Selamat Membaca....
"Udah, mending lu ikutin semua apa kata gue, gausa banyak omong!" ucap Anastasia yang terlihat sangat geram mendengar semua ocehan dari Zahra, bukannya mengapa, tapi apa yang telah dikatakan oleh Anastasia kepada ummi, mengapa ummi mengizinkannya untuk ikut Anastasia keluar malam ini, benar-benar sungguh aneh sekali.
"Ta-tapi kamu ngomong apa ke ummi? kenapa ummi bisa langsung ngijinin kita?" ucap Zahra yang masih penasaran dengan sikap ummi yang menurutnya sangat tidak biasa.
"Gue cuma bilang kok, kalo lu bakal nginep di rumah gue!" ucap Anastasia sembari duduk disisi sebelah kiri tempat tidur Zahra. Sedangkan Zahra tengah sibuk merapikan pakaian yang akan dibawa malam ini.
"Terus, kata ummi gimana?" tanya Zahra lagi untuk meyakinkan dirinya sendiri bahwa ummi benar-benar memberikannya izin.
"Terus ummi bilang "gapapa kok!", Ya jadi gue langsung bilang "Makasih ummi!"" jelas Anastasia dengan wajah malasnya, dirinya benar-benar berubah menurut Zahra, namun hal itu sengaja dimaklumi oleh Zahra karena mungkin Anastasia tidak ingin terlalu berlarut-larut dalam kesedihan, dirinya ingin berusaha tegar di hadapan banyak orang.
Namun, pemikiran Zahra sama sekali tidak benar, Anastasia masih merasakan sesak di dadanya, dirinya masih tidak bisa tenang, pikirannya kacau, dan dirinya benar-benar frustasi dengan keadaan, tidak ada kata-kata yang bisa menggambarkan kesedihan gadis cantik itu termasuk Zahra sendiri.
"Segampang itu?" ucap Zahra masih kurang yakin, ummi tidak mungkin segampang itu memberikan izin dirinya untuk keluar malam, tapi....
"Lu kalo lagi kepo, banyak omong juga ya! udah cepet ayo beresin semua barangnya." ucap Anastasia yang mulai kesal dengan Zahra yang dirasanya terlalu banyak bicara, padahal maksud Zahra hanya untuk meyakinkan dirinya saja dengan apa yang diceritakan oleh Anastasia.
Setelah selesai membereskan semua, kedua remaja itu pun keluar dari kamar dan langsung menuju ke dapur untuk menemui ummi. Sesampainya di dapur, mereka berdua melihat ummi tengah menyiapkan makan malam dengan penuh senang hati.
"Ummi, Anastasia sama Zahra jalan dulu ya?!" ucap Anastasia mengejutkan ummi yang tengah asik memasak.
"Loh, kok sudah mau jalan? ummi lagi masak nih!" ucap ummi dengan mata rindangnya, membuat hati Zahra yang melihatnya sangat terenyuh, dirinya tidak ingin sedikit pun melukai perasaan ummi, dirinya tidak ingin mengecewakan ummi walau sedikit pun, tidak akan pernah.
"Yaudah ummi, kita makan disini dulu, setelah itu kita berangkat!" ucap Zahra membuat ummi bersinar kembali dengan senyum simpul yang selalu di nanti oleh Zahra tiap hari.
"Eh, ummi. Maaf ya, bukannya Anastasia ga ngehargain ummi, tapi ummi tau sendiri kan, kita mau ke rumah Anastasia, kalau kita berangkatnya terlalu malam takutnya ada yang ngincer, makanya kita harus jalan cepet-cepet, takutnya keburu malem." jelas Zahra dengan nada yang sangat meyakinkan, ummi melirik ke arah Zahra dan hanya bisa melemparkan senyuman kembali, mengingat dirinya tidak ingin terjadi apa-apa dengan kedua putrinya itu, maka ummi pun mengizinkan Anastasia dan Zahra untuk pergi saat ini juga.
Ummi sudah menganggap jika Anastasia adalah putrinya sendiri, sama seperti Zahra tidak ada yang membedakan mereka berdua, keduanya sama-sama ia sayangi.
"Ya sudah kalau begitu, kalian berangkat sekarang saja, takutnya keburu malam, oh iya. Hati-hati ya, jangan lupa selalu berdoa, Zahra jangan nyusain Anastasia ya, ini di bawa!" ucap ummi sangat khawatir dengan keselamatan Zahra dan Anastasia, ia memberikan sebuah bingkisan dengan isi kue kering kesukaan Zahra untuk di bawa ke rumah Anastasia.
"Makasih ummi, yaudah kalau gitu Zahra berangkat ke rumah Anastasia dulu ya ummi!" ucap Zahra sambil mencium punngung tangan ummi, entah mengapa saat itu dirinya sangat berat sekali untuk melepaskan putri semata wayangnya tersebut, namun semua prasangka yang muncul dalam otaknya, ia tepis dengan beristighfar sebanyak kali.
Zahra akan ke rumah Anastasia, lalu apa yang ia khawatirkan? tidak usah khawatir, di rumah Anastasia pasti Zahra aman, tidak ada yang akan menyakitinya, tapi mengapa hatinya begitu sulit untuk melepaskan Zahra malam itu, ah sudahlah itu hanya firasat, tidak baik jika terlalu mempercayai firasat, ya Allah lindungilah Zahra dan Anastasia. Aamiin.
"Ummi, Zahra sama Anastasia berangkat dulu ummi, Assalamualaikum" ucap Zahra dengan senyum manis yang terpancar dari wajah cantiknya.
"Anastasia juga berangkat ummi, Assalamualaikum" ucap Anastasia sembari mencium punggung tangan ummi.
"Wa'alaikumussalam" ucap ummi sembari menatap kepergian putrinya itu dengan mata yang sayup, entah apa yang tengah dipikirkan oleh ummi, dirinya benar-benar tidak bisa melepaskan kepergian Zahra kali ini, dirinya melihat Zahra memasuki mobil hitam mewah itu, apa yang tengah dirasakan oleh seorang ibu terhadap anaknya memang tidak bisa dilukiskan dengan sebuah kata-kata.
Ya begitulah ummi, Zahra tidak pernah keluar, maka dari itu kekhawatirannya memuncak pada saat Zahra harus keluar rumah demi Anastasia, Zahra pun masih belum bisa percaya jika ummi seratu persen mengijinkannya, pasti ummi mengijinkan karena Anastasia yang meminta.
#Angga POV
"Tapi lu yakin, cara ini bakal berhasil?" ucap Angga yang tengah berbicara dengan orang di seberang sana lewat ponselnya.
"Gue yakin lah, mending lu ikuti semua apa kata gue, nanti malem kita langsung ke club!" ucap seseorang itu dan langsung memutuskan sambungan teleponnya itu.
"Gila si Rizal!" ucap Angga sambil mengusap wajahnya kasar, ia pun mengambil posisi terduduk di atas tempat tidurnya, matanya menatap ke arah layar ponselnya.
"Zahra, emang apa sih yang kurang dari gue?" ucap Angga bermonolog.
"Emang gue kurang cakep? tapi gue ga yakin deh kalo gue kurang cakep, soalnya kan gue itu emang cakep!" ucapnya sembari cengar-cengir sendiri melihat foto Zahra yang sengaja diambilnya secara diam-diam.
Angga menyukai Zahra sejak pandangan pertamanya, tapi sayangnya, Zahra tidak membuka hati untuk Angga, mengingat dirinya telah melakukan hal bodoh di depan mata kepala Zahra sendiri, pasti Zahra merasa ilfeel dengannya, Zahra sudah dari dulu selalu menjaga jarak dengan Angga, tapi mengapa?
"Liat aja, suatu saat nanti, elu bakal jadi milik gue, ra!" ucap Angga dengan nada penuh dengan harapan.
"Yaudah gapapa, Pergi aja, semoga suatu saat nanti, gue bakal jadi sebuah kerinduan yang akan sangat nyiksa elu, ra!" ucap Angga dengan harapan yang mulai hampa.
Dirinya sangat lelah jika harus berjuang seperti ini, dirinya tidak ingin berhenti, maka dari itu ia meyakinkan dirinya sendiri jika Zahra diciptakan hanya untuknya, entah itu untuk sekarang, besok atau nanti, dirinya yakin jika Zahra adalah pendamping hidupnya, walau kadang jarak dan keadaan tidak mengizinkan, namun jalan takdir yang akan mempertemukan, Angga percaya itu, dirinya akan bahagia bersama Zahra untuk selamanya.
Suatu saat nanti....
____________~°-°~_____________
Yah, maap ceritanya kalau kurang menarik ya...
jangan lupa vote dan komentar, jika ada kritik dan saran bisa langsung tulis di kolom komentar, atau bisa langsung mengirimkan pesan pribadi....
TERIMAKASIH
KAMU SEDANG MEMBACA
Grief for Zahra's life (On Going)
Ficção AdolescenteSeorang gadis SMA alumni pondok pesantren yang dikenal sangat cantik dengan mata indahnya dan suara lembutnya yang selalu terdengar merdu, dibaluti hijab syar'i yang menjadi ciri khasnya tersendiri. Tanpa sengaja mencintai seorang guru yang telah be...