Zahra [ Bab 63 ]

86 4 0
                                    

Selamat Membaca....




Zahra dan Riana tengah sibuk di dapur untuk menyiapkan sarapan. Hari ini Riana membuat makanan kesukaan pak Arya yakni nasi goreng. Tidak disangka-sangka oleh Zahra jika guru itu juga menyukai nasi goreng. Zahra juga sangat menyukai nasi goreng, apalagi jika yang membuatnya adalah ummi.

Seketika Zahra berhenti dari aktivitasnya, hatinya benar-benar merindukan orangtuanya. Padahal baru kemarin acara pelepasan Zahra oleh ummi dan abinya, hari ini Zahra sudah rindu saja.

Air mata sedikit demi sedikit mengalir di pipi merona Zahra. Ia sangat merindukan pelukan serta sambutan hangat pagi hari dari ummi dan juga senyuman manis dari Abi.

Riana yang sedari tadi mengomel tidak jelas lantas terkejut melihat ke arah Zahra yang tengah menangis.

"Loh, Zahra?" tanya Riana dengan segera menuju ke arah Zahra. Zahra menggeleng kuat, ia kemudian menghapus air matanya dengan kedua tangannya dibantu oleh Riana.

Riana mengerti jika Zahra sangat merindukan orangtuanya. Ia sangat prihatin dengan Zahra saat itu.

"Mbak tau, pasti kamu rindu dengan orangtua kamu?!" tebak Riana sambil menghaluskan bumbu-bumbu nasi goreng.

"Dulu, mbak waktu pertama kali menikah dengan mas Arya pun juga merasakan itu. Setiap malam mbak nangis minta pulang ke rumah orang tua mbak." ucap Riana masih sibuk dengan pekerjaannya.

"Tapi setelah mbak tau sifat asli mas Arya, mbak malah sampai lupa dengan orangtua mbak." ucap Riana sambil tertawa nakal. Zahra tak menanggapinya serius, ia masih sibuk dengan pikirannya sendiri.

"Mbak itu sebenarnya dijodohkan sama mas Arya, kamu tau, mbak dulu benci banget sama mas Arya, tapi mbak nggak pernah ngeluh. Sampai akhirnya mbak bisa deket sama mas Arya dan ya gini deh jadinya." sambung Riana lagi membuat Zahra terkejut.

"Mbak Riana benci sama pak Arya kenapa?" tanya Zahra. Zahra tidak menyangka jika Riana dulu pernah membenci guru itu. Berbeda dengan dirinya yang saat pertama kali bertemu dengan pak Arya dirinya malah jatuh cinta.

"Iya, dulu mbak ingin sekali menikahi salah seorang teman mbak. Mbak tungguin orangnya tapi dia nggak kunjung ngelamar mbak, disaat yang bersamaan mas Arya dateng buat ngelamar mbak. Dan tanpa pikir panjang mak abah langsung nerima lamaran itu. Seketika mbak benci banget sama mas Arya." ucap Riana menyambung ceritanya.

"Mbak ngerasa, mas Arya sudah membakar harapan mbak buat bisa hidup bareng sama teman mbak itu. Tapi..." kata-kata Riana terputus.

"Tapi apa mbak?" tanya Zahra yang mulai penasaran dengan cerita Riana.

"Tapi, setelah mbak tau kalau mas Arya itu baik dan pandai dalam beragama. Mbak ngerasa beruntung banget punya suami seperti itu. Malah temen yang mbak harap sekarang malah jadi pemabuk dan penjudi." ucap Riana sedih.

"Kok bisa mbak?" tanya Zahra singkat.

"Yah. Mungkin ini adalah cara tuhan membuat mbak jauh dari orang sedemikian. Makanya mbak sayang sekali dengan mas Arya, mbak ngerasa bahwa mas Arya adalah anugerah paling besar dari Allah yang dikasih buat mbak." ucap Riana tersenyum tipis.

"Hmm, gitu ya mbak." balas Zahra singkat.

"Iya, mbak sayang banget sama mas Arya. Mbak nggak pernah mau sampai mas Arya pergi dari kehidupan mbak." ucap Riana.

Jantung Zahra berdegup kencang, mengapa? Mengapa dirinya begitu kejam memisahkan dua insan yang saling mencintai. Menghancurkan dan merobohkan bahtera rumah tangga yang amat damai.

Tidak! Zahra mencintai pak Arya, tidak ada yang salah dalam hal mencintai. Ia menginginkan pak Arya dan itu yang harusnya terjadi. Pikir Zahra.

"Mbak, mending sekarang kita lanjutin masaknya. Takutnya pak Arya kesiangan lagi berangkat ke sekolah." ucap Zahra sembari mengambil bumbu yang telah dihaluskan oleh Riana tadi.

Riana mengangguk sambil tersenyum kepada Zahra. Gadis ini masih cukup polos tentang kehidupan rumah tangga, Riana berjanji jika dirinya akan selalu menjaga dan melindungi Zahra selama ia berada di rumah ini.

Riana hanya memperhatikan Zahra yang tengah menggoreng nasi. Ia membiarkan Zahra yang melakukannya agar pak Arya terkesan dengan masakan istri keduanya itu. Ia tidak mau jika pak Arya hanya mencintainya saja, Zahra juga harus mendapatkan perlakuan yang adil dari pak Arya.

Memang berat jika dibayangkan. Baik dari pihak Riana maupun dari pihak pak Arya. Keduanya telah lama menjalin hubungan erat. Tidak mudah untuk orang baru masuk ke dalam kehidupan mereka berdua.

"Assalamu'alaikum." ucap seseorang mengejutkan Riana yang sedang termenung di alam bawah sadarnya dan juga Zahra yang tengah menggoreng nasi.

"Wa'alaikumus salam." jawab Zahra sambil tersenyum. Jantungnya berdegup kencang sekali tatkala melihat sosok yang tengah berada di samping Riana. Sosok itu adalah pak Arya.

Riana terkejut bukan main melihat suaminya tengah berada di sampingnya sambil tersenyum menggoda dirinya.

"Tidak jawab salam itu tanda orang paling pelit." ucap pak Arya membuat Riana tersenyum tipis.

"Wa'alaikumus salam wa rahmatullahi wabarakatuh." ucap Riana sambil tertawa.

"Apa kabar istriku yang cantik?" tanya pak Arya sembari mencubit hidung mancung Riana.

"Mas kamu apa-apaan sih? kamu nggak liat ada yang lebih cantik dari pada aku?" tanya Riana mencoba untuk menggoda pak Arya. Zahra tersipu malu tatkala mengucapkan kalimat itu.

Pak Arya melihat ke arah Zahra sebentar lalu memalingkan wajahnya lagi. Zahra terkejut, mengapa pak Arya memalingkan wajahnya seperti itu?

"Apa kamu tau? tidak ada yang lebih cantik dari istriku ini." ucap pak Arya menarik dagu Riana

"Mas, mulai sekarang kamu tidak perlu memanggil aku istrimu. Karena sekarang kamu sudah punya dua orang istri. Jadi kamu harus manggil aku Riana aja, nah kalau sama Zahra baru kamu boleh panggil dia istrimu." ucap Riana tersenyum.

Zahra terkejut mendengar ucapan Riana. Sungguh besar sekali hati perempuan satu ini. Mengapa ia bisa begitu ikhlas dengan semua ini, Zahra tidak bisa membayangkan jika dirinya yang harus berada di posisi Riana.

"Aku tidak akan pernah mau menggantikan kamu. Walau nyawaku jadi taruhannya." ucap pak Arya lalu menatap Zahra sinis. Zahra langsung menundukkan pandangannya. Tak kuasa matanya harus bertatapan langsung dengan pak Arya.

Air matanya sudah tak bisa terbendung lagi mendengar ucapan pak Arya. Hatinya begitu sakit sekali dengan tatapan kebencian itu. Pak Arya mengemas ucapannya dalam bentuk yang sebaik-baiknya hingga Riana tidak mengetahui bahwa ucapan itu bukan cinta tapi tusukan tajam ke dalam hati Zahra.

Entah mengapa pak Arya menatapnya dengan begitu penuh kebencian. Mengapa Riana tidak menyadari hal itu. Apa yang harus ia lakukan. Perasaan canggung mulai menghantui kalbu Zahra. Sampai kapan pak Arya akan membencinya, dan ia ia berharap semoga itu tidak akan lama.

Zahra sangat mencintai guru itu, ia tidak ingin ada kebencian dalam diri pak Arya kepada dirinya. Ia berjanji akan melakukan apa saja agar pak Arya senang dan bahagia.

















___________~°-°~___________

Jangan beri lupa vote dan komentar, jika ada kritikan dan saran bisa langsung ketikkan di kolom komentar atau bisa langsung kirimkan pesan pribadi
TERIMAKASIH

Grief for Zahra's life (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang