Selamat Membaca....
Hari ini adalah Senin, hari di mana kegiatan Upacara bendera berlangsung. Upacara bendera memang merupakan sebuah kegiatan yang wajib diikuti oleh seluruh masyarakat sekolah sebagai tanda penghormatan kepada para Pahlawan bangsa yang telah gugur dalam memperjuangkan bangsa dan negeri ini.
Semua siswa berbaris menurut kelasnya masing-masing, tidak terkecuali Anastasia. Kelas Anastasia mendapatkan giliran untuk bersiap di bagian barat sekolah dan menghadap langsung ke arah Matahari. Ketua kelas mempersiapkan kelasnya agar terlihat rapi, setelah dirasa telah rapi, ia pun berjalan menuju ke sisi sebelah kanan barisan kelasnya.
Anastasia berada di barisan paling belakang sebelum barisan laki-laki terbentuk. Lebih tepatnya Anastasia berada di bagian terbelakang barisan perempuan. Entah kebetulan atau memang disengaja, tepat di belakang Anastasia berdirilah Septa. Anastasia berusaha untuk tidak menghiraukan laki-laki itu, namun kejadian kemarin membuatnya ingin meneteskan air mata lagi.
Anastasia menghela nafas panjang untuk menenangkan diri. Upacara bendera pun berlangsung. Sepanjang Upacara bendera Anastasia tidak konsentrasi atas apa saja yang tengah berlangsung. Dirinya sibuk mencari-cari kerindangan di balik tubuh teman di depannya. Septa memperhatikan hal itu, tampak kegelisahan dalam Anastasia membuat Septa tidak bisa tenang juga mengikuti Upacara.
"Lo pusing?" Tanya Septa dengan berbisik. Anastasia terkejut dan langsung menoleh ke belakang melihat Septa menatapnya tajam.
"Ng-nggak kok, gue cuma...."
"Nggak usah bohong, gue tau lo pusing. Sini tuker posisi." Ucap Septa memotong ucapan Anastasia. Anastasia kembali menghadap ke depan dan tidak menghiraukan apa yang diucapkan Septa. Bukannya ia sombong atau rasanya telah berubah kepada Septa. Akan tetapi, dirinya cukup canggung dengan mantan kekasihnya itu.
Septa membiarkan Anastasia mengambil tindakannya sendiri. Ia tidak mau memaksa gadis itu untuk menuruti keinginannya lagi, kini Anastasia bukan lagi kekasih Septa.
Matahari yang semakin tinggi membuat Anastasia semakin kepanasan. Ia menghalangi wajahnya dengan tangan. Benar-benar sangat panas sekali namun guru itu tidak berhenti mengoceh. Septa yang tidak tahan melihat Anastasia kepanasan langsung menarik lengan gadis cantik itu ke belakang. Dan hal yang spontan jika Anastasia berteriak karena merasa terkejut akan tarikan tangan tersebut.
"AA."
Seketika semua orang menatap ke arah dua murid itu tidak terkecuali para dewan Guru dan Pembina Upacara. Terlihat Septa tengah menahan tubuh Anastasia yang hendak terjatuh ke tanah, karena malu Anastasia pun menutup matanya dan pura-pura pingsan.
Septa bingung dengan tingkah Anastasia yang tiba-tiba pingsan, Doni yang melihat itu langsung mengambil alih tubuh Anastasia dan menggendongnya. Para petugas PMR yang telah bersiaga memegang tandu akhirnya menyuruh Doni untuk meletakkan Anastasia di atas tandu itu, namun tak digubris oleh Doni.
Setelah kejadian itu, Upacara kembali berjalan seperti semestinya sampai akhir.
Tidak beberapa lama kemudian Upacara pun berakhir, setiap ketua kelas membubarkan barisan kelasnya masing-masing. Septa yang memang sedari tadi menunggu Upacara berakhir dengan cepat langsung berlari menuju ke ruang UKS sekolah untuk menemui Anastasia dan Doni.
Terlihat di sana guru dan siswa PMR tengah memeriksa keadaan Anastasia yang masih menutup matanya. Setelah cukup lama menunggu akhirnya guru dan murid PMR itupun keluar dari Ruangan UKS. Hanya tersisa Anastasia dan Doni di dalam, tanpa basa-basi Septa pun masuk ke dalam ruang UKS.
"Lo kenapa sih, pake acara pura-pura pingsan?" Ucap Septa sedikit membentak, Doni terkejut mendengar suara Septa. Sedangkan Anastasia tetap menutup matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grief for Zahra's life (On Going)
Fiksi RemajaSeorang gadis SMA alumni pondok pesantren yang dikenal sangat cantik dengan mata indahnya dan suara lembutnya yang selalu terdengar merdu, dibaluti hijab syar'i yang menjadi ciri khasnya tersendiri. Tanpa sengaja mencintai seorang guru yang telah be...