Selamat Membaca....
Anastasia berjalan dengan langkah gontai. Kejadian hari ini benar-benar membuatnya kehilangan akal. Ia merasa tubuhnya mengambang di udara. Tak ada udara yang mampu ia hirup hari ini.
Wajahnya kusut menampakkan kesedihan. Anastasia sangat terluka atas kejadian hari ini. Air matanya tidak ia biarkan terjun begitu saja. Pandangan kosong dan langkah yang tertatih menampakkan kesedihannya hari ini.
Mama yang melihat Anastasia pulang namun tidak menyapanya langsung merasa heran melihat tingkah putrinya tersebut yang lain dari biasanya.
Anastasia yang biasa ceria ketika pulang sekolah dan selalu menyapa lalu mencium kening Mama, hari ini tampak berbeda.
"Tasya?" Panggil Mama yang menyadari putrinya itu tengah bersedih.
Anastasia tak menjawab dan terus melanjutkan langkahnya. Mama tidak memanggilnya lagi, ia hanya memandangi putrinya itu yang segera menaiki tangga rumah mewahnya tersebut.
Mama tau jika Anastasia sedang bersedih. Mungkin ia masih memerlukan waktu untuk sendiri terlebih dahulu. Sebab itulah, Mama tidak mengganggunya lagi.
Anastasia terus berjalan dan menuju ke kamarnya. Sesampainya di depan pintu kamar, Anastasia menutup kedua matanya dengan cara menyandarkan kepala di pintu kamar. Badannya terasa ringan sekali, lemas dan tidak ada gairah sama sekali. Bahkan untuk membuka pintu kamarnya sendiri pun Anastasia tidak mampu.
Cukup lama ia terdiam dengan posisinya itu sebelum akhirnya ia membuka pintu kamar dengan sekuat tenaga.
Pintu kamar terbuka dan Anastasia pun memasukinya dengan cepat. Pikirannya benar-benar kacau, kecewa dicampur sedih. Ia melihat sekeliling kamar dan melihat ada banyak barang yang membuat hatinya menjadi semakin kesal.
"Aaaaaa... aaaaa... aaaaa."
Anastasia berlari dan membuang semua barang-barang itu ke lantai. Ia melampiaskan kemarahan, kekesalan, serta sakit hatinya hari ini kepada barang-barang yang ada di kamarnya sendiri.
Mama yang mendengar teriakan itu hanya mampu termenung dan melamun. Ia tidak bisa berbuat banyak jika putrinya sedang marah. Ia tidak bisa membuatnya diam karena itu yang akan membuat masalahnya semakin besar.
Anastasia mengamuk seperti orang tengah kesurupan. Ia tidak mampu mengontrol emosinya, ia membuang barang-barangnya begitu saja. Teriakan kekesalannya pun masih menjadi lagu yang terus Mamanya dengarkan.
Anastasia benar-benar marah dan tidak terima jika harus putus dengan Septa. Ditambah lagi ucapan dan tingkah Cherryl kepada Septa itu semua sangat membuat Anastasia kesal hari ini.
Setelah tidak ada lagi barang yang bisa ia lemparkan ke sana ke mari. Anastasia mulai menyakiti dirinya sendiri dengan cara memukul kepalanya sendiri. Ia terus memukul dan memukul bagian kepalanya secara berulang.
Cukup lama hal itu terjadi sebelum akhirnya ia lemas. Ia menjatuhkan dirinya sendiri ke kasurnya yang empuk. Posisi Anastasia tengkurap tepat sekali di atas kepalanya ada sebuah guling menahan kepalanya.
Anastasia benar-benar lemas, tubuhnya ringan sekali. Ia seperti tidak memiliki celah-celah kehidupan lagi. Dan hasil akhirnya ia pun menangis sesenggukan.
Begitu hancurkah Anastasia jika harus putus dari Septa?
"Gue sayang sama lo, Sep. Tapi kenapa lo malah mutusin gue?" Ucapnya pelan hampir tidak terdengar karena isak tangisnya mulai pecah.
"Kalo lo mau nyakitin gue, yaudah lo lakuin. Asal lo jangan pergi. Gue nggak bisa tanpa elo." Sambungnya masih dengan deraian air mata.
"Cuma elo yang selalu ada buat gue di saat gue butuh. Dan sekarang elo sendiri hilang dari gue. Gue bisa apa, Sep?" Ucapnya berargumen dengan dirinya sendiri.
"Gue maunya elo! Tapi kenapa lo ngira gue suka sama yang lain?" Ucapnya sambil menjambak rambutnya sendiri.
"Gue kecewa sama elo, Sep. Kalo gue tau akhirnya pasti kaya gini, seharusnya gue nggak pernah nerima elo dulu!" Ucap Anastasia masih dalam kondisi menangis.
"Kenapa lo harus hadir dalam kehidupan gue, lalu lo ngasih gue harapan sementara di akhir lo sendiri yang ngerampas harapan itu dari gue?" Tanyanya sedikit berteriak karena kesal.
"Gue hancur tanpa lo, Sep. Gue hancur!" Serunya mengecilkan suaranya lagi karena memang saat itu ia cukup lemas dan tidak mampu mengeluarkan kata-kata lagi.
Isak tangisnya semakin menjadi, bagian wajah Anastasia dibiarkannya menghadap ke gulingnya. Walau Anastasia tau dalam posisi seperti itu, ia akan kesulitan bernafas. Namun, ia tidak peduli. Hatinya sangat sakit dengan kejadian tadi.
Mama melihat kesedihan Anastasia di balik pintu yang sedikit terbuka. Hatinya sakit melihat putrinya harus menderita, walau ia tidak tau apa yang sebenarnya membuat Anastasia sedih.
Mama ingin mendekati gadis itu, namun dihentikannya niat tersebut. Mama berpikir biarlah Anastasia mengatasi masalahnya sendiri dengan caranya sendiri. Anastasia bukan lagi gadis kecil nan mungil yang masih membutuhkan pembelaan dari Mama.
Mama hanya khawatir jika dirinya tidak ada di samping Anastasia suatu saat nanti ketika putrinya ada masalah. Ia tidak bisa berjanji untuk selalu bisa berada di sebelah Anastasia dan memberinya support. Anastasia harus mengatasi masalahnya sendiri dan itu sudah menjadi konsekuensi seorang gadis yang ditinggal pergi Ayahnya seperti Anastasia.
Mama turun tangga dan langsung pergi ke dapur. Ia menyibukkan dirinya dengan cara memasak, ia tidak ingin memperkeruh masalah dengan berlarut-larut memikirkan tentang Anastasia.
Mama mencuci sayuran yang ada di kulkas. Tanpa sadar air matanya menetes begitu saja. Ia tengah memikirkan tentang Anastasia, ia tidak ingin Anastasia menangis karena seorang laki-laki. Karena dirinya sendiri pun telah gagal menjaga rumah tangganya dengan ayah dari Anastasia.
Ia tidak ingin putri kesayangannya itu mengalami hal yang sama dengan dirinya yang gagal dalam rumah tangga.
Ia ingin Anastasia bahagia, tidak perlu dirinya memikirkan laki-laki terlebih dahulu. Tugas Anastasia hanyalah belajar dan belajar. Tidak ada waktu untuk memikirkan laki-laki.
Mama sangat trauma dengan kehidupan rumah tangganya. Ia tidak ingin Anastasia mengalami nasib yang sama dengan dirinya. Ia tidak ingin rumah tangga putrinya itu gagal seperti rumah tangganya.
Benar-benar sangat sesak jika diingat kembali. Bagaimana perlakuan kasar suaminya itu dan hal tersebut dilakukan di depan mata Anastasia sendiri. Mama merasa bersalah akan ketidakbahagiaan Anastasia sekarang.
Gadis yang seharusnya masih menjadi putri raja kini harus menelan derita karena kasih sayang telah terbelah dua. Setelah bercerai dengan Mama, Papa tidak pernah mampir ke rumah walaupun hanya untuk menjenguk anak-anak.
Entah, mungkin ia sedang sibuk dengan pekerjaannya atau sibuk dengan calon istri barunya. Yang pasti, Mama tidak ingin Anastasia merasa tidak bahagia hanya karena tidak mendapatkan kasih sayang dari Papanya.
Mama berjanji untuk selalu mendukung dan berada dalam setiap tangis dan derita Anastasia. Mama sayang Anastasia, ia tidak ingin melihat Anastasia menangis seperti tadi. Mama harus bisa mengubah pemikiran Anastasia untuk selalu tegar.
Kita Wanita, bukan berarti kita lemah tanpa seorang Pria. Kita harus tetap berdiri walaupun tidak ada yang melindungi kita. Mama yang akan menggantikan posisi Papamu.
Mama janji itu....
___________~°-°~___________
Jangan lupa vote dan komentar, jika ada kritikan dan saran bisa langsung ketikkan di kolom komentar atau bisa langsung kirimkan pesan pribadi
TERIMAKASIH
KAMU SEDANG MEMBACA
Grief for Zahra's life (On Going)
Teen FictionSeorang gadis SMA alumni pondok pesantren yang dikenal sangat cantik dengan mata indahnya dan suara lembutnya yang selalu terdengar merdu, dibaluti hijab syar'i yang menjadi ciri khasnya tersendiri. Tanpa sengaja mencintai seorang guru yang telah be...