balas Doni gugup, dirinya tak mampu berkata apa apa lagi selain mencari alasan untuk menyembunyikan kebenaran.

"LO SENDIRI YANG NGOMONG TADI KALO BAYI DALAM KANDUNGAN ANASTASIA ITU BAYI LO!" Teriak Septa penuh emosi sembari mencengangkan kuat kerah Doni, dirinya tidak bisa lagi menahan emosi saat mengingat kata kata Doni tadi.

"IYAA! BAYI ITU PUNYA GUE! PUAS LO SEKARANG?!" Teriak Doni karena kesal sembari menatap tajam ke arah Septa. Septa terkejut mendengar semuanya, tubuhnya bergetar, kakinya tak mampu menapak lagi, Septa terjatuh. Pikirannya yang kalut kini bertambah kacau. Doni bisu, matanya tak memandang ke arah Septa melainkan tetap menatap tajam ke depan.

"G-gue nggak paham. Please, cerita sekarang." Pinta Septa terbata, tatapannya kosong dan tubuhnya tak mampu digerakkan.

Doni duduk di kursi dengan wajah cemasnya, ditatapnya Septa dengan penuh perhatian dan rasa bersalah.

"Lo inget malem itu gue nelpon lo buat jemput Anastasia di diskotik?" Ucap Doni membuat Septa mengingat kembali kejadian yang dimaksud. Dengan segenap tenaganya, Septa mengangguk mengingat semuanya.

"Malem itu, ternyata Anastasia lagi tengkar sama sepupunya, dia pergi ke diskotik itu buat nenangin diri, kebetulan gue juga lagi ada di tempat itu, gue ngeliat Anastasia di sana. Dia minum alkohol banyak banget. Karena gue takut dia kenapa kenapa, jadi gue bawa dia ke tempat yang aman. Tepat di belakang diskotik ada ruangan rahasia yang cuma orang orang tertentu aja yang tau." Ucap Doni menjelaskan dengan penuh hati hati mulai duduk di samping Septa dengan tujuan untuk menyelesaikan drama ini secara baik baik. Dirinya lelah bersembunyi di balik wajah cueknya padahal tau segalanya.

Septa menatap Doni lemas, "Waktu itu, gue nggak ada niatan sama sekali buat ngelakuin itu ke Anastasia. Sumpah, gue berani mati kalo gue bohong ke elo sekarang!" Ucap Doni mencoba untuk meyakinkan Septa. Septa menatapnya dengan tatapan kosong, "lalu?" Balas Septa ingin tau kelanjutan ceritanya.

"Gue nelpon lo, karena gue pikir, gak baik kalo gue yang bawa Anastasia pulang, diakan punya lo, jadi gue putusin buat keluar ruangan, karena gue takut Lo salah paham sama gue, tapi Anastasia yang mabok, nggak sadar narik gue, dan maksa gue buat ngelakuin hal itu ke dia." Lanjut Doni lagi dengan perasaan bimbang, ia tidak mungkin menceritakan segalanya, tapi jika ia menutupi sedikit maka semuanya akan semakin runyam.

"Lo tau, lo cowo juga kan? Manusiawilah kalo gue tergoda malam itu, akal gue ilang, dan gue nurutin kemauan Anastasia." Ucapan Doni tercekat, ditatapnya wajah Septa dalam dalam. Sahabatnya itu, kini masih dengan tatapan kosongnya.

"Setelah itu, gue sengaja nunggu lo, tapi lo nggak dateng dateng.Sedangkan gue takut kondisi Anastasia tambah nggak membaik. Jadi, gue bawa Anastasia pulang." Ucapan Doni terhenti kala melihat tatapan Septa yang tiba tiba menatapnya sinis.

"Maksud lo apa gue nggak dateng?" Tanya Septa kebingungan.

"Iya, gue nunggu lo lama banget waktu itu, tapi lo nggak dateng dateng, jadi gue..."

"Gue dateng malem itu, tapi gue nggak ketemu Anastasia ada di sana! Gue malah ketemu Angga sama..."

"Sama siapa?" Tanya Doni memotong ucapan Septa. Sementara Septa masih tercekat dengan kalimatnya, diingatnya kembali kejadian malam itu.

"Sama Zahra, ya sama Zahra. Mereka ada di dalam sebuah kamar. Waktu itu, Zahra nangis, jelas-jelas gue liat Angga nampar Zahra. Jadi, tanpa pikir panjang, gue masuk ke sana buat nolong Zahra." Ucap Septa menjelaskan apa yang ia alami pada malam kejadian itu.

"Gue yakin, Angga ada sangkut pautnya sama kejadian ini. Kita harus cari tau titik terang dari kejadian ini!" Ucap Doni meyakinkan Septa. Ditatapnya lawan bicaranya itu lalu dibangkitkan lah ia.

"Kita harus cari tau semuanya, biar semuanya jelas, nggak ngegantung kaya begini." Balas Septa, yang mulai memiliki sepucuk harapan tentang teka teki ini.

"Tunggu tunggu, jadi yang nganterin Zahra ke rumah Anastasia itu elo kan?" Tanya Doni tidak mengerti.

"Bukan." Balas Septa singkat lalu bangun dari posisinya.

"Lalu?" Tanya Doni semakin bingung.

"Waktu itu ada cewe yang bilang kalo Zahra itu lagi nginep di rumahnya Anastasia. Dia bilang kalo dia yg bakal nganterin dia pulang, nggak baik cewe berhijab pulang dari diskotik sama cowo asing, gue pikir pikir bener juga. Jadi, cewe itu yang nganterin Zahra ke rumah Anastasia." Jelas Septa membuat Doni semakin bingung.

"Lalu lo percaya gitu aja?" Tanya Doni ingin tau kelanjutan cerita Septa.

"Ya enggaklah, gue nggak bego anj. Gue minta bukti, dia bilang kalo dia sepupu Anastasia, dia juga nunjukin poto bareng Anastasia, sebagai penjamin, dia nyuruh gue buat ngikutin dia sampe Zahra bener bener nyampe ke rumah Anastasia. Dan gue ikutin sampe gerbang aja, gue yakin cewe itu bener bener sepupu Anastasia. Buktinya, Zahra nggak kenapa kenapa waktu itu." Ucap Septa panjang lebar untuk menjelaskan peristiwa yang ia ingat saat itu.

"Okei, sekarang kita harus minta kejelasan Angga, karena dia adalah pihak yang paling berperan dalam drama ini." Ucap Doni mulai bangkit lalu berjalan beriringan dengan Septa. Mata keduanya menyodorkan pandangan ingin mengetahui segalanya lebih lanjut. Keduanya ingin tau kisah yang sebenarnya dari teka teki ini. Salah satu harapan mereka adalah Angga.












________~°-°~________

Jangan lupa vote dan komentar jika ada kritikan dan saran bisa langsung ketikkan di kolom komentar atau bisa langsung kirimkan pesan pribadi
TERIMAKASIH

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 11, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Grief for Zahra's life (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang