Zahra [ Bab 9 ]

83 13 0
                                    

Selamat Membaca...



"Kamu mau beli apa?" tanya Anastasia pada Zahra yang sedari tadi melamun.

"Eh, anu itu e....!" ucap Zahra yang terkejut mendengar pertanyaan sahabatnya itu.

"Kamu kenapa? dari tadi aku perhatiin kayanya ngelamun aja!" ucap Anastasia.

"Gapapa kok, aku mau roti itu!" ucap Zahra mengalihkan pembicaraannya dan menunjuk tumpukan roti yang berjajar rapi disebuah keranjang berwarna hijau.

"Ini?" tanya Anastasia yang langsung mengambil roti yang ditunjuk oleh Zahra.

"iya!" ucap Zahra singkat, pikirannya masih terngiang terngiang wajah dan senyuman guru itu.

Astaughfirullah ... apa ini ... kenapa semuanya semakin menjadi jadi? Zahra sadar sadar ... ya ampun....

Setelah beberapa menit kemudian mereka berdua pun keluar dari kantin itu dan langsung bergegas menuju kelas karena bel akan segera berbunyi.

Sesampainya dikelas mereka dikejutkan dengan isi kelas. Seisi kelas memandangi dua gadis cantik itu dengan tatapan aneh, namun yang lebih mengejutkan bagi Zahra adalah seseorang yang berada didepan kelas itu, ya orang itu adalah pak Arya, mengapa pak Arya berada dikelas itu, bukannya sekarang tidak ada mata pelajaran matematika.

"Dari mana?" tanya guru itu mengejutkan Zahra dan Anastasia.

"Dari kamar mandi pak!" ucap Anastasia cepat, ia takut jika pak Arya sampai marah kepadanya dan Zahra maka dari itu ia pun terpaksa berbohong. Zahra memandangi Anastasia dengan tatapan aneh, mengapa Anastasia harus berbohong? itu yang tidak bisa dipikirkan oleh Zahra.

"Segera masuk!" ucap Pak Arya tegas.

"iya pak!" ucap Anastasia. Zahra hanya bisa terdiam kaku melihat guru itu ada dikelas itu, jantungnya berdegup kencang dan tak beraturan, nafasnya seakan akan mengajaknya untuk bermain, sungguh apakah ini? mengapa semuanya jadi seperti ini, dengan langkah yang tertatih Zahra mengikuti Anastasia menuju tempat duduknya.

"Hari ini bu dewi tidak ada, karena suaminya sedang dirawat dirumah sakit, maka dari itu saya yang akan menggantikannya mengajar sejarah indonesia" jelas pak Arya pada semua muridnya.

Semua murid dikelas itu terkejut mendengar pernyataan itu, mengapa harus pak Arya yang menggantikan bu dewi, mengapa bukan bu Ninin saja? semuanya terkejut kecuali Zahra, ia nampak senang mendengar pernyataan itu, didalam hatinya ia bersorak senang, tapi mengapa ia harus senang, apa yang dirasakannya saat ini.

Semua murid hanya bisa pasrah dengan kenyataan, selama suami dari bu dewi belum sembuh maka yang akan menggantikannya adalah pak Arya.

"Sekarang buka buku hal 45, perang diponegoro!" ucap Pak Arya pada muridnya. Semua langsung membuka hal yang diminta.

"Baca dan fahami, besok saya mau ada yang mempresentasikannya dalam bentuk cerita dan menyampaikan pemahamannya kepada teman temannya didepan kelas!" ucap pak Arya.

"Baik pak!" ucap seluruh siswa hampir bersamaan. Mereka pun membaca dan memahami isinya, pak Arya hanya memandangi satu persatu siswa dikelas itu, dan matanya pun berhenti dan tertuju pada Zahra.

Ia menghampiri Zahra yang sedang larut dalam bacaannya, ia tak menyadari jika pak Arya sedang menuju ke arahnya.

"Saya mau kamu yang mempresentasikannya besok!" ucap Pak Arya mengejutkan Zahra yang tengah fokus membaca. Zahra terkejut bukan main ketika melihat guru itu sangat dekat dengannya, sebelum ini ia hanya bisa melihat guru dari tempat duduknya, ia juga tidak pernah menyangka jika ia bisa berada sedekat ini dengan guru itu.

"Ta-tapi pak!"ucap Zahra gagap karena sedikit ada rasa takut dihatinya.

"Saya menunjukmu karena saya tau kamu bisa!" ucap guru itu lagi tanpa memandang ke arah lawan bicaranya.

"Ta ... saya ... saya ... anu ... itu pak anu itu!" ucap Zahra gugup.

"Saya mau bertemu kamu diruangan saya setelah jam sejarah selesai!" ucap pak Arya sinis. Zahra hanya bisa diam terpaku mendengar kata kata itu, rasanya ia ingin teriak sekeras kerasnya ketika ia diminta untuk datang ke ruangan guru itu, mengapa harus dia?apakah dia sudah berbuat salah?oh ya tuhan....

Guru itu kemudian berlalu meninggalkan Zahra yang masih tidak mengerti mengapa dirinya dipanggil keruangannya. Guru itu kemudian langsung keluar dari kelas itu dan menghilang dibalik pintu bewarna hijau itu.

Kringgggg ... kringggg....

Bel telah berbunyi tanda pergantian jam pelajaran telah dimulai, tanpa basa basi Zahra langsung beranjak dari tempat duduknya, tanpa melihat kearah Anastasia.

"Ra, lu mau kemana?" tanya Anastasia.

"Aku disuruh keruangan pak Arya." ucap Zahra, mata Anastasia langsung terbelalak mendengar pernyataan itu, sungguh Anastasia tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.

"Pak Arya?" tanya Anastasia dengan ekspresi yang masih terkejut.

"Iya, kenapa?" tanya Zahra yang melihat ekspresi itu sungguh aneh.

"Pak Arya nyuruh kamu pergi ke ruangannya?" tanya Anastasia lagi meyakinkan dirinya.

"Iya, emang kenapa?" tanya Zahra mulai merasa sedikit takut.

"Lu buat salah apa, ra?" tanya Anastasia.

"Gatau juga, tadi pak Arya cuman nyuruh aku buat presentasi besok, tapi aku nolak makanya dia nyuruh aku bua keruangannya!" jelas Zahra.

"Owh yauda sana gih, cepet, nanti dia marah lagi!" ucap Anastasia.

Zahra langsung pergi meninggalkan kelas, Angga melihat Zahra yang nampak tergesa gesa membuat jiwa ke-kepoan-nya meronta ronta.

"Don, Zahra kenapa?" tanya Angga kepada Doni teman sebangkunya. Doni langsung melihat kearah Zahra yang sudah menghilang dibalik pintu.

"Emang kenapa?" tanya Doni tak paham.

"Kayanya dia lagi ga tenang deh!" ucap Angga.

"Alah, gaya lu, sok tau, mungkin dia kebelet, makanya buru buru, ga tenang pala lu!" ucap Doni menjawabnya enteng.

"Setan lu!" ucap Angga membalas Doni karena kesal dengan pernyataan dari temannya itu. Angga menghadap ke belakang dan langsung bertanya pada Septa.

"Lu ngeliat ga tadi?" tanya Angga pada Septa.

"Liat apa?" tanya Septa yang masih fokus dengan ponselnya.

"Zahra, tadi kayanya tergesa gesa gitu!" ucap Angga.

"Gatau gue ga liat!" ucap Septa enteng.

"Tai lu pada!" ucap Angga yang langsung menjitak kepala Septa, dan pergi meninggalkan kedua temannya yang sedang sibuk dengan isi kepala masing masing.

Angga ingin sekali menanyakan pada Anastasia, tapi dia gengsi untuk menyapa Anastasia terlebih dahulu, pasalnya dulu Anastasia pernah menyukainya namun dia tak menghargai Anastasia sama sekali maka dari itu, Angga tidak pernah membuka pembicaraan terlebih dahulu pada Anastasia.

Akhirnya dia pun langsung nimbrung dengan teman temannya yang lain dibelakang kelas ini, untuk bermain game online.

Anastasia sibuk dengan ponselnya, ia masih bercanda ria dengan Septa, ya mereka memang tidak membuka hubungannya kepada publik, cukup mereka berdua dan orang orang tertentu saja yang mengetahui tentang hal itu.

Ketika didalam kelas dan guru masih belum datang Anastasia dan Septa langsung sibuk dengan ponselnya masing masing dan saling berbalas pesan singkat lewat layar ponselnya.

_________~°-°~__________

Jangan lupa vote dan komen ya
TERIMAKASIH

Grief for Zahra's life (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang