Selamat Membaca....
"Bi...!" ucap ummi sedikit berteriak mengejutkan abi yang hampir terlelap.
"Ada apa ummi?" ucap abi sembari bangun dari posisi tidurnya tadi. "Ummi... kok gak tenang ya?" ucap ummi lalu kemudian mengambil posisi duduk di sebelah ranjang.
"Ummi gak baca do'a mau tidur ya?" tebak abi sambil turun dari tempat tidurnya lalu mengambil segelas air putih lalu memberinya kepada ummi yang terlihat gugup.
"Hehe... i-iya bi, tapi..."
"Makanya ummi, kan abi sudah bilang. Sebelum tidur harus baca do'a dulu. Masa mau di ingetin terus. Kaya anak kecil aja!" tutur abi sambil mengelus kepala ummi dan dengan sabar abi kemudian membantu ummi untuk meminum air itu agar kecemasannya sedikit mereda.
Maklum jika ummi sangat khawatir dengan Zahra, kekuatan batin seorang ibu dengan anaknya lebih kuat dari apapun. Mungkin bisa jadi jika ummi tengah merasakan firasat buruk. Namun dirinya tidak berani mengatakannya kepada abi.
"Sekarang ummi tidur lagi ya. Jangan lupa baca do'a!" ucap abi kemudian langsung membantu menidurkan ummi di posisi awal.
Ummi menurut kemudian dia memejamkan matanya. Walau ummi memejamkan matanya, tapi hatinya benar-benar gelisah malam itu. Ummi berusaha menetralisir semua kegelisahan itu dengan memperbanyak istighfar. Abi kemudia tersenyum lalu mengambil posisi untuk merebahkan badannya di ranjang empuk itu.
Mereka berdua pun tertidur, walau ummi masih dengan hati yang was-was.
#Anastasia POV
"Tambah lagi!" dengus Anastasia dengan mata yang hampir terpejam. Dirinya kini benar-benar kehilangan akal. Kondisinya setengah sadar, kepalanya pening, matanya sedikit kabur. Seorang di sebelahnya hanya bisa tertawa melihat kondisi Anastasia yang sangat memprihatinkan itu.
Anastasia terus meminum minuman haram itu. Sebegitu depresikah dirinya? seseorang di sebelahnya kemudian pergi begitu saja karena tidak ingin terjadi apa-apa dengan Anastasia yang kelihatannya telah mabuk berat.
Masalah yang di pikulnya membuat otaknya sedikit bergeser. Ia tidak bisa berpikir jernih saat ini. Yang ada di otaknya hanya bagaimana cara dirinya bisa merasakan kebahagiaan. Mungkin dengan cara seperti itu dirinya akan menemukan ketenangan sesaat.
Anastasia ingin terbang... dilihatnya gemintang yang tengah berkelip. Ingin dirinya mencapai bintang indah itu. Namun tangannya tak sampai. Ia hanya bisa menatap kagum ke arah bintang itu, lalu tertawa terbahak-bahak.
"Haha... mama... papa... nanti Anastasia bawain satu bintang buat mama, satu bintang untuk papa..." setelah mengigau dirinya lantas menangis dibarengi dengan senyum sinis. Pikiran dan emosinya tidak terkendali. Dirinya benar-benar hancur kala itu.
"Nas! Anastasia, elu kok ada di sini sih? Ya Ampun lu mabok?" ucap seorang laki-laki dengan suara yang begitu khawatir. Anastasia kemudian menengok ke asal suara lalu tertawa lagi dengan sangat keras.
"Halo sayang!" ucap Anastasia sembari melambaikan tanganya ke arah laki-laki tadi. Tangan sebelah kiri masih sibuk memegang botol minuman keras. Laki-laki itu adalah Doni. Doni berada di tempat ini karena memang tengah ada janji dengan Dini. Dirinya yang melihat Anastasia berada di tempat ini kemudian langsung bergegas menemuinya.
Dengan sigap kemudian Doni melepaskan botol di tangan Anastasia. Anastasia mengerang marah kepada Doni. Namun hal itu tidak dihiraukan oleh Doni. Ia sangat khawatir dengan kondisi Anastasia yang tengah mabuk berat itu.
"Eh, jangan di ambil emm... kalo di ambil bintangnya ilang lagi! papa mama juga bakal ilang, sayang!" rengek Anastasia sambil mengerutkan dahinya yang merasakan pusing di kepala bagian belakangnya.
"Dah. Ayo ikut gue!" ucap Doni sembari menarik perlahan tangan Anastasia yang sudah lemas kehilangan fungsinya.
"Ehmm... kemana sayang?" tanya Anastasia dengan rengekan yang menggelikan telinga Doni. Ia tidak memperdulikan rengekan itu lalu dengan sigap dirinya memegang lengan Anastasia dan membantunya berdiri.
Doni kemudian membawa Anastasia secara paksa. Anastasia yang kala itu dalam kondisi mabuk berat, ia hanya bisa menurut saja karena tak kuasa jika harus melawan. Dengan mata yang masih sedikit di sipitkan menahan rasa nyeri di kepalanya, Anastasia berdiri mengikuti Doni.
Doni membawa Anastasia ke sebuah lorong yang kondisinya begitu sepi. Disana ia harus membantu Anastasia yang kadang-kadang terjatuh karena tak kuasa menahan sakit di kepalanya.
Di lorong itu mereka hanya berjalan beberapa meter saja. Setelah itu terlihat sebuah lorong yang tersusun oleh beberapa pintu kamar. Ada banyak kamar di sana, kemudian Doni memasuki sebuah kamar yang bertuliskan angka 365. Ia masuk bersama Anastasia yang masih berjalan sempoyongan.
Doni kemudian membaringkan Anastasia di atas ranjang ber seprai putih bersih itu. Anastasia tertidur dengan kondisi yang masih lemas. Doni yang melihat Anastasia hanya bisa kasihan dengan temannya itu. Ia lantas menelpon sahabatnya Septa.
"Sep!" ujar Doni ketika sambungan ponselnya terhubung dengan Septa.
"Iya apa?" ucap Septa dingin.
"Sekarang juga elu ke Club Brillian!" tegasnya kepada Septa.
"Ngapain?" tanyanya singkat.
"Anastasia ada di sini, dia mabok berat. Gue gak bisa bawa dia sendirian. Kayanya dia lagi depresi deh!" jelas Doni sembari melihat ke arah Anastasia kemudian berbalik arah membelakanginya.
"Ya tuhan! Gue otw nih ya, jangan lupa sharelock." Ucap Septa yang terdengar sangat cemas dalam sambungan itu. Kemudian Septa mematikan sambungan teleponnya dan langsung berangkat ke tempat yang di maksud Doni tadi.
Setelah sambungan itu terputus, Doni lantas berbalik arah ingin melihat kondisi Anastasia. Namun, betapa terkejutnya ia tatkala melihat Anastasia yang sudah berada di belakangnya. Mata Anastasia masih dalam keadaan setengah terpejam, sudut bibirnya menyeringai nakal ke arah Doni. Anastasia mengira jika Doni adalah Septa.
Ia lantas memeluk Doni dengan sangat erat sambil mengigaukan nama Septa. "Sayang, gue mau anu..."
"Nas, ayo tidur. Bentar lagi Septa dateng!" ucap Doni dengan sabar melepaskan rangkulan Anastasia. Ia membawa Anastasia menuju ke ranjang. Anastasia mengigau dan merengek layaknya anak kecil yang menginginkan permen.
"Iya... tidur sama kamu ya?!" ucapnya mengigau lagi. Doni memaklumi hal itu karena kondisi Anastasia yang memang tidak sepenuhnya sadar. Doni terdiam dan membaringkan Anastasia di ranjangnya.
Anastasia menurut. Karena merasa tugasnya telah selesai hanya tinggal menunggu Septa datang, lebih baik jika dirinya menunggu di luar agar tidak terjadi kesalahpahaman jika Septa datang sebentar lagi.
Namun belum sempat dirinya beranjak dari tempat duduknya Anastasia kemudian memegang lengan Septa dan dengan kuat dirinya langsung membanting tubuh Doni hingga terjatuh di atas tubuhnya.
Doni terkejut bukan main, ia berusaha untuk bangun namun Anastasia keburu memeluk tubuhnya erat-erat. Doni mencoba untuk melepaskan diri namun Anastasia kemudian merampas rambut Doni menariknya keras hingga kedua bibir mereka bertemu.
Doni melepaskannya kasar, Anastasia sudah kelewatan namun Doni tidak bisa marah. Ia kemudian bergegas akan meninggalkan tempat itu. Namun Anastasia memegang tangannya sambil mengigau. "Sekaliiiii aja... boleh?" ucapnya sambil memejamkan mata.
Doni kemudian menatap wajah cantik Anastasia. Begitu indah wajah Anastasia, bibir tipisnya, pipi merah meronanya, benar-benar membuat Doni tergoda. Entah apa yang ia pikirkan saat itu. Namun dirinya tidak bisa berpikir sehat ketika melihat wajah cantik itu. Doni menuruti kemauan Anastasia.
Doni pun terlarut dalam suasana dan perasaan khilafnya. Ia kemudian melakukan hal itu kepada Anastasia.
_______________~°-°~_______________
Loh... loh... kok jadi gini ceritanya? ya mon maap kalo kurang bagus ya, jangan lupa vote dan komentar, jika ada kritikan dan saran bisa langsung ketikan di kolom komentar atau bisa langsung kirim pesan pribadi ya....
TERIMAKASIH
KAMU SEDANG MEMBACA
Grief for Zahra's life (On Going)
Novela JuvenilSeorang gadis SMA alumni pondok pesantren yang dikenal sangat cantik dengan mata indahnya dan suara lembutnya yang selalu terdengar merdu, dibaluti hijab syar'i yang menjadi ciri khasnya tersendiri. Tanpa sengaja mencintai seorang guru yang telah be...